Saturday, June 30, 2018

ULASAN: SICARIO 2 'DAYS OF THE SOLDADO'



3 tahun setelah film pertama, Sicario hadir sebuah sequel tanpa 2 orang sangat berpengaruh lewat film pertamanya. Yang pertama Emily Blunt sang pemeran utama dan kedua sutradara Denis Villeneuve. Jika di film pertama karakter Emily Blunt yang menjadi poros cerita, untuk sequel ini hal itu berpindah pada karekater Alejandro Gillick (Benicio Del Toro) dan Matt Graver (Josh Brolin). Untuk sutradara ada nama Stefano Sollima, sutradara asal Italia yang terakhir angkat nama lewat film drama-mafia 'Suburra'.


Mengambil setting beberapa tahun setelah kejadian film pertama, Alejandro (Benecio Del Toro) kembali disewa oleh agen lapangan CIA, Matt Graver (Josh Brolin) setelah terjadinya aksi bom bunuh diri di wilayah Kansas yang memakan banyak korban jiwa. CIA mencurigai jika kartel narkoba Meksiko terlibat dalam hal ini. Alejandro ditugaskan untuk memulai perang dengan para kartel narkoba Meksiko yang sedang bertikai. Kini ia ditugaskan dengan cara menculik Isabela Reyes (Isabela Moner), anak perempuan dari bos pengedar narkoba Carlos Reyes. Namun ketika misinya tersebut bocor, Graver memerintahkan Alejandro melenyapkan Isabela. Hal yang tidak bisa dilakukan oleh sang pembunuh berdarah dingin tersebut. Alejandro dan Isabella pun mencoba jalan keluar agar  mereka berdua bisa selamat diantara kejaran CIA dan musuh-musuh ayah Isabel.


Jauh lebih besar, itulah tiga kata yang mewakili sequel Sicario ini. Mencoba memasukan unsur teroris untuk prolog ceritanya. Adegan pembuka saat ledakan bom bunuh diri benar-benar membuat kita bergidik, hal yang langsung sangat mengingatkan kita dengan film pertamanya saat karakter Emily Blunt melakukan sebuah penyergapan pada sebuah rumah. Meskipun film berdurasi dua jam lebih, jangan sangka tone filmnya cukup lambat, malah penonton harus fokus untuk menontonnya karena penonton tidak akan diberikan waktu untuk bisa memahami apa yang baru saja disaksikan, terlebih dalam hal dialog. Walaupun sepertinya film ini berdiri sendiri tanpa harus menonton film pertamanya, tetapi sangat disarankan untuk nonton film pertamanya terlebih dahulu karena beberapa dialog sangat mengarahkan ke film pertamanya.


Seperti yang sudah disinggung diatas, poros cerita akan berpusat pada Alejandro dan Matt yang benar-benar memegang kendali. Karakter mereka jauh lebih kuat dibandingkan film pertama yang saking kuatnya kehadiran pemain lain hanya sekedar pemanis. Bagian-bagian terbaik dalam film ini buat saya ada pada dialog-dialog Alejandro- dan Matt dan hal itu nilai plus diberikan kepada penulis naskah Taylor Sheridan yang juga menulis film pertamanya.


Dengan ending yang menggantung, sepertinya sudah dipastikan Sicario akan menjadi sebuah trilogi. Sicario pertama tetap yang terbaik, tapi Sicario 2 'Days Of The Soldado' punya kekuatan sendiri, terutama untuk Benicio Del Toro dan Josh Brolin yang mengeksplorasi karakter yang mereka perankan lebih jauh lagi yang sangat sayang jika kamu tidak menontonnya. Kita tunggu bagaimana film ketiga nanti yang rumornya Emily Blunt akan kembali memerankan karakternya sebagai penutup trilogi Sicario.

ULASAN: LOVING PABLO




Mungkin benar kata Agnes Monica, bahwa cinta kadang-kadang tak ada logika.Bukan kadang, tapi sering. Di dunia asmara, sudah umum dikatakan kalau cinta itu buta. Orang yang sedang jatuh cinta punya pola pikir yang berbeda dengan orang kebanyakan.Itu juga sebabnya mungkin kita sering tidakhabis pikir dengan sikap teman kita yang sedang jatuh cinta.Mereka seolah-olah buta karena tidak bisa melihat mana yang baik dan mana yang buruk, atau sebenarnya apakah pasangannya it pantas dipertahankan oleh tidak.



Inilah yang terjadi pada Virginia Vallejo (Penélope Cruz) yang langsung jatuh cinta pada Pablo Escobar (Javier Bardem) karena pengaruh dan kekayannya. Saat itu Vallejo melihat Pablo Escobar adalah pahlawan Medellin yang membantu rakyat miskin Medellin dengan membuatkan rumah persinggahan bagi gelandangan secara suka rela. Virginia yang saat itu sudah menikah tetapi terkekang dengan pernikahannya yang tidak beres akhirnya dibantu oleh Escobar untuk ‘menyelesaikan’ masalah suami Vallejo.Al hasil makin kepincutlah wanita ini pada Escobar.Bahkan dia rela dijadikan gundiknya karena tau, bahwa Pablo Escobar sudah beristri dan mempunyai seorang anak.Pertemuan pertama Virginia Vellejo dan Pablo Escobar terjadi di tahun 1981 di pekebunan Pablo Escobar.



