Friday, December 28, 2018

ULASAN: MARY POPPINS RETURNS





Mary Poppins Returns! Kabar gembira bagi seluruh anak di dunia, bahkan juga untuk yang kini bukan anak-anak lagi. Siapa yang tidak kenal Mary Poppins? Pengasuh anak berkekuatan magis, tokoh ciptaan Pamela Lyndon Travers, yang kemudian hak ciptanya dibeli oleh Walt Disney, dan dibuat filmnya pertama kali pada tahun 1964. Julie Andrews sangat sukses memerankan nanny ajaib anak-anak Mr Banks pada film tersebut. Film ini identik dengan banyak lagu indah yang membuat penonton ingin ikut bernyanyi dan menari, serta perpaduan antara tokoh manusia dan karakter animasi. Mary Poppins kembali hadir untuk menyambut natal 2018!



Apa kabar anak-anak keluarga Banks? Apakah Michael dan Jane Banks sudah menjadi manusia dewasa yang sukses, sesuai didikan Mary Poppins? Mary Poppins (kini diperankan oleh Emily Blunt ) datang kembali ke Jalan Cherry no. 17, untuk menengok anak-anak asuhnya yang kini telah dewasa, setelah 20 tahunan berpisah dari mereka. Michael Banks (Ben Whishaw) sudah memiliki 3 orang anak (John - Nathanael Saleh, Annabel – Pixie Davies, dan George – Joel Dawson), sementara istrinya sudah wafat. Kepergian sang istri membuat hidup Michael tidak karuan. Untungnya, sang adik, Jane (Emily Mortimer) bersedia membantu merawat para ponakan.



Peristiwa yang dihadapi keluarga Banks yang paling berat adalah ancaman penyitaan rumah mereka, jika Michael tidak berhasil melunasi hutangnya. Satu-satunya cara untuk melunasi hutang tersebut adalah dengan menjual sertifikat saham yang dimiliki oleh Mr Banks (ayah Michael). Sayangnya sertifikat itu tidak berhasil ditemukan, walaupun Michael dan Jane sudah membongkar gudang. Hasil pembongkaran gudang tersebut membuat Michael membuang beberapa barang yang sudah tidak terpakai. Salah satunya adalah laying-layang yang dulu dimainkan Michael dan Jane. George (anak bungsu Michael) menemukan laying-layang itu dan mencoba memainkannya di taman. Saat George mencoba menerbangkan layang-layang, angin bertiup kencang, dari ujung layang-layang itupun turun seorang wanita membawa payung dan koper, dialah Mary Poppins. Kehadiran Mary Poppins dikenali oleh Jack (Lin-Manuuel Miranda), seorang penyuluh (orang yang bertugas menyalakan dan mematikan lampu di jalan-jalan London). Mary Poppins pun kembali mengurusi anak-anak keluarga Banks dengan melakukan berbagai keajaiban. Akankah Mary Poppins tinggal bersama keluarga Banks selamanya? Apakah permasalahan keluarga Banks berhasil teratasi dengan kehadiran Mary Poppins? Silahkan nikmati dunia magis yang dibawa pengasuh cantik ini.



Julie Andrews sebagai Mary Poppins pada tahun 1964 menolak untuk ikut serta pada film ini, karena ia tidak ingin mencuri perhatian penonton. Dia ingin Emily Blunt menguasai panggungnya sendiri sebagai Mary Poppins. Namun, jika ingin mengenang Mary Poppins tahun 1964, penonton masih bisa menyaksikan acting Dick van Dyke yang dulu berperan sebagai Bert (teman Mary Poppins yang membawa anak-anak ke dunia penuh fantasi). Kali Ini kita akan tetap melihat Dick van Dyke menyanyi dan menari, sebagai Mr. Dawes Jr. Jangan lewatkan juga aksi Meryl Streep pada film ini. Dia berperan sebagai Topsy, sepupu Mary Poppins yang juga tidak kalah ajaib. Memasuki lorong tempat rumah Topsy berada, akan membuat para penggemar Harry Potter merasa memasuki Diagon Alley.



Dari awal hingga akhir film, penonton akan diajak bernyanyi. Lagu-lagu indah pada film ini di antaranya: Can You Imagine That?; (Underneath the) Lovely London Sky; A Cover is not the Book; The Place Where Lost Things Go; dan Turning Turtle.

Overall: 9/10

(By Aisyah Syihab)

ULASAN: ELLIOT 'THE LITTLEST REINDEER'



Sebagai film natal, “Elliot: The Littlest Reindeer” akan membawa penonton mengunjungi Santa dan melihat kehidupan di sekitarnya. Film animasi ini bercerita tentang seekor kuda poni bernama Elliot (diisi vokal oleh Josh Hutcherson- Hunger Games sebagai Peeta Mellark), di suatu perternakan bernama North Dakota reindeer farm/petting zoo yang memiliki mimpi yang besar. Elliot ingin menjadi reindeers (kawanan rusa yang membawa kereta Santa keliling dunia untuk mengantarkan hadiah pada anak-anak).



