Friday, November 30, 2018

ULASAN: THE POSSESSION OF HANNAH GRACE





Sudah pernah menonton The Autopsy Jane Doe yang rilis dua tahun yang lalu ? Sebuah film horror-supernatural tentang dua orang yang terjebak dalam ruang otopsi ketika menyelidik mayat wanita yang tidak dikenal yang tiba-tiba menjadi sebuah malam yang mengerikan bagi dua orang tersebut ? Yang sudah menontonnya pasti setuju jika The Autopsy Jane Doe salah satu film horror yang cukup menyeramkan dengan setting dalam ruang yang terbatas. Dan premis cerita yang hampir sama akan kamu temui dalam film The Possession Of Hanna Grace yang sudah memancing rasa penasaran ketika trailernya muncul. Jadi tidak salah jika kamu tertarik menonton film ini karena berekspetasi akan mengalami pengalaman yang lebih atau minimal sama ketika menonton The Autopsy Jane Doe.



Wajah-wajah yang populer di tv serial menghiasi film The Posession Of Hanna Grace. Dibintangi oleh Shay Mitchell yang kita kenal lewat Pretty Little Liars (2010-2017), lalu ada nama Stana Katic yang 8 tahun menemani kita di Castle (2009-2016) dan Grey Damon yang sudah sering mengisi peran dalam serial-serial remaja.



Megan (Shay Mitchell) adalah seorang polisi yang baru saja kembali dari masalah dan mencoba keluar dari sebuah trauma. Masalah dan trauma yang membuat hubungan asmaranya dengan Andrew (Grey Damon) kandas. Mencoba pulih dari trauma, Megan mengambil pekerjaan baru atas rekomendasi teman sekaligus sponsornya untuk pemulihan pasca trauma Lisa (Stana Katic). Pekerjaan barunya adalah mengecek jenazah di sebuah kamar mayat. Kejadian aneh mulai menghantui Megan saat ia menangani jenazah wanita misterius yang diketahui bernama Hannah Grace (Kirby Johnson). Dan mayat Hanna Grace yang setelah diselidiki adalah mayat hasil pengusiran iblis yang gagal. Megan pun diganggu oleh Entitas jahat yang tidak hanya mengancam nyawanya, tetapi juga orang-orang sekitarnya.


Ekspetasi jika kita akan kembali mengalami pengalaman yang sama ketika menonton The Authopsy Jane Doe terasa semakin kuat di 40 menit pertama film ini berlangsung. Dimulai dari pengenalan karakter Megan dan misteri masa lalu penyebab trauma Megan, serta hingga mayat Hanna Grace sampai di kamar mayat dan mulai menampakan wujud aslinya dikemas dengan cukup rapi dengan aura horror yang membuat penonton menahan nafas selama itu berlangsung. Tetapi hanya sebatas itu, entah kenapa setelah itu film ini seperti kedodoran dalam penyampaian cerita. 40 menit yang sudah sangat rapi jadi terasa sia-sia ketika film lebih terasa seperti film thriller dibandingkan seperti film horror sesuai genre filmnya. The Posession Of Hanna Grace seperti tidak konsisten dengan genre yang menjadi tema film.


Sangat disayangkan memang, tidak konsistennya genre masih diperparah dengan editing yang masih kasar dibeberapa adegan atau plothole yang rasanya sangat meganggu karena tidak terjelaskan. Contoh, motif dari tujuan iblis membunuh orang-orang selain karena memulihkan diri dibiarkan mengambang seperti itu saja. Well, beruntunglah jika kamu belum menonton 'The Authopsy Jane Doe', setidaknya kamu tidak mempunyai perbandingan karena sangat sulit untuk tidak membandingkan dua film ini karena mempunyai tema yang sama. 40 menit awal adalah yang terbaik dari film ini, selanjutnya ? Saya sarankan jangan bereksptasi macam-macam terlebih dahulu seperti yang saya lakukan.

Overall: 6/10




PENGUMUMAN KATEGORI-KATEGORI FILM YANG AKAN TAYANG DAN PROGRAM DI PEKAN SINEMA JEPANG 2018





Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Pekan Sinema Jepang 2018 merupakan rangkaian perayaan 60 tahun hubungan diplomatik Jepang-Indonesia. Seiring dengan hal tersebut, penyelenggaraan Pekan Sinema Jepang 2018 diharapkan bisa meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia terhadap kebudayaan Jepang, memperbesar peluang diputarnya film-film Jepang di Indonesia, dan berkontribusi terhadap perkembangan cultural tourism di Jepang.