Lama kelamaan Vallejo menyadari banyaknya kejahatan yang dilakukan Escobar. Bukan hanya drug cartel tetapi juga pembunuh tanpa ampun, apa pun yang menghalangi keinginan Escobar maka akan dibunuhnya.Bahkan Escobar berani menyuap dan menjadikan dirinya masuk kedalam anggota senat kepemerintahan Kolombia. Escobar pun lama ke lamaan melupakan apa sebenarnya yang dibutuhkan dari masyarakat Medellin? Karena dia hanya mementingkan urusannya saja.



Obat terlarang produksi Escobar dari Kolombia ternyata sudah menyebar luas sampai ke Amerika, hal ini membuat pemerintahan Amerika geram.Agen DEA Shepard (Peter Sarsgard) diminta untuk menyelesaikan masalah kokain yang disebarkan oleh Escobar.Agen Shepard berhasil mengusut hubungan / kedekatan antara Vallejo dengan Escobar.Dia berusaha mendekati Vallejo untuk menangkap / menghukum Escobar atas semua kejahatannya.Tapi apakah semudah itu menangkap Escobar? Apakah Vallejo mau bekerja sama dengan Agen Shepard untuk menangkap Escobar?



Loving Pablo adalah film berdasarkan buku autobiography/ memoaryang ditulis oleh Virginia Vallejo atas permintaan Pablo Escobar.Buku yang bernama “Loving Pablo, Hating Escobar” ini ditulis berdasarkan pertemuan pertama kali Vallejo dengan Escobar sampai mereka terpisah pada tahun 1993. Maka dari itu film ini dinarasikan oleh Penélope Cruz walaupun pusat dari kisah di film ini adalah Pablo Escobar. Banyak sekali kutipan-kutipan dalam buku yang sebenarnya tidak perlu dinarasikan karena sudah digambarkan dalam adegan-adegan, sehingga cukup mengganggu penonton.



Pasangan suami isteri ini memang tidak diragukan lagi aktingnya, Bardem sebagai Pablo Escobar mampu memberikan karisma bengis nan kejam namun sayang keluarga. Sedangkan Cruz yang menjadi Virginia Vallejo tidak perlu banyak berakting, karena perannya sudah cukup lekat dengan keseharian Cruz, sehingga sangat natural sekali terlihat.Chemistry kedekatan mereka pun sangat baik sekali terjalin dan tertangkap kamera. Kekurangannya hanya dari segi make up khusus untuk pemeran Pablo Escobar, perut prostetiknya sangat mengganggu. Sang sutradara León De Aranoa seakan-akan mengekploitasi perut buncit prostetik Pablo Escobar, terlihat sekali perut itu perut palsu dan sangat mengganggu.

Lalu bagaimana dari segi cerita? Karena berdasarkan buku autobiografi, tidak banyak yang dapat disanggah dari cerita di film ini, kecuali bagaimana pemaparan sang Sutradara dalam bentuk film dari buku tersebut. Hasilnya cukup mengecewakan.Ada beberapa selipan adegan humor yang sebenarnya menggangu, dan juga terutama dalam penggunaan Bahasa Inggris.Hanya sesekali mereka menggunakan bahasa Spanyol (Bahasa Ibu, negara Kolombia).Belum lagi banyak adegan cepat hanya beberapa detik tanpa mementingkan kedalaman karakter dari mimik para pemain.Membuat film ini terasa penuh sekali bercerita, terlalu banyak informasi yang diberikan dalam durasi yang kurang lebih 123 menit.Efeknya pun, film ini terasa begitu lama. Awal dan akhir film, cukup mencekam dengan suguhan soundtrack yang eerie tetapi sangat cepat dan bernuansa latin. Selebihnya ada beberapa back song yang dirasakan tidak cocok dengan suasana yang digambarkan.



Apabila membandingkan, Doug Liman di tahun yang sama pernah membuat film American Made. Film yang bercerita gambaran bagaimana Pablo Escobar mampu menyelundupkan kokain-nya ke Amerika melalui Barry Seal (Tom Cruise). American Made dan Loving Pablo menyajikan penuturan cerita dengan konsep yang hampir sama, tetapi American Made masih jauh lebih menghibur dan lebih mendapatkan apa yang dirasakan oleh para karakter.

Atau sebagai referensi kisah Pablo Escobar yang lebih menyeluruh, Netflix telah menyajikan serial "Narcos" tanpasentuhan rasa telenovela, tentunya dengan konsep yang berbeda.Dengan penyajian yang sangat menarik kebrutalan dan kesadisan Pablo Escobar dalam serial “Narcos” dapat digambarkan sangat baik sekali oleh Wagner Moura. Bahkan mungkin para penggemar Narcos akan sangat kecewa sekali dengan pendekatan Javier Bardem sebagai Pablo Escobar.