Keinginan Elliot ini menjadi bahan ejekan teman-temannya, baik sesama kuda, maupun para rusa peliharaan Walter (Rob Tinkler – Dig to China). Walaupun begitu, Elliot memiliki satu supporter yang sangat membantunya untuk mewujudkan keinginannya itu, yaitu Hazel (Samantha Bee – Full Frontal with Samantha Bee), seekor kambing yang menjadi teman dekat Edlliot. Hazel bahkan juga menjadi pelatih dan “manajer” Elliot. Tiap hari Elliot berusaha berlatih agar dapat mengimbangi kelincahan para rusa. Sampai pada suatu hari, tersiar berita dari reporter bernama Corkie (Morena Baccarin – Deadpool, sebagai Vanessa), bahwa Santa membutuhkan reindeer baru (George Buza – A Christmast Horror Story, sebagai Santa). Maka diadakanlah audisi untuk mencari seekor reindeer. Perternakan milik Walter pun mengirimkan rusa terbaik untuk mengikuti audisi tersebut, yaitu DJ (Christopher Jacot – Manhattan Undying). DJ merupakan rusa angkuh dan ambisius, dia sangat berambisi menjadi reindeers, karena ayahnya pun adalah seekor reindeer. Elliot dan Hazel tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, mereka pun ikut pergi secara diam-diam. Pada audisi, berbagai konflik terjadi, akankah Elliot berhasil mencapai cita-citanya?



Film animasi berdurasi 1 jam 29 menit ini hanya ringan dinikmati pada beberapa menit awal. Selanjutnya, konflik-konflik pada film terasa berat, terutama jika harus tonton anak-anak. Konflik yang diangkat misalnya mengenai rasis (rasis pada spesies tertentu) dan berbagai tindakan curang. Namun, bagi orang dewasa yang sudah memahami konflik-konflik tersebut, alur cerita dirasa sangat lambat dan menimbulkan rasa kantuk. Bagaimanapun filmnya, tapi seperti film natal pada umumnya, banyak nilai yang bisa dipetik dari film ini, dan masih bisa dinikmati bersama keluarga.



Selamat mengunjungi Santa melalui film karya Jennifer Westcott, yang diproduksi oleh Awesometown Entertainment, Double Dutch International, dan Elgin Road!

Overall: 6/10

(By Aisyah Syihab)

Thursday, December 27, 2018

ULASAN: MILLY DAN MAMET




Para penggemar Ada Apa dengan Cinta ? sudah pasti tidak asing dengan Milly dan Mamet. Milly (Sissy Priscillia) merupakan salah seorang anggota genk Cinta, sementara Mamet (Dennis Adhiswara) merupakan cowo yang mengejar-ngejar Cinta sejak SMA. Tingkah laku keduanya yang konyol, menjadi bumbu komedi di film Ada Apa dengan Cinta ? (2002). Mereka berdua yang tidak diceritakan berpacaran pada film Ada Apa Dengan Cinta ?, kemudian dikisahkan menikah pada film Ada Apa dengan Cinta ? 2 (2016). Bagaimana hal ini bisa terjadi? Bagaimanakah konflik-konflik pada pasangan yang lucu ini? Jawabannya ada di film Milly & Mamet.



Ya, film diawali dengan bagaimana pertemuan kembali antara para sahabat SMA ini, yang menjadikan Milly berpacaran dan menikah dengan Mamet. Setelah menikah dan memiliki bayi, Milly memilih menjadi ibu rumah tangga seutuhnya, meninggalkan kariernya sebagai pegawai bank. Mamet yang lulusan tata boga, terpaksa meninggalkan impiannya menjadi Chef, dengan bekerja di pabrik pakaian milik mertuanya. Milly yang mulai bosan dengan kehidupan ibu rumah tangga saja dan Mamet yang tertekan oleh sikap mertua (Sony, diperankan oleh Roy Marten) yang tidak percaya padanya, menjadi konflik awal pada film ini. Kehadiran Alexandra (Julie Estelle), rekan kuliah Mamet yang menawarkan Mamet untuk membuka rumah makan dengan konsep healthy food (seperti yang diimpikan Mamet) seakan menjadi solusi bagi konflik yang terjadi pada pasangan tersebut. Namun, benarkah hal ini menjadi solusi bagi mereka? Arau malah menimbulkan konflik-konflik baru? Silahkan tonton sendiri untuk mengetahui jawabannya.



Milly & Mamet yang merupakan garapan Ernest Prakarsa (juga berperan sebagai Yongki, salah satu staf di pabrik) dan Meira Anastasia ini, adalah film drama keluarga berbalut nuansa komedi yang sangat kental, khas film-film Ernest lainnya (Cek Toko Sebelah 2016 & Susah Sinyal 2017). Sudah menjadi tradisi bahwa Ernest mengeluarkan filmnya di bulan Desember, sehingga menjadi salah satu film liburan tahun baru. Entah karena waktu penayangan yang pas maupun karena fans percaya bahwa film-filmnya berkualitas, Milly & Mamet juga sudah merebut jumlah penonton yang cukup banyak (lebih dari 100 ribu penonton pada hari pertama penayangan).



Film berdurasi 101 menit ini memang patut diacungi 4 jempol! Kisah drama keluarga dan romantisme beberapa karakter di dalamnya mengalir dengan sangat baik, tidak berlebihan. Banyak hal yang bisa dipetik dari kisah keluarga ini tanpa terkesan menggurui penonton. Misalnya bagaimana Milly harus berada di antara konflik ayah dan suaminya. Sebagai istri, Milly harus membela suaminya, namun ia berusaha tidak durhaka pada oramgtua satu-satunya yang sangat ia sayangi itu. Jangan lupakan adegan-adegan komedi yang dilakukan bukan hanya oleh para Stand Up Comedian (Arafah Rianti - Sari, Aci Resti -Iin, Ardit Erwandha – Robby, Bintang Emon -Somad, Muhadkly Acho – Hendra, dan Awwe – Polantas), maupun komedian Tike Priatnakusumah (sebagai Bi Sum). Namun juga dilakukan oleh para aktor dan aktris cantik yang hampir belum pernah bermain komedi, misalnya akting Yoshi Sudarso (berperan sebagai James, pacar Alexandra), Eva Celia Latjuba (berperan sebagai Jojo, tetangga Milly), dan Dinda Kanya Dewi (sebagai Lela, staf pabrik) yang berhasil memancing tawa. Bahkan para penyanyi cantik seperti Isyana Sarasvati (berperan sebagai Rika) dan Melly Goeslaw (berperan sebagai Mamah Itje) pun berakting konyol yang memecahkan tawa seluruh penonton.