Total ada 36 film yang siap ditampilkan di Pekan Sinema Jepang 2018. Film-film tersebut terbagi menjadi enam kategori: New J-Director, New J-Film, “Samurai” Historical, “Kira-Kira” Teen, “Tokusatsu” Special Effect & Documentary. Beberapa judul yang akan ditayangkan antara lain: One Cut of the Dead, Pieta in the Toilet, Miss Hokusai, Let Me Eat Your Pancreas, GAMERA: The Guardian of the Universe, dan GODZILLA (1954). Seluruh film tersebut merupakan hasil kurasi yang dilakukan oleh tim dari Agency of Cultural Affairs, VIPO, dan Japan International Foundation.



Dalam acara press conference Pekan Sinema Jepang 2018, diperkenalkan perwakilan-perwakilan yang akan mengiringi festival film ini, seperti  Ms. Katsura Toda - Senior Specialist for The Arts (Japan Government), Mr. Norihisa Tsukamoto - Director General (Japan Foundation), Mr. Kenichi Takeyama - Counselor (Embassy of Japan - Indonesia), Hiroaki Kato (Festival Host & Guest) dan terkahir aktris Velove Vexia dipilih sebagai #PSJ2018 Festival Ambassador.


Tidak hanya menayangkan banyak film, pihak penyelenggara juga menyiapkan berbagai kegiatan menarik lainnya untuk publik dan filmmakers selama Pekan Sinema Jepang 2018 berlangsung. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain adalah workshop mengenai special effect (Tokusatsu), diskusi dengan produser dan aktor dari Jepang, serta simposium oleh filmmakers dari kedua negara. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas industri film di Indonesia dan Jepang.



Informasi lebih lanjut terkait Pekan Sinema Jepang 2018 akan disampaikan dalam konferensi pers yang akan diselenggarakan di CGV Grand Indonesia, Jakarta, pada 27 November 2018. Ada pun hal-hal yang akan diumumkan antara lain line-up lengkap Pekan Sinema Jepang 2018, kegiatan workshop, daftar bintang tamu dari Jepang, dan sosok yang dipilih sebagai event ambassador.

Berikut daftar kategori film-film yang akan tayang di Pekan Sinema Jepang 2018:


3 Film Unggulan Pekan Sinema Jepang 2018:
The Man From The Sea
One Cut of the Dead
The Tokyo Night Sky Is Always the Densest Shade of Blue

Movie Festival Line Up

Kategori : New J-Director
Kategori : New J-Film
Kategori : "Samurai" Historical
Kategori : "Kira-Kira" Teen
Kategori : "Tokusatsu" Special Effects
Kategori : Documentary

Informasi mengenai penyelenggaraan #PSJ2018 dapat diakses di Official Website Pekan Sinema Jepang 2018 https://www.jcinema2018.id/

Thursday, November 29, 2018

ULASAN: CREED II





Sesuatu hal yang sudah biasa ditemui sebuah spin-off film tidak akan bisa menyamai prestasi versi original. Kebanyakan memang spin-off terasa tidak diperlukan yang hanya meganggu ingatan kita akan film originalnya. Contoh beberapa yang terburuk ada Elektra (Daredevil spinoff, 2005), Catwoman (Batman spinoff, 2004), Wolverine Origins (X-men spinoff, 2009) atau Evan Almighty (Bruce Almighty spinoff, 2007). Lalu bagaimana dengan yang berhasil ?, beberapa judul yang bisa disebutkan ada The Hobbit (spinoff Lord Of The Rings) atau Fantastic Beasts And Where To Find Them (spinoff Harry Potter) yang sampai mempunyai sebuah sequel. Yap, masih bisa disebut spinoff terbaik sampai film pertama, tetapi seakan sudah mulai kedodoran ketika spin-off ini mempunyai sequel. Dan jika memang sampai ada sebuah spin-off mempunyai sebuah sequel yang sama bagusnya dengan film pertamanya, maka Creed masuk ke dalam daftar itu.



Mendapat respon positif pada film pertama tahun 2015 lalu, Creed seperti memang sudah dipersiapkan dengan sebuah sequel. The winning team cast utama kembali mengisi perannya masing-masing seperti Michael B Jordan, Slyvester Stallone, Tessa Thompson dan Phycilia Rashad. Dan untuk sequel ini Dolph Lundgren kembali berperan sebagai Ivan Drago setelah terkahir kali muncul 33 tahun yang lalu di Rocky IV (1985), aktor pendatang baru Florian Munteanu berperan sebagai Viktor Drogo, anak dari Ivan. Ryan Coogler kembali sebagai eksekutif produser, posisinya sebagai sutradara digantikan oleh Steven Caple Jr yang bisa dibilang ini film besar pertama yang ditangani oleh sutradara berusia 30 tahun ini.