Cinta Vallejo memang buta pada awalnya bahkan berlebihan, tetapi dia akhirnya sadar bahwa semua yang Pablo Escobar lakukan adalah salah.Meskipun dia mau bekerja sama dengan Agen DEA Amerika dan pemerintah Amerika, kenyatannya adalah Vallejo melakukan ini bukanlah murni sebagai penebusan kesalahan yang pernah dia perbuat karena mendukung Escobar. Melainkan rasa keterpaksaan dan keterpojokan dirinya yang sudah hancur dan ingin selamat dari jeratan Escobar.Vallejo mulai membuka matanya dan melihat logika, walaupun dia mungkin dalam lubuk hatinya masih mencintai Pablo Escobar.



Sama seperti halnya “Loving Pablo”, tim produksi film baik dari segi penulisan cerita sampai penyutradaraan terlihat sekali sangat mencintai “Loving Pablo”. Cinta buta tersebut membutakan mereka yang berakibat fatal dan membahayakan, sehingga memberikan terlalu banyak hal (berlebihan).Efeknya penonton banyak yang jenuh dan jengah ketika menonton film ini bahkan bega, se-bega melihat perut buncit prostetik Pablo Escobar.


Thursday, June 28, 2018

ULASAN: HEREDITARY



Tragedi dan duka, sebuah objek eksplorasi mendalam yang menjadi pokok utama penceritaan Hereditary. Bermula dari kematian sang nenek, Ellen Leigh, atau ibu dari sang tokoh utama kita, Annie Graham (Toni Collette). Peristiwa tersebut diam-diam mempengaruhi Annie yang sudah berkeluarga dan memiliki dua anak, Peter dan Charlie. Situasi semakin runyam ketika tragedi kedua hadir menyelimuti keluarganya, membawanya pada rahasia menakutkan mengenai keturunannya melalui situasi-situasi ganjil.



Ari Aster selaku sutradara dan penulis memanfaatkan waktu untuk perlahan-lahan memperkenalkan dan membangun gambaran tokoh-tokohnya pada penonton, sampai akhirnya dapat memahami ketika tragedi mampu mempengaruhi karakter tersebut secara emosional dan psikologis.



Tanpa disangkal lagi, selain memiliki script yang kuat, Hereditary didukung juga oleh deretan cast yang bermain ciamik. Adalah Toni Collette yang memegang setir untuk mengaduk-aduk perasaan dan pikiran penonton dalam mengikuti cerita sepanjang film. Toni mengantarkan kita menjelajahi Annie’s breakdown. Ditambah performa Alex Wolff sebagai Peter (anak dari Annie) yang juga apik. Belum lagi pemeran Charlie sang anak penyendiri dan asing yang diperankan oleh Milly Saphiro.



Menggunakan formula yang mengingatkan kita pada film yang juga keluar dari rumah yang sama, The VVitch, namun menghasilkan output yang berbeda. Sebuah penceritaan berjenjang dengan pace lambat digunakan Hereditary untuk mengeksplorasi perasaan terpendam dalam alam bawah sadar yang selama ini disangkalkan oleh sang karakter utama. Kental akan eksplorasi tersebut, membuat Hereditary kuat pada sisi dramanya. Hingga wajar saja bagi penonton yang menginginkan elemen jump-scare akan merasa kurang cocok pada film yang minim hal tersebut seperti Hereditary ini.

(By Annisa Anugra)

Sunday, June 17, 2018

ULASAN: THE INCREDIBLES 2




Benarkah pepatah mengatakan “Di balik kesuksesan pria ada wanita hebat di belakangnya.” Pepatah tersebut sangatlah relevan dengan kesuksesan film The Incredibles 14 tahun yang lalu. Sebuah film animasi “family superheroes” pertama dari Disney-Pixar. Tapi apakah hal ini akan relevan untuk film sekuelnya? Jawabannya bisa jadi iya, bisa jadi tidak, tergantung bagaimana perspektif kita sebagai penonton.



Dalam The Incredibles 2 mampu menghadirkan cerita yang fresh dan membawa isu yang kekinian. Ibu Millenial dengan sedikit bumbu feminisme dan tentunya kekeluargaan. Padahal dalam cerita film ini melanjutkan film pertama tepat saat mereka melawan The Underminer. Sangat kontras daripada film pertama, seakan roda benar-benar berputar. Ibu menggantikan peran ayah, ayah menggantikan peran ibu.



Saat keluarga Parr bersama Frozone menghadang The Underminer dari perampokan bank, The Incredibles harus mengakui bahwa mereka tidak memperhitungan konsekuensi dari perlawanan tersebut. Kota hancur akibat aksi menyelamatkan kota dari The Underminer, sehingga pemerintah terpaksa meng-ilegalkan para pahlawan untuk beraksi. Apabila ada yang terlihat menggunakan kekuatan super mereka, akan kena sanksi.