Bagaimana dengan kehadiran genk Cinta lainnya? Tenang, kerinduan terhadap Cinta (Dian Sastrowardoyo), Maura (Titi Kamal), dan Karmen (Adinia Wirasti) bersama Milly akan terpuaskan di film ini. Mereka ada di beberapa scene, walaupun bukan sentral dari cerita. Bintang-bintang kawakan pun hadir melengkapi, seperti Pierre Gruno (sebagai Hartono) dan Surya Saputra (sebagai Rama).



Menonton film produksi Mira Lesmana (Miles Production) dan Chand Parwez Servia (PT Kharisma Starvision Plus) ini tidak lengkap tanpa menikmati soundtracks-nya. Setidaknya ada beberapa lagu yang bisa dinikmati, seperti Berdua Bersama (Jaz), Luruh (Isyana Sarasvati & Rara Sekar), serta Kita (Sissy Priscillia). Film ini layak untuk ditonton lebih dari sekali dan tetap mengguncang tawa, karena ada beberapa detail di film yang menggelikan, misalnya tulisan-tulisan pada topi yang dikenakan Yongki. Salah satunya bertuliskan “Gaya DPR, Gaji UMR”. And I wish there would be Milly & Mamet 2!

Overall: 9/10

(By Aisyah Syihab)

Thursday, December 20, 2018

ULASAN: BUMBLEBEE





Tidak seperti saudaranya G.I. Joe yang sama-sama kreasi dari Hasbro, Trasnformers adalah franchise yang jauh lebih menguntungkan dalam hal profit. Terbukti 5 film Transformers versi live actionnya yang disutradarai oleh Michael Bay semuanya masuk dalam 10 film berpenghasilan tertinggi di tahun masing-masing film itu rilis. Tetapi sayangnya dari keseluruhan hasil finansial yang menguntungkan itu tidak pernah berjalan seiring dengan respon positif yang bisa didapatkan lewat penonton ataupun kritikus. Hampir setiap filmnya selalu menjadi langganan film terburuk di ajang Razzie Awards. Mencoba hadir dengan format terbaru, Transformers sudah bersiap dengan era yang baru dan itu dimulai dari spin-off yang sudah lama direncanakan lewat karakter Bumblebee.


Travis Knight yang angkat nama sebagai sutradara Kubo and The Two Strings (2016) memimpin film Bumblebee ini dengan skenario yang dikerjakan oleh Christina Hodson yang saat ini  juga mengerjakan naskah film DC Comics 'Birds Of Prey'. Michael Bay masih terlibat dalam film ini, hanya saja posisinya sebagai produser. Lalu Hailee Stainfeild dan John Cena nama yang akan menjadi daya tarik lebih membintangi film Bumblebee ini.


Bersetting California di tahun 1987. Bumblebee adalah prequel langsung dari film pertamanya ketika perperangan di planet Cybertron antara Autobots dan Decepticon memuncak yang membuat Autobots yang dipimpin oleh Optimus Prime harus mundur dan melarikan diri. Dan Bumblebee ditugaskan untuk melarikan diri ke bumi sekaligus mempersiapkan markas Autobots tanpa terdektesi oleh Decepticon. 


Pelarian Bumblebee mempertemukannya dengan Charlie Watson (Hailee Steinfeld), seorang gadis yang baru saja berulang tahun ke-18 mencoba mencari mobil pertamanya di sebuah tempat penjualan barang bekas. Bumblebee yang dalam penyamarannya di bumi dalam bentuk VW Beetle berwarna kuning secara perlahan menjalin persahabatan dengan Charlie. Persahabatan yang damai itu mulai terganggu dan menjurus ke dalam bahaya besar ketika pemerintah mencium keberadaan Bumblebee yang dianggap sebuah ancaman. Dan kejaran pemerintah hanyalah salah satunya. Bahaya lebih besar lagi datang dari Decepticon yang memburu para Autobots dari planet ke planet dan salah satu planet yang akan dituju adalah Bumi.



Salah satu hal yang membuat penonton sangat tertarik menonton Bumblebee adalah format bentuk robot-robot Transformers kembali pada bentuk klasik seperti yang ada dalam serial animasinya. Memnacing rasa nostalgia dan visual penampakan robot-robot dengan konsep klasik memang sangat luar biasa. Opening perperangan di planet Cybertron sudah sangat menarik perhatian penonton sampai adegan ketika Bumblebee diserang oleh Starscream di Bumi.


Tetapi hanya sampai itu, ketika sudah mulai diperkenalkan karakter Charlie kita akan merasakan banyak dejavu ketika menonton Transformers pertama lewat karakter Sam WitWicky (Shia LaBeouf). Remaja yang tidak populer yang mempunyai masalah berinteraksi. Kebanyakan dejavu itu untungnya tidak membuat penonton bosan. Ulah Bumblebee dengan lugunya akan memancing tawa penonton ditengah-tengah lelucon garing dari dialog-dialog karakter para manusianya. Mungkin dari beberapa dari penonton akan mulai mempertanyakan kenapa Bumblebee mendapat respon yang sangat luar biasa dari kritikus dengan konsep cerita yang hampir sama dengan Transfomers pertama.