Melanjutkan langsung beberapa waktu setelah ending film pertama dimana Adonis Creed (Michael B. Jordan) yang kalah tapi dipuja sebagai juara dan mulai menjadi perhatian publik yang mana setelah kekalahan itu Creed memenangkan 6 kali pertandingan berturut-turut yang diakhiri dengan kemenangan ketujuh sekaligus meraih gelar juara dunia kelas berat cabang tinju. Euforia itu hanya bertahan sesaat ketika duo ayah dan anak Ivan (Dolph Lundgren) dan Viktor Drago (Florian Munteanu) muncul kepermukaan. Ivan Drago yang mencoba keluar dalam keterpurukan setelah kalah dari Rocky Balboa (Slyvester Stallone) 33 tahun yang lalu sekarang kembali dengan sang anak dan menantang sang juara dunia untuk bertanding. Tersulut emosi karena dimasa lalu sang ayah tewas dalam pertandingannya dengan Ivan Drogo, Adonis Creed menerima tantangan itu tanpa didampingi Rocky yang masih dibayangi trauma ketika Appolo Creed tewas dipangkuannya 33 tahun yang lalu.


Sebelum menonton Creed II hal utama yang sangat memancing rasa penasaran untuk sequel ini adalah  rasa 'nostalgia'. Untuk yang sudah menonton Rocky IV melihat Stallone dan Lundgren kembali berbagi layar dengan peran yang sama tentunya sesuatu menjadi daya tarik sendiri diluar apakah memang filmnya akan bagus atau tidak dimata penonton. Tetapi untungnya Creed II tidak hanya sekedar menjual rasa nostalgia kepada penonton. Setiap karakter-karakter terasa kuat yang sudah menarik perhatian di awal adegan ketika Ivan dan Viktor Drogo muncul sekitar 3-4 menit tanpa dialog.



Micahel B. Jordan sangat terlihat menaikan kualitas aktingnya satu tingkat lagi. Kemistrinya dengan dengan Tessa Thompson dan Slyvester Stallone semakin solid yang membuat penonton merasakan jika Creed II lebih dari sekedar film olahraga tinju. Ada kelembutan ditengah-tengah kebrutalan cabang olahraga yang satu ini yang diwakili oleh karakter-karakternya. Menegaskan sebuah ungkapan 'Family is not an important, it's everything'. Ungkapan yang bahkan juga diwakili oleh Ivan dan Viktor Drogo sebagai antagonis di film ini.



Tidak ada yang luar biasa dari cerita Creed II, plot from zero to hero sudah sangat sering kita temui. Tetapi film ini mempunyai karakter-karakter  kuat yang membuat drama dalam plot ceritanya sangat bernyawa. Bahkan Ivan dan Viktor Drogo sekalipun mempunyai background karakter yang kuat yang meninggalkan rasa simpatik ketika penonton tahu kenapa anak dan ayah itu menjadi orang yang sangat keras. Sang sutradara Stephen Caple Jr sepertinya mendapatkan banyak masukan dari dua orang penting di film pertamanya Ryan Coogler sutradara film pertama dan Slyvester Stallone sang legenda yang juga ikut menulis naskah Creed II.



Jika film pertama adalah sebuah spin-off terbaik yang pernah ada, maka Creed II adalah sebuah sequel spin-off  terbaik yang sangat sulit bisa diikuti oleh film-film spin-off lainnya. Sebuah perpisahan yang sempurna dari Slyvester Stallone yang mengatakan jika Creed II adalah terakhir kalinya dia memerankan karakter 'Rocky Balboa', karakternya yang membesarkan namanya. Terima kasih Sly.

Overall: 8/10

(By Zul Guci)


Wednesday, November 28, 2018

CATATAN NOBAR MOVIE MAGIC 2018






Movie Magic adalah istilah untuk nonton bareng film-film Wizarding World of JK Rowling yang diadakan oleh komunitas Indo Harry Potter (IG/Twitter: @indoharrypotter). Indo Harry Potter (IHP) sudah melakukan nonton bareng sejak film Harry Potter and The Prisoner of Azkaban (2004). Kali ini, IHP menggelar Movie Magic bekerja sama dengan Gila Film. Berkat kerja sama ini, IHP daat menggelar Movie Magic di 5 kota besar: Jakarta, Bandung, Solo, Surabaya, dan Makassar.



Movie Magic di Jakarta dilaksanakan pada tanggal 18 November 2018, pukul 09.00-14.00 di CGV Grand Indonesia. Penontonnya berjumlah 535 orang, menempati Studio 1 CGV GI, sebagai studio terbesar di Indonesia. Sejak akhir September, tiket sudah terjual habis di Book My Show. Movie Magic berbeda dengan nonton bareng pada umumnya, yaitu peserta mendapatkan goodie bag spesial bertema Wizarding World of JK Rowling yang tidak dijual umum. Hal ini menjadi barang eksklusif peserta.