Padahal keluarga Parr masih harus bergelut dengan kondisi keuangan mereka akibat Bob Parr (Craig T. Nelson) yang harus mengundurkan diri dari pekerjaannya. Hal ini ternyata memiliki imbas yang kurang baik untuk keutuhan keluarga Parr. Hingga akhirnya datanglah kesempatan yang dibawa oleh Frozone (Samuel L. Jackson) untuk keluarga Parr. Kesempatan ini datang dari konglongmerat dan pebisnis handal di bidang telekomunikasi, Winston Deavor (Bob Odenkirk). Winston mengajak keluarga Parr untuk menghidupkan kembali superhero. Winston percaya bahwa Superhero akan menyelematkan dunia. Winston tidak sendiri, dia dibantu oleh adik perempuannya yang super jenius, Evelyn Deavor (Catherine Keener). Menariknya menurut anggapan Winston dan Evelyn, sebagai pionir untuk program ini mereka meminta agar Helen Parr (Holly Hunter) sebagai tokoh utama dari rencana ini. Yup, bukan Mr. Incredible, tetapi Elastic Girl lah yang dianggap akan berhasil membawa nama superhero sebagai pahlawan kota.



Bob terpaksa menyetujui ini demi kepentingan bersama, terlebih lagi Winston menghadiahi keluarga Parr dengan rumah mewah untuk tempat tinggal mereka sementara. Lalu apakah mereka berhasil me-legalkan kembali pahlawan super untuk membasmi kejahatan? Bagaimana dengan Bob yang mengurus Violet (Sarah Powell) dengan masalah cinta monyet-nya, Dash (Hugh Milner) dengan masalah sekolahnya dan terutama Jack Jack (yang super menggemaskan) dengan masalah keluarganya? Belum lagi Elastic Girl yang harus membasmi kejahatan sendirian melawan penjahat super baru dengan identitas Screen Slaver, apakah dia akan sukses dan kangen dengan kondisi rumah.



Disney-Pixar memang sangat jago dalam mengemas sebuah film yang mampu ditonton oleh segala usia tetapi kental dengan isu-isu yang kekinian. Dalam film ini penonton akan disajikan bahwa Ibu memanglah seorang superhero sejati, tidak hanya dia harus pandai mengurus keluarga, tetapi dia juga pandai dalam mengurus pekerjaannya. Tergeletik dengan apa yang dikatakan Edna Mode (pengisi suara tetap sang sutradara sendiri, Brad Bird), bahwa untuk menjadi pahlawan sejati yaitu saat kau pandai mengurus keluargamu. Dalam hal ini pembuktian Edna sangatlah tepat, bagaimana Elastic Girl mampu berhasil menghadapi misi demi misi mengalahkan rencana Screen Slaver karena sebelumnya dia mampu mengurusi keutuhan rumah tangga Parr. Lalu Bob, harus banyak beradaptasi dengan semua kelakuan anaknya.



Dari kesemuanya itu, yang paling mencuri perhatian adalah Jack Jack dan juga Edna Mode. Bagaimana kemampuan Jack Jack ini mampu membuat Edna tertarik (padahal Edna kurang menyukai anak-anak). Edna menganggap Jack Jack adalah seorang anak yang jenius karena memiliki banyak kemampuan yang bisa mengeksploitasi kecerdasan Edna dalam membuat kostum superhero. Dia ingin menunjukkan bahwa dia lebih baik daripada desainer-desainer yang lain dan terutama dari desainer kenamaan, Alexander Galbaki (yang mendesain kostum terbaru Elastic Girl). Kelucuan Jack Jack mampu dieksploitasi secara pas dan membuat penonton jadi penasaran akan perkembangan kekuatan yang dimiliki Jack Jack.



Mengenai visualisasi, pengisi suara dan cerita Pixar memang sudah tidak diragukan lagi mereka memang jawaranya. Walaupun, film The Incredibles 2 tidak seperti film drama keluarga Pixar lainnya yang memang menjual cerita menyentuh dan mengharu biru. Justru hal inilah yang menjadikan keistimewaan The Incredibles yang menyajikan sebuah cerita dengan kondisi yang kekinian, konflik keluarga sehari-hari, nyata dan dekat sekali dengan kehidupan sekarang. Fleksibilitas cerita yang mampu Pixar berikan membuktikan bahwa mereka memang kreatif dalam mengemas sebuah film. Kali ini kisahnya mengenai perputaran posisi ayah dan ibu.


Perputaran posisibukan berarti bahwa Helen melupakan perannya sebagai Ibu dan Bob melupakan perannya sebagai ayah. Ada beberapa selipan adegan yang merupakan mereka tetaplah seorang Ibu dan seorang Ayah. Terlepas dari perannya mereka dalam keluarga. Memang bagi anak-anak cerita The Incredibles 2 akan sedikit membosankan, karena isu-nya cukup berat bagi mereka. Tapi isi hal ini akan menyentil bagi keluarga-keluarga baru atau keluarga yang sudah mapan tetapi dengan kondisi yang sama persis. Pixar mampu menyajikan sebuah isu yang sangat millenial. Mom really does knows the best.