Untuk secara keseluruhan, Bumblebee hampir mempunyai background cerita yang sama dengan Transformers pertama tanpa battle dua kubu yang jauh lebih besar yang rasanya lebih cocok disebut sebagai reboot dibandingkan prequel. Karena jika ini masih dianggap sebuah prequel akan banyak menemui tidak konsistennya plot cerita sebagai jembatan ke film Transformers pertama. Masih sangat menghibur, terlebih jika kamu belum pernah menonton film-film live action Transformers sebelumnya. Tetapi jika disebut lebih baik dari pada film-film Transformers sebelumnya terutama film pertama ? Sepertinya hal itu masih perlu diperdebatkan.

Overall: 6/10

(By Zul Guci)

Monday, December 17, 2018

ULASAN: SPIDER-MAN 'INTO THE SPIDER-VERSE'




Langkah cerdik diambil oleh Sony Pictures. Disaat versi live-action Spider-man tidak bisa lagi diutak-atik untuk sementara karena adanya kerjasama dengan Disney/Marvel Studio meskipun memegang hak ciptanya, Sony mengambil langkah lain mengambil celah dari universe Spider-man tanpa meganggu Spider-man versi live action yang saat ini dibintangi oleh Tom Holland. Dan langkah yang cukup tepat, menyentuh dan mengeksplorasi universe Spider-man yang belum pernah difilmkan sebelumnya yaitu mengangkat tema spider-verse. Spider-verse sendiri diambil dari salah satu event komik Spider-man dimana semua spider-man dari universe banyaknya pararel berkumpul dan bersatu dan menghadapi musuh yang sama. Untuk filmnya sendiri lingkupnya tidak sebesar event komik memang, tapi sudah terasa cukup besar dengan kehadiran 6 macam spider-man yang ada.



Dan nama Miles Morales berada paling terdepan yang karakternya sudah cukup populer di komik untuk menjadi suksesor setelah nama Peter Parker yang memang mempunyai latar belakang karakter yang cukup menarik. Tidak tanggung-tanggung, demi hasil yang terbaik 3 sutradara sekaligus menyutradarai Spider-Man Into The Spider Verse (SITSV) dengan format animasi ini. Sementara nama-nama untuk pengisi suara juga bukan nama-nama asing lagi, diantaranya ada Jake Johnson, Chris Pine, Mahershala Ali, Nicolas Cage, Hailee Steinfeld dan Liev Schreiber.



Berbeda dengan origin spider-verse versi komik dimana para spider-man dari bermacam universe bersatu karena ada yang memburu mereka satu-persatu untuk dibunuh, untuk versi filmnya sendiri terbukanya pintu paraler universe lain dikarenakan usaha Wilson Fisk (Liev Schreiber) melakukan percobaan untuk kembali bisa menghidupkan anak dan istrinya yang tewas karena kecelakaan. Percobaan yang bisa mengancam nyawa banyak orang berhasil digagalkan oleh Spider-Man/Peter Parker (Chris Pine) tetapi harus dibayar mahal karena tewasnya sang pahlawan yang dilihat secara langsung oleh Miles Morales (Shameik Moore) yang tidak tersengaja tergigit salah satu laba-laba yang membuatnya mempunyai kekuatan yang sama dengan dan bahkan melebihi Spider-man.



Kekuatan baru Miles akhirnya memancing 5 spider-man lainnya yang sempat tertarik karena mesin Wilson Fisk untuk menemui Miles. Mereka antara Spider-Gwen/Gwen Stacy (Hailee Steinfeld), Spider-Man/Peter B. Parker (Jake Johnson), Spider Noir/Peter Parker (Nicolas Cage), Peni Parker (Kimiko Gleen) dan Spider-ham/Peter Porker (John Mulaney) spider-man berbentuk babi. Mereka berenam sekarang harus berusaha kembali menggagalkan usaha Wilson Fisk untuk kedua kalinya membuat mesin yang sama dan sekaligus berusaha untuk bisa kembali ke universe mereka masing-masing yang dipimpin oleh Miles Morales yang tidak tahu apa-apa mengenai menjadi Spider-Man.



Sangat mudah bagi SITSV menarik perhatian penonton sejak awal adegan. Pengenalan karakternya diperkenalkan dengan cara unik seperti panel-panel komik dan lalu dilanjutkan dengan tribut film-film Spider-Man sebelumnya yang sangat memancing tawa penonton. Ketika perhatian penonton sudah didapatkan, karakter Miles Morales mulai diperkenalkan. Remaja yang masih mencari jati dirinya yang mendapat dukungan penuh dari sang paman (Mahershala Ali) tetapi tidak didapatkan dari ayahnya sendiri (Bryan Tyree Henry) itu saja sudah membuat penonton terlibat dalam ceritanya. Dan itu hanya awal, plot cerita semakin menarik ketika para spider-man lainnya mulai muncul. Hubungan mentor dan murid antara Miles Morales dan Peter B. Paker yang mempunyai dua kepribadian jauh berbeda yang dibumbui komedi yang cukup kental akan menjadi pusat perhatian.



Skenario yang dikerjakan Phil Lord dan Rodney Rothman memegang kendali film animasi ini. 6 Spider-Man yang muncul mendapatkan porsi yang cukup pas. SITSV juga tidak hanya menawarkan sebuah aksi seru pahlawan saja, tapi bagaimana para superhero sangat begitu rapuhnya mereka jika sudah berhubungan dengan masalah keluarga yang digambarkan lewat karakter Miles Morales dan Peter B. Parker. Sangat mengingatkan dengan Spider-Man 2 yang cukup emosional, tetapi SITSV masih berada diatasnya. Jadi tidak salah jika ada menobatkan SITSV adalah film Spider-Man terbaik sejauh ini. Kita akan sangat menantikan petualangan Miles Morales selanjutnya.