Goodie bag kali ini dibedakan menjadi 3 berdasarkan harganya: Knut, Sickle, dan Galleon. Para pecinta Harry Potter pasti sudah tida asing dengan nilai mata uang dunia sihir tersebut. Paket Goodie Bag termurah adalah Knut sebesar Rp.100.000 , peserta mendapatkan: tiket nonton, paper bag IHP, gantungan kunci Niffler, kartu pos Newt, Notes Newt, dan magnet kulkas Wizarding World. Knut memang sengaja tetap diadakan agar semakin banyak yang bisa menjadi peserta Movie Magic. Paket Sickle adalah paket yg paling banyak pesertanya, dengan harga paket Rp.150.000. Peserta mendapatkan tiket nonton, tote bag, bantal Niffler, lanyard IHP, magnet Wizarding World, dan kartu pos Newt. Paket paling ekslusif adalah Galleon dengan harga Rp.300.000. Peserta mendapatkan tiket nonton, boneka Occamy, kaos Movie Magic, enamel cup Fantastic Beasts, lanyard IHP, magnet Wizarding World, dan kartu pos Newt.



Selain goodie bag spesial tersebut, Movie Magic selalu memberikan pengalaman nonton bareng yange mengesankan dengan games dan rangkaian acaranya (termasuk lomba cosplay dan video competition). Ada dua jenis game pada Movie Magic 2018: Crimes of Grindelwald dan Carnaval. Para pemenang games, cosplay maupun video competition mendapatkan hadiah yang sangat keren dari sponsor-sponsor Movie Magic 2018. Misalnya saja pemenang video competition mendapatkan hadiah Funko Occamy (seharga Rp.1.200.000) dari @funkoholic.id. Begitu juga dengan para pemenang cosplay, selain mendapatkan berbagai jenis Funko, mereka mendapatkan uang tunai dari PT Mega Kreasi Digital (untuk juara 1), voucher makan dari Majalah Japon untuk juara 2 dan 3, buku-buku dari Gramedia Pustaka Utama dan Periplus, bag tag Hogwarts dari @magicali_ , sabun dari @onceuponasoap, dan poster film dari WBI. Para cosplayer bersaing tidak peduli usia. Pemenang pertamanya berusia 5 tahun (@aza_yaka ) !



Selain video competition dan cosplay, acara juga diisi dengan games. IHP sudah sering membuat games yang terinspirasi dari dunia sihir JK Rowling. Games kali ini adalah Crimes of Grindelwald (sesuai dengan sub judul film) dan Carnaval. Pada games Crimes of Grindelwald diminta untuk berfoto di spot-spot yang sudah ditentukan sesuai tindakan kriminal Grindelwald yang diminta digames tersebut. Lalu peserta mem-posting foto-fotonya sesuai urutan tindak kejahatan yang dilakukan oleh Grindelwald. Sedangkan games Carnaval adalah rangkaian games yang biasa ada di karnaval/sirkus (sesuai salah satu adegan dalam film), yang terdiri atas 3 permainan: Angry Occamy (lempar tangkap boneka Occamy),Throw The Spell (lempar bola pingpong ke dalam gelas), dan Catch The Niffler (lempar gelang untuk dimasukkan ke tangan pasangan bermain).Para pemenang games mendapatkan hadiah-hadiah bertema Wizarding World dari @kelontongsihir (boneka Occamy), @ayaveelashop (wand Queenie), @thestorecerer (tumblr Hufflepuff), dan @dmc173 (banner asrama Hogwarts).



Beragam pendapat para peserta Movie Magic 2018, salah satunya dari @ratridp :” Euforianya seru, gamesnya makin kreatif, banyak momen berkesan. Namun dari segi tempat, prefer di Epicentrum, karena lebih terasa guyub. Goodie bag-nya jujur lebih menarik yang Movie Magic 2016.”

Nobar Movie Magic Jakarta

Selain di Jakarta, Movie Magic juga dilaksanakan di Bandung, Solo, Surabaya, dan Makassar. Movie Magic di Bandung dilaksanakan pada tanggal 14 November 2018 (pukul 19.00 WIB) di XXI Cihampelas Walk, diikuti oleh 25 peserta. Pendapat salah satu peserta: “Ya walau saya ga ikut Movie Magic Jakarta, tapi ga nurunin semangat buat nobar. Menurut saya, waktu kemarin udah terorganisir ya teknis pelaksanaanya, konsisten dengan apa yang telah disepakati, dan akang tetehnya baik-baik, ramahlah pokoknya.”