(By Ibnu Akbar)

Monday, June 11, 2018

ULASAN: OCEAN'S 8



Sebuah resiko besar diambil oleh Warner Bros. Mereboot sebuah Ocean yang sudah mempunyai fans tersendiri. Ocean's 8 bisa disebut reboot dan sequel secara bersamaan untuk trilogi filmnya yang mana ketiga filmnya disutradarai oleh Steven Soderbergh. Resiko besar yang dimaksud adalah megganti semua peran utama pria dengan wanita. Hal yang pernah dicoba oleh Ghostbusters yang hasilnya meskipun dari sebuah film masih menghibur, tetapi mendapat respon negatif dari penonton yang mempengaruhi hasil pemasukan box officenya. Lalu bagaimana dengan Ocean's 8 ?



Ocean's 8 sendiri disutradarai oleh Garry Ross (Seabiscuit, The Hunger Games). Sandra Bullock, Cate Blanchett, Helena Bonham Carter, Rihanna, Anna Hathaway, Sarah Poulson, Mindy Kaling dan Awkwafina 8 didapuk menjadi pemeran utamanya menganntikan semua peran utama pria di film originalnya. Sebagai benang merah dengan film originalnya, Sandra Bullock memerankan karakter Debbie Ocean, adik dari Danny Ocean yang diperankan oleh George Clooney di film trilogi Ocean.



Debbie Ocean (Sandra Bullock) baru saja keluar penjara selama 5 tahun karena kasus pencurian.Tetapi hukuman selama 5 tahun itu ternyata digunakan Debbie untuk merencanakan sebuah pencurian besar yang sangat terencana yaitu mencuri perhiasan senilai $150 juta yang dikenakan oleh artis terkenal (Anne Hathaway) di sebuah acara Met Gala di kota New York. Debbie pun mengumpulkan orang-orang yang akan terlibat untuk pencurian ini. Dimulai dari partner dan sahabatnya Lou (Cate Blanchett), Rose Weil (Helena Bonham Carter) seorang designer yang terjerat hutang dan diambang kebangkrutan, Nine Balls (Rihanna) sang hacker, Tammy (Sarah Poulson) seorang penadah, Constance (Awkwafina) seorang pencopet dan terakhir Amita (Mindy Kaling) seorang jewel maker. Dengan rencana yang sangat sempurna, meraka akan membuat pencurian terbesar yang pernah ada dalam sejarah tanpa terdektesi.


Diluar ekspetasi yang awalnya saya sendiri juga skeptis dengan Ocean's , resiko besar yang diambil oleh Warner Bros ternyata bukanlah sebuah blunder. Meskipun Gary Ross menulis dan menyutradarai film ini, Gary Ross sangat terlihat menghormati film originalnyaHal yang sangat terasa adalah elemen-elemen dasar dari Ocean's trilologi yang juga diduplikasikan pada Ocean's 8. Pendekatan dangan pengenalan karakter yang sangat asik diikuti, hal yang kita suka dari Ocean's trilogi.



Salah satu hal yang menjadi daya lebih Ocean's 8 adalah chemsitri delapan mainnya yang sangat kuat. Sandra Bullock dan Cate Blanchett adalah bintangnya, tetapi enam lainnya mampu menarik perhatian yang tidak hanya sekedar pemanis saja, terutama Anne Hathaway benar-benar menjadi daya pikat. Salah satu tumbal dari benar-benar bagusnya delapan pemain wanita adalah karakter Claude Becker yang diperankan Richard Armitage yang karakternya rasanya masih bisa dimaksimalkan lagi.



Ocean's 8 sebuah reboot yang berani mengambil resiko yang untungnya berbuah manis. Jika kamu menyukai Ocean's Trilogi terutama Ocean's Eleven kemungkinan besar akan menyukai Ocean's 8. Dengan ending yang masih terbuka, rasanya sangat sayang jika reboot terbaru Ocean's ini hanya berhenti pada satu film. Tim ini layak mendapatkan Ocean's 9 dan Ocean's 10.




Saturday, June 9, 2018

ULASAN: JURASSIC WORLD 'FALLEN KINGDOM'




Tiga tahun setelah film pertamanya Jurassic World hadir dengan sebuah sequel yang kembali memasang Chris Pratt dan Bryce Dallas Howard sebagai pemeran utamanya. Untuk sutradara film yang bergenre petualangan fiksi ilmiah beralih dari Colin Trevorrow kepada J.A. Bayona (The Impossible, A Monster Call). Colin Trevorrow sendiri masih terlibat pada sequel ini sebagai penulis naskahnya dengan Derek Connolly. Seperti sequel-sequel lainnya yang dibayangi oleh kesuksesan film pertamanya, Jurassic World 'Fallen Kingdom'(JWFK) juga dibebani hal itu. Lalu apakah JWFK masih mampu memuaskan semua pecinta franchise Jurassic Park ini ?. Kita akan coba telaah.