Overall: 9/10

(By Zul Guci)

ULASAN: AQUAMAN



Setelah Justice League, Warner Bross kembali mengeluarkan film dari superhero DC. Anggota Justice League yang berada di dua dunia (daratan dan lautan), yang kali ini diangkat kisahnya. Ya, tidak lain dan tidak bukan: AQUAMAN!. Respon positif sangat diharapkan untuk karya teranyar ini setelah hujan respon negatif pada Justice League tahun lalu. Lalu Berhasil kah Warner Bross ?



Jason Momoa dan Amber Heard kembali mengisi perannya masing sebagai Arthur Curry/Aquaman dan Mera seperti peran mereka di Justice League. Kejutan ada pada kursi sutradara, nama James Wan yang kita lihat sebagai spesialis genre horror diberi tanggung jawab memimpin film ini. Keberhasilan James Wan menyutradarai film action pertamanya lewat Furious 7 sepertinya menjadi pertimbangan yang cukup kuat untuk pihak studio. Dan James Wan kembali membawa aktor kesayangannya Patrick Wilson yang diberi peran villain utama Aquaman pada film solo pertamanya ini.



Aquaman adalah sebutan untuk metahuman bernama Arthur Curry (Jason Momoa), yang merupakan half-breed dari Atlantis. Ibunya adalah Queen Atlanna (Nicole Kidman), ratu dari kerajaan Atlantis (kerajaan yang tenggelam ke bawah samudra). Ayahnya bernama Tom Curry (Temuera Morrison), seorang penjaga mercu suar. Sebagai anak dari kedua orang yang begitu berbeda, Arthur mengalami pergolakan sejak kecil. Di dunia daratan ia sering mendapat bully dari teman-temannya, karena dianggap aneh dan bisa berkomunikasi dengan hewan laut. Di Atlantis pun ia tidak diterima, karena dianggap sebagai anak tidak sah dari Atlanna, yang menyebabkan Atlanna dieksekusi oleh suami sahnya. Ekseskusi ibunya membuat Arthur merasa sangat bersalah. Semua hal ini membuat dirinya skeptis dengan kedua dunia tersebut. Namun, Arthur tetap membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongannya, hingga datanglah Mera, Princess of Xebel (Amber Heard). Mera meminta bantuan Arthur untuk mengambil kekuasaan Atlantis dari King Orm (Patrick Wilson), karena Orm dengan kekuasaannya akan menyerang daratan. Kisah perjalanan Aquaman menemukan jati diri dan kekuatannya pun dimulai. Di tengah perjalanan tersebut dia harus menghadapi berbagai musuh, termasuk musuh abadinya, Black Manta (Yahya Abdul-Mateen II). Apakah Arthur berhasil menolong Mera dan menumpas para musuhnya?



Aquaman dianggap sebagai salah satu film terbaik DC selama 5 tahun terakhir. Selain alur cerita yang menarik, penonton dimanjakan oleh keindahan bawah laut dari kerajaan Atlantis, maupun kerajaan-kerajaan bawah laut lainnya. Untuk itu, sebaiknya menonton film ini di layar yang sangat besar, seperti IMAX maupun Sphere-X. Sangat disarankan untuk menonton karya James Wan ini di studio IMAX, karena ada 1 adegan yang hanya ditayangkan di IMAX. Kemungkinan karena hanya kamera IMAX yang dapat mengambil adegan ini.



Walau film ini sangat menarik, namun tidak terlepas dari kekurangan. Ketidakkonsistenan alur dengan Justice League, menjadi kekurangan utama, yang menyisakan pertanyaan dalam pikiran para penonton: Alur waktu (time line) film ini sesudah atau sebelum Justice League? Film ini pun tidak segelap film DC lainnya, sehingga penonton akan sedikit kehilangan cita rasa DC. Tapi hal ini menjadikan Aquaman lebih ringan dan nyaman untuk ditonton berkali-kali. Oh ya, jangan langsung beranjak dari bangku begitu film sudah selesai, ada 1 after credit scene yang akan menuntun kita untuk Aquaman 2!

Overall: 8/10

(By Aisyah Syihab)

ARIGATOU GOZAIMASU PEKAN SINEMA JEPANG 2018!





Sudah 10 hari Pekan Sinema Jepang 2018 berlangsung sukses di Jakarta. Terhitung ada 36 judul film pilihan yang mewarnai berbagai genre film Jepang yang berlangsung dari 7 – 16 Desember 2018. Film penutup pada acara tahunan ini, pilihan jatuh kepada film The Man From The Sea (Laut) yang merupakan hasil kerjasama antara Jepang dan Indonesia, serta sebagai simbolis bentuk kerjasama diplomatik antara Jepang dan Indonesia selama 60 tahun.



Pada tanggal 16 Desember 2018 di tampak sekali kemeriahan acara penutupan Pekan Sinema Jepang 2018 di CGV Grand Indonesia, Jakarta. Tampak berjejer 36 poster film Jepang terpilih yang dikurasikan oleh tim dari Agency of Cultural Affairs, VIPO dan Japan International Foundation. Di hari terakhir Pekan Sinema Jepang 2018 ini terhitung ada 7 film yang diputar di CGV Grand Indonesia, termasuk film tambahan Shoplifters (atas atensi dan permintaan dari anemo pecinta film Jepang -bahkan sold out dalam hitungan jam-) dan film penutup The Man From The Sea (Laut). Menariknya sutradara dan para pemain The Man From The Sea (Laut) turut hadir untuk memeriahkan acara penutupan Pekan Sinema Jepang kali ini.