Nobar Movie Magic Bandung



Peserta di Solo berjumlah 9 orang, mereka melaksanakan Movie Magic pada tanggal 17 November 2018 (pukul 19.00) di XXI Solo Paragon. Tanggapan peserta: “Nobar Fantastic Beasts seru! Peserta nobar juga sangat antusias. Tambah seru karena ada beberapa yang cosplay atau membawa tongkat sihir sendiri. Nobar kali ini beda, karena penggemar Fantastic Beasts/Harry Potter seperti sudah punya ikatan yang kuat dengan filmnya, membuat nobar tambah meriah.

Nobar Movie Magic Makassar

Surabaya mengadakan Movie Magic di waktu yang sama dengan Solo, yaitu tanggal 17 Novber 2018 (pukul 19.00 WIB), di XXI Tunjungan Plaza. Peserta yang ikut berjumlah 20 orang. Kesan mereka: “Nobarnya seru, seneng banget bisa ketemu sesama Potterhead! Apalagi dari kecil biasanya nonton Harry Potter sendirian, FB 1 juga sendiri. Jadi pas kemaren bisa nobar FB tuh kayak ‘finally aku punya temen Potterhead’  . Semoga bisa ketemu sesama Potterhead di nobar-nobar selanjutnya.

Nobar Movie Magic Solo

Walaupun menjadi kota terakhir pelaksanaan Movie Magic 2018, Makassar tidak kalah serunya. Dilaksanakan di XXI Nipah Mall, pada tanggal 18 November 2018 (pukul 19.00 WITA), peserta dari Makassar berjumlah 13 orang. Kesan salah seorang peserta: “Exited banget, karena sebelumnya tidak ada yang namanya nonton bareng Potterhead. Seru aja karena bisa saling ketemu dan saling kenal. Dan saya masih mau nobar lagi for the next chapter”. Begitulah tanggapan dari peserta-peserta luar kota, Oh ya mereka juga mendapatkan paket kaos Movie Magic (bagi yang memesan).

Nobar Movie Magic Surabaya


Terima kasih kepada 16 panitia luar biasa ( @arvisha @justastrin @dalairphiare @ismantohadi @nayott_ @zulguci @sevannisa @rullydecade @spdiaz_t @bulandini @nindha @nicogiftano @teguhmei @ayuphs , Rany, dan Desy) yang berkomitmen untuk menyukseskan acara di Jakarta sejak bulan Mei 2018. Terima kasih juga untuk 7 panitia hebat dari Bandung (@riantifebb dan Ary dari @gilafilmbdg ), @mulletoh dari Solo, @yohanaleba dan @vistahermawati dari Surabaya, serta @yuanggi dan Andi dari Makassar. Terima kasih sister communities yang telah hadir di Movie Magic 2018 : @gilafilm , @gameofthrones.indonesia @eorlingas_id @portalpnfi dan @indostartrek . Tidak lupa terima kasih juga untuk seluruh anggota komunitas @indoharrypotter baik dari Jakarta maupun dari @ihp_bekasi @ihp_tanggerang dan @ihp_bogor yang telah menyihir CGV Grand Indonesia dengan mantra Patronus sehingga menimbulkan kebahagiaan yang tak terkira. Sampai jumpa pada Movie Magic 2020!

Merchandise Nobar Movie Magic

(By Aisyah Syihab)

Monday, November 26, 2018

JADWAL PROGRAM DAN PEMUTARAN FILM JOGJA-NETPAC ASIAN FILM FESTIVAL 2018

Kurang dari 24 jam lagi penyelenggraan tahun ke-13 Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) digelar. Selain 138 film yang akan diputar ataupun yang ikut berkompetisi di JAFF 2018 ini, akan banyak program-program festival yang bisa diikuti oleh penonton. Program-program yang diisi oleh narasumber-narasumber yang sudah mempunyai nama di bidangnya masing-masing yang bisa teman-teman Gila Film ikuti. Berikut jadwal lengkap JAFF 2018:










REZA RAHADIAN DAN ERNEST PRAKASA MERAMAIKAN PROGRAM EDUKASI JAFF 2018




Sebagai festival film internasional terbesar di Indonesia, Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) pada tahun ini bukan hanya akan menayangkan 124 film dari 27 negara, tapi juga menaruh kepedulian terhadap pendidikan di bidang film. Hal ini dibuktikan dengan diadakannya JAFF Education, yakni sebuah program non-pemutaran yang berfokus pada perkembangan pembuatan film melalui edukasi tentang perfilman.