Mengambil setting cerita 4 tahun setelah Taman Jurrasic World ditutup, Claire yang sekarang bergabung organisasi sosial penyelamatan dinosaurus yang terancam kepunahan keduanya karena akan terjadinya bencana alam besar. Sementara pemerintah menutup tangan akan kejadian serta menolak untuk terlibat dalam misi penyelamatan itu dan menganggap makhluk hasil rekayasa memang tidak seharusnya diselamatkan. Disaat seperti itulah Claire mendapat tawaran untuk terlibat dalam misi penyelamatan dinosaurus dari Benjamin Lockwood, mantan partner John Hammond sang penemu teknologi kloning spesies dinosaurus.


Tawaran tersebut membuat Claire harus kembali menemui Owen (Chris Pratt) setelah berpisah  dan mengajaknya kembali ke Isla Nubar untuk menyelamatkan dinosaurus, terutama raptor bernama Blue yang dirawat sejak lahir oleh Owen. Namun situasi menjadi semakin rumit karena misi mulia mereka kemudian mengungkap sebuah konspirasi rahasia yang tidak pernah mereka duga.


Satu jam pertama dari JWFK adalah yang terbaik dalam film ini. Bahkan sejak adegan pembuka yang sudah membuat penonton menahan nafas. Lalu berlanjut kembalinya Owen dan Claire ke pulau Isla Nubar adegan demi adegan roller coaster akan banyak kamu temui yang membuat kamu merasa jalan cerita akan jauh lebih menarik lagi dari satu jam sisa durasi. Tetapi ternyata dugaan saya salah, terutama setelah twist atau konsprirasi yang menjadi misteri film ini terungkap. Hadirnya karakter Maisie Lockwood (Isabella Sormon) memang mengundang rasa penasaran dan betinrtanya-tanya apa hubungannya dengan plot cerita. Dan ketika akhirnya identitas dari Maisie terungkap maka disinilah yang merubah semuanya. Di satu sisi sepertinya pihak studio ingin membuka cerita sequel selanjutnya, sementara disisi lainnya hal ini seakan sudah keluar dari jalur pakem Jurassic Park itu sendiri. 


Dengan ending yang terbuka seperrtinya kita akan segera melihat sequel lanjutannya dalam beberapa tahun kedepan. Jurassic World Fallen Kingdom tetap masih sebuah film fiksi ilmiah yang menghibur dengan segala hal visualnya, tetapi terlalu percaya diri memberi sebuah ending yang mencederai film originalnya, terutama untuk fans.

Friday, June 8, 2018

22 MENIT RILIS JADWAL TAYANG DAN SOUNDTRACK




Rumah produksi film Buttonijo Films telah meluncurkan official trailer dari karya terbarunya, “22 Menit,” yang akan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia pada tanggal 19 Juli 2018 mendatang. Film “22 Menit” karya sutradara Eugene Panji dan Myrna Paramita Pohan ini terinspirasi dari keberanian warga Jakarta dalam menghadapi ledakan bom Thamrin yang terjadi pada bulan Januari 2016. “Film ini kami buat untuk menggambarkan keberanian dan juga ketahanan bangsa Indonesia dalam menghadapi serangan teroris,” kata Eugene.

Melalui “22 Menit,” Eugene ingin bisa menyuguhkan cerita tentang orang-orang yang terkena dampak serangan teroris. Tokoh utama dalam film ini adalah Ardi (Ario Bayu), seorang polisi yang juga anggota unit anti terorisme. Meski resiko pekerjaannya tinggi, Ardi teguh dan sabar menjalani harinya. Ia bahkan tak pernah absen mengantar anak perempuannya ke sekolah sebelum bertugas.


Di sebuah pagi yang tenang di bulan Januari 2016, warga Jakarta dikejutkan oleh ledakan bom yang terjadi di pusat kota. Situasi mendadak jadi genting dan mencekam. Ardi dan segenap jajaran unit anti terorisme mempertaruhkan nyawanya demi mengamankan ibukota dari ledakan bom tersebut. Dalam 22 menit, Ardi dan satuannya berhasil meringkus pelaku. Namun peristiwa tersebut akhirnya ikut mengubah hidup banyak orang untuk selamanya.



Kisah drama yang juga penuh aksi ini dibintangi oleh Ade Firman Hakim, Fanny Fadillah, Ence Bagus, Ardina Rasti, Hana Malasan, Taskya Namya dan aktor kawakan Mathias Muchus. Naskah film ini ditulis oleh Muhammad Husein. Seperti yang terlihat di official trailer, film berdurasi 100 menit ini memiliki banyak aksi mendebarkan, mulai dari adegan bom meledak, baku tembak di tengah jalan hingga aksi berbahaya turun dari helikopter yang hanya bisa dilakukan oleh anggota kepolisian yang sudah terlatih. Kesungguhan Buttonijo dalam menggarap film ini adalah kerja keras tim produksi pimpinan Lexy Mere yang senantiasa berkonsultasi dengan jajaran kepolisian Republik Indonesia demi penggambaran yang akurat.