Koji Fukada selaku Sutradara, Dean Fujioka dan Taiga selaku pemain film The Man From The Sea (Laut) dari Jepang sangat bahagia atas atensi dari para penonton film ini yang memenuhi satu studio penuh di auditorium 1. Adipati Dolken dan Sekar Sari sebagai aktor dan aktris ternama di Indonesia berharap bahwa penonton Indonesia bisa terhibur dan melaut bersama Laut.


RANGKAIAN ACARA LAINNYA SELAIN PENAYANGAN FILM JEPANG


Event ini tidak hanya menayangkan 36 film Jepang pilihan, tetapi ada beberapa workshop / talk events untuk mengenal lebih dekat mengenai film-film Jepang. Seperti talk event mengenai animasi film Jepang setelah pemutaran film kumpulan animasi Ponoc Short Film Theatre, Volume 1: Modest Heroes. Talk event mengenai film Tokusatsu (mengambil kisah kesuksesan Kamen Rider) setelah pemutaran film Kamen Rider X Super Sentai Cho Super Hero Taisen. Tidak lupa workshop menarik bagi anak-anak yang mengajarkan bagaimana membuat awan dari kapas untuk menimbulkan spesial efek dalam film-film Tokusatsu.

Selain beberapa kegiatan di luar penayangan film, satu hal yang sangat menarik bagi penggemar film Jepang adalah penukaran merchandise dengan tiket film di Pekan Sinema Jepang 2018. Hanya dengan 2 tiket film penonton dapat menukarnya dengan stiker, 5 tiket film penonton dapat menukarnya dengan tote bag dan 10 tiket penonton dapat menukarnya dengan kaos. Semua merchandise tersebut merupakan official merchandise dari Pekan Sinema Jepang 2018.

Sajian utama dari Pekan Sinema Jepang 2018 tentunya adalah suguhan 36 film dari 6 kategori film yang berbeda. Kategori-kategori tersebut adalah New J-Director, New J-Film, "Samurai" Historical, "Kira-Kira" Teen, "Tokusatsu" Special Effects dan Documentary. Dari 36 film yang ditayangkan, Gila Film akan memberikan referensi 5 film yang paling menarik di Pekan Sinema Jepang 2018. Mau tau apa saja film-film tersebut? Simak ulasannya di bawah ini!


5 FILM PEKAN SINEMA JEPANG 2018 PILIHAN GILA FILM

1. Tremble All You Want



Mau merasakan film absurd nan kocak tetapi dengan sajian yang berbeda dan tidak lupa dengan unsur “nyeni” dalam sebuah film? Tremble All You Want adalah jawabannya. Sebuah film berdasarkan novel monolog berjudul “Katte ni Furuetero” oleh Risa Wataya.

Film ini menceritakan seorang perempuan bernama Yoshioka (diperankan sangat apik oleh Mayu Matsuoka) yang bekerja sebagai akuntan di sebuah kantor di Tokyo, Jepang. Dia mengalami dilema karena 10 tahun jatuh cinta dengan pria yang sama bernama Ichi (satu, diperankan oleh Takumi Kitamura) dan berfantasi kalau mereka adalah sepasang kekasih. Dilema-fantasi tersebut terusik dengan kehadiran pria lain, Kirishima (Daichi Watanabe) yang dijuluki “Ni” (dua) ini menyatakan cintanya kepada Yoshioka, sebuah pernyataan cinta pertama yang diterima Yoshioka sepanjang 24 tahun selama hidupnya. Lalu siapakah yang akan dia pilih, Ichi atau Ni? Terlebih Yoshioka akhirnya bertemu dengan Ichi setelah bertahun-tahun tidak berjumpa. Akankah dia memilih cinta pertama atau cinta kedua? Fantasi atau realita?

Adegan favorit: ketika Yoshioka menyadari bahwa Ichi tidak mengetahui (mengingat) namanya setelah bertahun-tahun lamanya. Sebuah titik balik dari Yoshioka untuk segera mengakhiri fantasinya dan memulai kehidupan sesuai realitas yang ada.

Rating dari kami: VERY RECOMMENDED

2. One Cut Of The Dead



Sebagai film pembuka Pekan Sinema Jepang 2018, One Cut of the Dead adalah pilihan yang sangat cocok yang mampu membangkitkan anemo keinginan para penonton untuk menyaksikan film-film pilihan Pekan Sinema Jepang yang lain. Sebuah film komedi yang sangat unik dan sangat orisinil yang sudah menorehkan sukses di Jepang serta beberapa negara di Asia. Dibuka dengan pengambilan gambar sepanjang 37 menit yang tidak terputus dari sebuah kisah datangnya zombie yang mengacaukan proses syuting sebuah film bertemakan zombie. Hingga akhirnya film berganti menjadi sindiran lucu pembuatan film bergenre zombie dengan anggaran rendah - dan film ini diakhiri menjadi drama komedi keluarga yang sangat menawan.

One Cut of the Dead adalah sebuah permata yang selama ini dicari oleh para penonton terutama sineas film. Hanya dengan anggaran yang sangat minim, mampu menghasilkan sebuah film yang sangat maksimal, sebuah tamparan nyata bagi sineas film Hollywood yang sudah mulai mati ide dan inovasi dalam hal cerita.

Adegan favorit: Adegan terakhir membentuk piramida manusia, dimana akhirnya sang ayah mampu memperbaiki hubungan dengan anaknya yang sama-sama mencintai film. Lucu namun sangat menyentuh.

Rating dari kami: VERY RECOMMENDED.