Program JAFF Education perdana ini akan menghadirkan para pembicara yang merupakan sineas maupun aktor ternama dari dalam maupun luar negeri. Mereka antara lain Ernest Prakasa, Reza Rahadian, Robin Moran, Ian Wee, Buadi, Gunnar Nimpuno, Bertrand Dauphant, dan Dave Brown. Para pembicara JAFF Education ini juga memiliki kiprah yang sudah tidak diragukan lagi di dunia perfilman. Ernest Prakasa kini bukan saja dikenal sebagai aktor dan komika, tapi juga sutradara dan penulis skenario yang mumpuni. Ia diganjar Piala Citra FFI 2017 sebagai penulis skenario asli terbaik melalui film Cek Toko Sebelah (2016). 


Reza Rahadian juga sudah melekat di banyak kepala banyak orang sebagai aktor yang selalu bermain bagus dalam setiap perannya. Hingga sekarang, Reza telah mengantongi empat Piala Citra berkat kemampuan aktingnya dalam film Perempuan Berkalung Sorban (2009), 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta (2010), Habibie & Ainun (2012), My Stupid Boss (2016).


Gunnar Nimpuno (akrab dipanggil Unay) adalah sinematografer kenamaan Tanah Air saat ini yang memulai kariernya di dunia periklanan. Ia piawai menerapkan gaya visual dengan pendekatan realis dokumenter maupun sytlish yang indah untuk berbagai genre film. Karyakaryanya antara lain Sang Pemimpi (2009), Modus Anomali (2012), Atambua 39 Derajat Celsius (2012), The Killers (2014), Kulari ke Pantai (2018), hingga The Night Comes for Us (2018).



Robin Moran adalah pembuat film dengan sejumlah penghargaan. Ia menaruh perhatian pada detail-detail elemen visual, storytelling, serta peduli pada proses regenerasi pembuat film di Indonesia. Berkat FOCUSED Equipment yang didirikannya, sudah banyak sineas yang jadi melahirkan film dengan gaya visual yang lebih kaya.


Buadi berpengalaman sebagai gaffer sejak 1980 di industri televisi dan periklanan di Indonesia. Ia juga sudah pernah terlibat dalam produksi skala internasional, seperti serial Chef Table milik Netflix yang dibuat di Bali. Ia pun fokus mengulik teknologi terbaru LED digital lighting dan mengikuti pelatihan ARRI Lighting di Hong Kong pada tahun ini.Ian Wee adalah sutradara, pengajar, dan konsultan. Dia memahami soal teknologi baru digital dan menerapkan semaksimal mungkin dalam produksi film yang ikut ditanganinya, baik dokumenter maupun fiksi. Berbekal pengalaman sebagai Managing Director Widescreen Media Pte Ltd di Singapura, ia kerap membagikan pengetahuan tentang workflow, post-production, RAW, dan stereostopic 3D supaya film tersajikan dengan baik di layar bioskop. 


Bertrand Dauphant menjabat sebagai General Manager of Lighting ARRI Asia Pasific sejak 2015. Ia memiliki spesialisasi dalam hal teknis dan penjualan di industri lighting, terutama pada peralatan kontrol pencahayaan bioskop dan produksi film. Sementara Dave Brown sudah makan asam garam sebagai gaffer dalam produksi film-film blockbuster skala internasional, seperti trilogi The Lord of the Rings, King Kong, Avatar, District 9, hingga The Hobbit. Melalui film Ghost in the Shell, ia pertama kali menggunakan teknologi LED ARRI.



Dalam program anyar JAAF Education ini, para pembicara tersebut bakal membagikan pengetahuan dan pengalaman berharganya kepada para peserta. Program ini terbagi dalam format masterclass yang terdiri dari tiga workshop (Mastering Your Film, Digital Lighting, Introduction Skypanel) dan kelas (Akting dan Penulisan Skenario). 




Daftar Lengkap Program JAFF Education 2018:

 1. Acting Class bersama Reza Rahadian
Sabtu, 1 Desember 2018 
Jogja National Museum 
10.00 – 16.00 WIB 
Rp 300,000 untuk 20 orang terpilih 


2. Scriptwriting Class bersama Ernest Prakasa
Senin, 3 Desember 2018
Jogja National Museum 10.00 – 17.00 WIB
Gratis untuk 20 orang terpilih 

3. Workshop: Mastering Your Film bersama Robin Moran dan Ian Wee 
Jumat, 30 November 2018 
Jogja National Museum 
10.00 - 17.00 WIB 
Rp 250,000

Friday, November 23, 2018

ULASAN: ROBIN HOOD




Siapa yang tidak kenal Robin Hood? Pemanah ulung, pencuri emas dari orang kaya untuk dibagikan kepada rakyat jelata. Namanya begitu melegenda, sehingga sering dianggap nyata. Kisahnya sudah banyak diangkat menjadi film sejoak tahun 1946 (The Bandit of Sherwood Forest). Berbagai versi sudah disuguhkan, antara lain: The Story of Robin Hood and His Merrie Men (1952), The Men of Sherwood Forest (1954), A Challenge for Robin Hood (1967), Robin and Marian (1976), Robin Hood: Prince of Thieves (1991), dan Robin Hood (2010). Lalu Bagaimana dengan film Robin Hood (2018) ini?