“Kami ingin film ini juga bisa menggambarkan kecanggihan fasilitas yang dimiliki oleh polisi Indonesia. Selama ini, kemajuan teknologi yang mereka punya tidak diketahui banyak orang,” jelas Myrna yang sudah cukup lama melakukan riset di Polda Metro Jaya. Satu hal yang jelas dari proses produksi film ini, Lexy selaku produser film mengatakan bahwa penumpasan aksi terorisme juga mengandalkan kontribusi masyarakat luas. “Ternyata, polisi tidak bisa sendiri saja menumpas teroris. Laporan dan kerjasama dari masyarakat sangat dibutuhkan agar polisi bisa menjalankan tugasnya.


Melalui film ini, kami ingin juga mengingatkan bahwa kita semua harus bisa saling bahu-membahu menjaga kesatuan Republik Indonesia,” kata Lexy. Untuk melengkapi suasana ibukota yang hiruk-pikuk di film “22 Menit,” Buttonijo menunjuk kelompok musik Semenjana dengan musisi terompet Ade Paloh untuk mengisi official soundtrack karya mereka. Lagu berjudul “Jakarta” tersebut menghadirkan lagu pop yang meneduhkan hati dengan adanya harmonisasi vokal serta lirik yang bertema sosial dan sarat kisah tentang manusia. "Jakarta" menawarkan irama yang santai namun juga tidak menghilangkan sentuhan rasa sayang terhadap dinamika ibukota yang sering membuat geleng kepala. 

Selain menunjukkan dukungan penuh kepada jajaran kepolisian Republik Indonesia yang sigap mengatasi aksi terorisme, film “22 Menit” juga akan menyumbangkan sebagaian keuntungan dari penjualan tiketnya kepada para korban bom Thamrin 2016 silam. “Film ini adalah pembelajaran soal anti terorisme di Indonesia, karena itu kami sangat berharap karya kami mendapat dukungan dari seluruh penduduk negeri,” kata Eugene





CLOACK AND DAGGER, SERIAL TERBARU MARVEL YANG TAYANG EKSKLUSIF DI HOOQ




Setelah Runaway, Hooq kembali akan menayangkan secara eksklusif serial terbaru Marvel Cloak & Dagger. Cloak And Dagger sendiri merupakan serial televisi Amerika yang dibuat oleh Joe Pokaski untuk Freeform berdasarkan komik Marvel. TV series ini bertema superhero fiction yang dibintangi oleh dua bintang muda berbakat Olivia Holt sebagai Cloak dan Aubrey Joseph sebagai Dagger selain itu bintang ternama lainnya ikut meramaikan seperti Andrea Roth, Gloria Reuben, Miles Mussenden, Carl Lundstedt, Emma Lahana, Jaime Zevallos, dan J.D Evermore. Untuk dua episode akan tayang perdana secara Global hanya di HOOQ pada 8 Juni 2018 dan akan tayang episode baru setiap hari Jumat.


GilaFilm.ID menjadi salah satu yang beruntung mendapat kesempatan nonton lebih awal saat pemutaran screening episode pertamanya yang diadakan oleh Hooq. Well, impresi episode pertama sangat menjankikan. 10 menit pertama serial ini sudah sangat menarik perhatian yang berlanjut pada pengenalan karakter Tyrone Johnson dan Tandy Bowen yang nantinya akan bertransformasi menjadi Cloak dan Dagger.


Untuk yang bukan pembaca komik-komik atau pembaca sekalipun mungkin masih belum terlalu familiar dengan dua nama hero ini. Dan menjadi keputusan tepat dari Marvel mengangkatnya dalam bentuk tv serial dan memperkenalkan pada lebih banyak penggemar-penggemar film-film bertema superhero karena Cloak & Dagger mempunyai background cerita yang menarik.


Sejauh ini review 2 episode awalnya dari media Cloak Dagger sangat mendapat respon positif. Dengan potensi yang dimilikinya, sepertinya serial ini tidak akan berkahir di season pertama. Kita lihat bagaimana nanti setelah 10 episodenya tayang. 

Tuesday, June 5, 2018

HOOQ FILMMAKERS GUILD KEMBALI HADIR UNTUK MUSIM KEDUA DI 2018




HOOQ – layanan Video on Demand terbesar di Asia Tenggara – memulai pencarian naskah terbaik berikutnya yang akan diproduksi menjadi serial penuh dan ditayangkan di HOOQ melalui HOOQ Filmmakers Guild musim kedua. Setelah kesuksesan yang diraih musim pertama, HOOQ Filmmakers Guild kembali hadir tahun ini untuk musim kedua.



HOOQ Filmmakers Guild merupakan proyek besar di tingkat Asia Tenggara dalam membantu para sineas berbakat untuk merealisasikan ide mereka menjadi serial TV. Melanjutkan kesuksesan tahun 2017, format penjurian akan mengikuti aturan yang sama di jajaran juri yang terdiri dari para sineas papan atas Asia bersama pelanggan HOOQ akan menentukan pemenang yang naskahnya akan diproduksi secara keseluruhan.