3. Teiichi-Battle Of Supreme High




Drama politik namun kocak, komikal dan absurd? Maka jangan lupakan film Teiichi -Battle of Supreme High-. Sebuah film yang mensatirisasi langkah-langkah ekstrem yang dilakukan oleh politisi dan birokrat Jepang agar naik pangkat dan mampu berkuasa, dapat digambarkan dengan apik dengan drama pemilihan ketua OSIS di masa SMA. Ingat film ini adalah film komedi satir yang overacting, tetapi bukan berarti overacting ini menjadi nilai minus dalam film Teiichi, justru para penonton akan dibuat terpingkal-pingkal dengan ciri khas film ini yang sangat komikal. Film ini diadaptasi oleh sutradara Akira Nagai dari manga terlaris karya Usamaru Furuya berjudul “Teeichi no Kuni”.

Diperankan oleh banyak “ikemen” (pria muda dan tampan) menjadi daya tarik oleh penonton para gadis Jepang dan turut menyukseskan film ini di sana. Tetapi, bukan para “ikemen” tersebut yang bersinar, melainkan para karakter yang dieksekusi sangat baik oleh sutradara dan para pemainnya. Penggambaran para karakter dan juga akting komikal mereka yang membuat para penonton terbahak-bahak. Bahkan tokoh ‘jahat’ dalam film ini tetap masih disukai karena mampu dimainkan sangat lucu dan menghibur.

Adegan favorit: Saat Teiichi dan kawan-kawan menyajikan salah satu lagu tradisional mereka untuk mengumpulkan masa di lapangan sekolah. Sebuah lagu yang indah dan berakhir dengan klimaks.

Rating dari kami: VERY RECOMMENDED.

4. The Crimes That Bind




Film ini adalah salah satu jajaran film dengan tema drama – thriller – kriminalitas yang serius dan membuat orang akan berpikir bahkan ketika kita selesai menontonnya. Seperti halnya ketika kita selesai menonton buah karya film Christopher Nolan, The Crimes That Bind adalah film yang penuh misteri, penuh intrik dan berlapis-lapis. Menonton film ini seperti menemukan sebuah padang ilalang ditengah hutan yang indah yang menantang kita untuk melewatinya dan menebak jalan ceritanya.

Jajaran para pemain The Crimes That Bind adalah para aktor dan aktris top dan banyak meraih penghargaan di Jepang. Katsuo Fukuzawa sudah tidak asing lagi dalam merangkai cerita yang sangat megah adaptasi dari novel karya Keigo Higashino ini. Dia sudah berkali-kali meyutradarai serial drama Jepang dengan genre yang sama. Dan di film ini adalah kerjasama ketiga antara Katsuo Fukuzawa sebagai sutradara dengan Abe Hiroshi sebagai aktor (berperan sebagai dektektif Kaga) dalam film ini. Film ini juga film ke 5 kisah Detektif Kaga dalam laga serial film Kasus Polisi Detektif Kaga.

Adegan favorit: pecahan-pecahan ingatan Detektif Kaga tentang masa lalu ibu-nya yang ternyata berelasi dengan kejahatan yang dia ingin ungkapkan.

Rating dari kami: VERY RECOMMENDED.

5. The 8 Year Engagement




Adalah sebuah film drama romantis yang mengharu biru, penuh ketulusan akan cinta dan pengorbanan yang diambil dari kisah nyata novel autobiografi sepasang suami isteri Hisashi dan Mai Nakahara. Sebuah kisah cinta tanpa putus yang terjalin dari semenjak Hisashi yang lugu, dan pekerja keras bertemu dengan Mai yang selalu mempunyai keinginan kuat untuk mencapai kebahagiannya. Pertemuan tanpa terduga sehingga mereka akhirnya memutuskan untuk menikah. Tetapi beberapa hari sebelum pernikahan Mai terkena musibah yang mengubah cerita cinta mereka dan mempertaruhkan ketulusan cinta Hisashi.

Takeru Satoh lagi-lagi mampu memperlihatkan sisi lugu namun pastinya akan disukai oleh banyak perempuan. Aktingnya untuk bersikap tulus dan ulet dalam menjaga Mai sepanjang 8 tahun perjalanan kisah mereka sungguh membuat orang terkagum-kagum. Begitu juga dengan Tao Tsuchiya yang tau caranya berperan sebagai Mai yang dilanda masalah kesehatan kronis dan menderita karena cinta yang tidak diingatnya. Satoh dan Tsuchiya mempu menampilkan kemistri pasangan yang sangat memorable sepanjang pemutaran film Pekan Sinema Jepang 2018.

Adegan favorit: ketika Mai menerima sebanyak 500-an pesan video dari Hisashi yang menunjukkan ketulusan cintanya yang sangat besar. Bersiap-siaplah untuk membawa tisu untuk adegan ini.

Rating dari kami: RECOMMENDED.

5 FILM LAINNYA YANG TIDAK KALAH MENARIK UNTUK DITONTON


6. Lu Over The Wall


Sebuah film animasi yang sangat colorfull, jalinan cerita yang unik dan sajian musikalitas yang ciamik. Film animasi dengan tema yang berat akan penemuan jati diri dan memenuhi harapan yang ditentukan diri sendiri bukan orang lain.

Rating dari kami: RECOMENDED

7. Yakiniku Dragon 




Sebuah film hasil kolaborasi sineas Jepang dan Korea yang mampu menghasilkan opera sabun yang dramatis mengenai kehidupan keluarga miskin di masa akhir tahun 60an. Film keluarga yang penuh canda tawa tetapi mampu membuat orang menangis akan kisahnya yang lugu dan menyentuh hati.

Rating dari kami: SHOULD WATCH.