Dari awal film, penonton sudah diingatkan oleh monolog yang menyatakan bahwa sebaiknya melupakan kisah-kisah Robin Hood lainnya, jangan hubungkan dengan kisah-kisahnya yang lain. Nikmati saja cerita Robin Hood kali ini. "Forget history. Forget what you think you know".



Cerita dimulai dari pertemuan Lord Robin of Loxley (Taron Egerton) dengan Marian (Eve Hewson), gadis pencuri kuda, yang langsung membuatnya jatuh cinta. Sayangnya kisah cinta mereka harus terganggu dengan surat wajib militer yang membuat Robin harus menjadi tentara perang salib.



Kehidupan Robin berubah sejak saat itu, nuraninya yang harus membela kaum lemah dan menegakkan keadilan begitu tergugah setelah menyaksikan perang dan kezaliman penguasa di tanah kelahirannya. Didukung oleh Yahya Ibn atau John (Jamie Foxx) sebagai mentornya, Robin berjuang melawan kesewenang-wenangan Sheriff Nottingham (Ben Mendelsohn). Suatu kisah yang menawarkan banyak adegan laga, peperangan, dengan latar belakang Inggris abad pertengahan. Akhir cerita dari film ini membuka kemungkinan adanya sekuel yang akan sangat dinantikan penonton.



Robin Hood (2018) merupakan film yang menyuguhkan bagaimana seorang Lord berubah menjadi seorang pencuri. Film ini juga memperlihatkan kejeniusan Robin dalam melawan musuhnya, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara strategi. Sebagai fans Robin Hood, sudah suatu kewajiban untuk menonton film ini. Sebagai orang awam yang tidak mengenal Robin Hood pun layak untuk menonton film ini tanpa harus mengetahui kisah Robin Hood lainnya.



Sudah sepantasnya bahwa film ini sangat menarik untuk ditonton, karena di belakang layarnya terdapat Otto Barthust (pemenang BAFTA 2014) sebagai sutradara dan Leonardo Di Caprio sebagai salah satu produser (Appian Way Production). Selain Di Caprio, Jennifor Davidson juga menjadi produser. Tidak hanya Appian Way, film ini juga berada di bawah rumah produksi Safehouse Pictures, Summit Entertainment, dan Thunder Road Pictures, serta didistribusikan oleh Lionsgate Films. Selamat menikmati keseruan aksi Robin Hood!

Overall: 8/10

(By Aisyah Syihab)

Thursday, November 22, 2018

36 FILM PILIHAN MEMERIAHKAN PEKAN SINEMA JEPANG 2018




Visual Industry Promotion Organization (VIPO) bersama Agency of Cultural Affairs dan Japan Foundation akan menyelenggarakan pekan pemutaran film film Jepang di Indonesia Japan Cinema Week 2018 (Pekan Sinema Jepang 2018) bertempat di CGV Grand Indonesia, Jakarta 7-16 Desember 2018.



Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Pekan Sinema Jepang 2018 merupakan rangkaian perayaan 60 tahun hubungan diplomatik Jepang-Indonesia. Seiring dengan hal tersebut, penyelenggaraan Pekan Sinema Jepang 2018 diharapkan bisa meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia terhadap kebudayaan Jepang, memperbesar peluang diputarnya film-film Jepang di Indonesia, dan berkontribusi terhadap perkembangan cultural tourism di Jepang.


Total ada 36 film yang siap ditampilkan di Pekan Sinema Jepang 2018. Film-film tersebut terbagi menjadi enam kategori: New J-Director, New J-Film, “Samurai” Historical, “Kira-Kira” Teen, “Tokusatsu” Special Effect & Documentary. Beberapa judul yang akan ditayangkan antara lain: One Cut of the Dead, Pieta in the Toilet, Miss Hokusai, Let Me Eat Your Pancreas, GAMERA: The Guardian of the Universe, dan GODZILLA (1954). Seluruh film tersebut merupakan hasil kurasi yang dilakukan oleh tim dari Agency of Cultural Affairs, VIPO, dan Japan International Foundation.



Tidak hanya menayangkan banyak film, pihak penyelenggara juga menyiapkan berbagai kegiatan menarik lainnya untuk publik dan filmmakers selama Pekan Sinema Jepang 2018 berlangsung. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain adalah workshop mengenai special effect (Tokusatsu), diskusi dengan produser dan aktor dari Jepang, serta simposium oleh filmmakers dari kedua negara. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas industri film di Indonesia dan Jepang.