Guntur Siboro, Country Director HOOQ mengatakan, “HOOQ Filmmakers Guild adalah platform berharga bagi para sineas berbakat Asia untuk membantu mereka menampilkan karya terbaiknya ke hadapan publik Asia. Kesuksesan musim pertama dan respon positif dari masyarakat terhadap HOOQ Filmmakers Guild mendasari kami untuk kembali menggelar musim kedua. Kompetisi ini merupakan bukti komitmen HOOQ untuk mendukung industri film Asia dengan memberikan kesempatan kepada para sineas berbakat Asia untuk mewujudkan karya mereka menjadi serial TV yang berkualitas.”



Sutradara pemenang penghargaan asal Indonesia Mouly Surya kembali menjadi juri dari kompetisi ini. Mouly akan memilah naskah yang masuk dari Indonesia untuk disandingkan dengan naskah dari negara lain. Bersama juri dari negara lain, Mouly akan memilih 6 naskah terbaik sebagai finalis. Tidak hanya memilih naskah terbaik, Mouly juga akan memberikan filmmaking workshop bagi finalis di Indonesia.



HOOQ kembali mengundang pelaku film profesional, baik sutradara, produser ataupun penulis naskah untuk mengirimkan naskah dan treatment (sketsa skenario) mereka untuk serial TV. Lima naskah terbaik akan mendapatkan pendanaan sebesar USD$30.000 untuk diproduksi menjadi episode perdana yang akan tayang di HOOQ. Pendaftaran terbuka untuk peserta dari Singapura, Thailand, Indonesia, India, Filipina, Vietnam, Malaysia dan Kamboja. Naskah terbaik akan diproduksi secara keseluruhan dan akan tayang secara eksklusif di HOOQ tahun 2019.



Pendaftaran untuk HOOQ Filmmakers Guild 2018 dimulai pada pertengahan bulan Mei hingga 31 Juli 2018, dengan ketentuan peserta merupakan profesional di industri film yang memiliki pengalaman dalam memproduksi film. Peserta diharuskan mengirim naskah untuk serial penuh dengan maksimal 13 episode untuk satu musim. Tidak ada batasan genre, namun proposal dan produksi harus menggunakan bahasa lokal dari negara mana peserta tersebut berasal.

Friday, June 1, 2018

VIU RILIS ORIGINAL SERIAL TERBARU 'SUNSHINE'





Viu umumkan penayangan perdana Original Series Indonesia terbaru, SUNSHINE, serial drama romantis tentang pilihan yang kita lakukan dalam hidup yang mengarah pada cinta sejati. Dengan cerita yang akan dinikmati oleh pemirsa kalangan milenial Indonesia, serial drama ini dibintangi oleh aktor dan aktris ternama Indonesia dan dapat ditonton serta dinikmati mulai hari ini.“Viu dinikmati oleh jutaan pemirsa Indonesia saat mereka mencari video hiburan. Kami berterima kasih kepada Viuers atas kesetiaan mereka dan kami terus berkomitmen untuk menyediakan acara lokal berkualitas tinggi kepada pemirsa kami yang terus bertambah. Pada perayaan kedua tahun hadirnya Viu di Indonesia, kami menghadirkan Original Series terbaru kami, SUNSHINE,” ungkap Myra Suraryo, Senior Vice President Marketing dari Viu Indonesia. “Kami sangat berkeinginan untuk mentransformasi dan mengembangkan ekosistem konten Indonesia dengan memelihara dan memberikan kesempatan kepada talenta lokal yang sangat kreatif untuk membawa cerita mereka kepada generasi muda Indonesia dengan kualitas produksi yang menyaingi konten internasional. Hal ini telah disaksikan melalui tayangan hits Viu Originals seperti Switch, The Publicist, dan Kenapa Harus Bule? yang telah menghibur jutaan pemirsa.”



SUNSHINE adalah sebuah drama romantis karya Alyandra Pandjipoera, yang bercerita tentang Langit (Dion Wiyoko), seorang eksekutif di agensi periklanan, dan pertemuan romantis masa lalunya dengan empat wanita menakjubkan: Matahari (Laura Basuki), Bumi (Sheila Dara), Bintang (Rianti Cartwright), dan Bulan (Jill Gladys ). Salah satu wanita ini menjadi cinta sejati Langit.



“SUNSHINE diproduksi seperti film, menggunakan teknik dan metode film selama pra-produksi, produksi dan pasca produksi. Proses produksi SUNSHINE adalah pengalaman yang luar biasa bagi saya dan seluruh pemain. Kami bangga dapat dikaitkan dengan Viu,” ungkap Alyandra Pandjipoera, sutradara SUNSHINE.



Dion Wiyoko, aktor dan pemeran Langit ketika dimintai komentar tentang serial ini berujar, “SUNSHINE ini beda dari film maupun serial dimana saya pernah terlibat.
Karakter saya dikaitkan dengan empat karakter wanita yang berbeda pada tahapan yang berbeda dalam hidupnya dan dia memperlakukan mereka masing-masing dengan pendekatan yang berbeda secara emosional. Ini membuat SUNSHINE sangat menarik.”

Sunshine sudah bisa ditonton aplikasi Viu mulai tanggal 31 Mei 2018 dengan episode terbaru tayang setiap hari Rabu dan Kamis sampai 13 episode.