8.Shoplifters



Lagi-lagi sebuah film bertemakan keluarga yang telah memenangkan penghargaan utama Festifal film Cannes tahun 2018. Mengenai perjuangan hidup para anggota keluarga yang miskin dengan cara mencuri agar tetap hidup, hingga akhirnya mereka menghadapi musibah yang tak terduga.

Rating dari kami: SHOULD WATCH.



9. Samurai's Promise




Ketika seorang samurai berjanji, maka janjinya itu harus ditepati walaupun nyawa taruhannya. Sebuah kisah indah dengan kecepatan bertutur cerita yang slow burn menjadi sajian utama dalam film Samurai’s Promise. Sebuah film karya Daisaku Kimura yang terkenal dengan tembakan-tembakan kameranya yang indah dan natural. 

Rating dari kami: GOOD MOVIE.

10. The Tokyo Sky Is Always The Densetst Shade Of Blue 



Penggambaran kisah yang depresif tentang sepasang manusia dalam menghadapi kehidupan di Tokyo dengan permainan mempertanyakan cinta. Apa itu cinta? Cinta itu datang saat apa dan bagaimana? Film ini merupakan sebuah kisah yang menarik dari 2 karakter yang sangat bertolak belakang.

Rating dari kami: GOOD MOVIE.

Nah itu adalah 10 film yang sudah kami referensikan dan rangkum dalam Pekan Sinema Jepang 2018. Ada banyak sekali pesan yang didapat dari beragam film yang ditayangkan, terutama Jepang sangat ingin menampilkan sebuah keorisinlitasan cerita dan budaya mereka yang masih terjaga sampai sekarang. Apabila teman-teman tertinggal acara ini, jangan khawatir, One Cut of the Dead masih tayang di bioskop-bioskop kesayangan dan The Man From the Sea (Laut) akan tayang beberapa hari lagi di bioskop Indonesia. Jadi jangan sampai tertinggal film-film Jepang berikutnya di bioskop Indonesia ya.

Pekan Sinema Jepang, “Doumo arigatou gozaimasu!”

Friday, December 14, 2018

ONE CUT OF THE DEAD (PSJ 2018)




"Don't judge a book by its cover". Mungkin itu pepatah yang tepat untuk 'One Cut Of The Dead' film bertema zombie yang satu ini. Sebagian sobat Gila Film yang melihat posternya pertama kali mungkin butuh alasan yang sangat kuat untuk mau menontonnya. Poster tipikal B-movie yang mungkin hanya untuk sebagian saja yang berminat menonton filmnya. Bahkan ketika sudah melihat trailernya sekalipun belum bisa memancing rasa minat menonton. Sampai akhirnya review-review yang muncul ke permukaan yang justru membuktikan sebaliknya. One Cut Of The Dead lebih dari sekedar film zombie. Jika kamu masih menganggapnya sebagai B-movie, maka One Cut Of The Dead (OCOTD) adalah B-movie terbaik yang pernah ada.


Jika kamu tidak merasa familiar dengan wajah-wajah cast yang terlibat dalam OCOTD, maka hal itu sangat wajar. Karena cast-cast yang terlibat adalah nama-nama baru dalam film dengan budget terbatas ini. Sang sutradara adalah Shinichiro Ueda yang juga merupakan debutnya sebagai sutradara film panjang yang sebelum memproduksi film ini mengikuti sebuah workshop aktor dan filmaker, dan setelah mengikuti workshop itu memutuskan memproduksi OCOTD. Masa produksinya memakan waktu selama 8 hari dengan budget yang sangat terbatas.


Film ini menceritakan sekelompok movie maker yang sedang membuat film zombie di sebuah gedung tua. Gedung ini bukan gedung biasa. Ada cerita yang mengatakan bahwa sebelumnya gedung tersebut digunakan militer Jepang untuk pecobaan membangkitkan mayat hidup. Namun ternyata zombie sungguhan datang dan meneror para aktor yang ada di gedung tua tersebut. 37 menit pertama yang dilakukan pengambilan adegan dengan satu kali take tetapi dengan cara yang aneh. Dan setelah 37 menit kita akan kembali pada saat sebelum film itu diproduksi dan hal-hal luar biasa yang sudah menanti yang akan mengocok perut dan membuat terharu penonton.


Yang hanya mengetahui film ini dari review-review pasti akan merasakan kebingungan di 37 menit pertama film ini. Apa yang membuat film ini begitu dipuji-puji. Selain one take 37 menit film ini sangat terlihat buruk dari semua yang tampak. Seperti banyaknya blooper, make up yang tidak dengan semestinya dan akting yang sangat buruk. Tetapi semua itu hanyalah awal. Suguhan sebenarnya ada setelah 37 menit yang panjang itu. Proses sebelum dan saat film produksi disajikan dengan sangat menghibur. Dan dari sana kita akan mengenal-mengenal karakter yang terlibat dalam film itu yang ternyata mempunyai latar belakang yang cukup rumit. Dimulai dari sutradara yang sangat sulit merealisasikan menuangkan karya idealisnya dalam sebuah film, lalu ada sang istri sutradara yang merupakan aktris yang sudah pensiun yang harus terlibat dalam film dengan proses yang tidak disengaja, lalu aktor-aktor yang punya metode sendiri dalam berakting yang menyulitkan sutradara dalam memimpin produksi film.


Kita sudah sangat banyak menonton film horror dengan budget terbatas, hanya saja 'One Cut Of The Dead' punya daya tarik sendiri yang sangat terasa dengan segala keterbatasannya ada semangat dan hati disana. Shinichiro Ueda sepertinya tahu bagaimana cara bersenang-senang dalam membuat film. Salah satu film berbahasa asing terbaik yang saya tonton tahun ini.

Overall: 9/10

(By Zul Guc)