Informasi lebih lanjut terkait Pekan Sinema Jepang 2018 akan disampaikan dalam konferensi pers yang akan diselenggarakan di CGV Grand Indonesia, Jakarta, pada 27 November 2018. Ada pun hal-hal yang akan diumumkan antara lain line-up lengkap Pekan Sinema Jepang 2018, daftar bintang tamu dari Jepang, dan sosok yang dipilih sebagai event ambassador.



Untuk info lebih lengkap mengenai Pekan Sinema Jepang 2018 bisa mengunjungi web officialnya di https://www.jcinema2018.id/















Saturday, November 17, 2018

ULASAN: FANTASTIC BEASTS 'THE CRIMES OF GRINDELWALD'





Setelah dua tahun harus menunggu petualangan Newt Scamander (Eddie Redmayne) di dunia sihir, akhirnya kita kembali bertemu dengannya. Seperti telah diketahui, film Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald adalah sequel dari “Fantastic Beasts and Where to Find Them”, suatu saga baru dari dunia sihir JK Rowling. Saga ini rencananya terdiri atas 5 film yang akan tayang setiap 2 tahun sejak 2016.



Kisah Fantastic Beasts ini merupakan prequel dari saga Harry Potter, yang sebenarnya berasal dari buku pendamping seri Harry Potter. Buku ini diceritakan ditulis oleh Newt Scamander, seorang Magizoologist (ahli hewan-hewan fantastis). Pada buku ini tidak ada kisah apapun, hanya memuat ensiklopedi hewan-hewan di dunia sihir. Namun Rowling menulis cerita mengenai Newt sesuai keadaan zaman ketika Newt menulis bukunya, sekitar tahun 1920an.
Pada era itu, terdapat penyihir hitam yang jauh lebih kuat, cerdas, dan menakutkan dibanding Lord Voldemort (musuh besar Harry Potter). Sang penyihir ini bernama Gellert Grindelwald (Johnny Depp). Grindelwald pernah disebut beberapa kali dalam novel-novel dan film Harry Potter. Dia adalah musuh besar Albus Dumbledore (diperankan oleh Jude Law).



Film kedua ini bercerita mengenai tindakan Grindelwald dalam mengumpulkan pengikut dari seluruh dunia, mereka berkumpul di Paris. Dumbledore mengetahui hal ini, namun tidak bisa melawan Grindelwald, karena terikat perjanjian bahwa mereka tidak boleh saling berperang. Oleh karena itu Dumbledore mengutus mantan muridnya, Newt Scamander. Newt yang awalnya menolak, terpaksa harus ke Paris, karena kekasih hatinya (Tina Goldstein, diperankan oleh Katherine Waterston), sedang di Paris. Tina yang merupakan Auror dari Amerika, sedang bertugas memata-matai Credence (Ezra Miller), seorang Obscurus (penyihir yang tidak bisa mengontrol kekuatannya). Credence dikhawatirkan akan dimanfaatkan oleh Grindelwald. Kisah selanjutnya silahkan dinikmati sendiri.



Kerinduan penggemar Harry Potter akan sekolah sihir Hogwarts, Albus Dumbledore, dan London, terobati pada film kedua ini. Keindahan dunia sihir dan hewan-hewan fantastis yang menakjubkan pun menambah nilai film ini. Namun film ini terlalu banyak karakter yang membuat penonton harus mengikuti satu persatu polemik karakter-karakter tersebut, sehingga banyak plot hole yang terjadi. Dan untuk penggemar fanatik yang sangat hafal jalan cerita saga JK Rowling di dunia sihir, akan menemukan beberapa hal yang mengecewakan. Sang penulis terlihat mengacak beberapa jalan cerita yang sudah ia buat sebelumnya. Walaupun begitu, masih ada harapan bahwa akan terjawab mengapa Rowling melakukan itu semua di film-film selanjutnya. Sehingga setelah menonton film ini, penggemar akan tidak sabar menantikan film-film selanjutnya.



Terakhir, bagi penggemar di Indonesia, film ini sangat membanggakan. Karena ada karakter yang berasal dari Indonesia, yaitu Nagini (Claudia Kim). Ya, Nagini yang merupakan ular betina peliharaan Lord Voldemort ternyata adalah penyihir wanita yang sejak lahir sudah dikutuk menjadi ular. Selamat menikmati film karya David Yates, yang naskahnya ditulis langsung oleh Joanne K Rowling, dan diproduksi oleh Warner Bross. Finite!

Overall: 7/10

(By Aisyah Shyihab)