Friday, April 30, 2021

ULASAN: VOYAGERS

-

Empat tahun pasca film drama persahabatan The Upside, Neil Burger kembali ke kursi sutradara dalam film bergenre thriller-sci-fi berjudul Voyagers yang dijejali oleh aktor-aktor muda yang sedang angkat nama seperti Tye Sheridan (Ready Player One, X-men: Dark of the Phoenix), Fion Whitehead (Dunkirik) dan putri aktor Johnny Depp, Lily Rose-Depp. Sebelum Voyagers, Neil Burger sudah berpengalaman menyutradarai film bertema young adult lewat Divergent yang mendapat respon positif yang tidak mampu diikuti dua sequelnya dimana Neil Burger tidak lagi duduk di kursi sutradara.

Voyagers bercerita tentang di mana bumi sudah dalam masa-masanya sekarat. Manusia butuh tempat baru untuk melanjutkan kehidupan. Lalu para ilmuwan membesarkan anak-anak yang berasal dari proses bayi tabung agar anak-anak ini menjadi bibit premium yang nantinya akan menjadi manusia ras pertama yang akan pergi menuju planet baru. Mereka diharapkan dapat tumbuh dengan kecerdasan dan kepatuhan yang tinggi. Atas dasar keterikatan yang merawat para bayi-bayi bibit unggul hingga menjadi remaja, Richard Alling (Collin Farrell) salah satu kepala peneliti menawarkan dirinya menjadi relawan dan  menjadi satu-satunya orang dewasa yang ikut mengawasi para remaja ini dalam menjalani misinya dalam perjalanan yang akan menempuh waktu 86 tahun.

Semua awak remaja akan diwajibkan meminum cairan obat biru yang mereka sebut The Blue yang dapat menekan hasrat-hasrat manusiawi seseorang. Mulai dari takut, nafsu seksual dan segala macam hasrat naluriah manusia pada umumnya. Namun hal itu hanya terjadi sementara ketika Zac (Fionn Whitehead) dan Christopher (Tye Sheridan) mencoba tidak meminum cairan tersebut lagi. Mereka merasakan hasrat-hasrat yang tidak mereka rasakan sebelumnya yang kemudian diikuti oleh awak lain. Konflik demi konflik mulai terjadi karena dikuasai oleh hasrat sampai memakan korban. Para awak terpecah belah karena terbagi dalam dua kubu disaat perjalanan menuju planet baru masih jauh dari kata selesai. Bisakah para awak yang menjadi harapan untuk melanjutkan ras manusia sampai selamat di tujuan?


Voyagers yang berdurasi 108 menit ini berjalan cukup lambat pada awalnya  Tapi setelah memasuki act kedua saat Zac dan Chrsitopher tidak meminum The Blue narasi film mulai berjalan dengan berbeda. Dengan konsep sangat tipikal film-film dengan setting luar angkasa "In space no one can hear you", yang alih-alih memberikan ancaman pada hal yang berbentuk fisik, Voyagers memunculkan ancaman atau konflik satu-persatu yang bersumber dari hasrat itu sendiri. Sesuatu hal yang cukup saya nikmati. Neil Burger yang juga menulis naskah film ini ingin menunjukan bagaimana sisi naluriah manusia pada dasarnya sifatnya memang ingin menguasai dan merusak.

Dengan tema yang lagi-lagi memang tidak baru, Voyagers masih merupakan sebuah film yang menarik ditengah beberapa adegan  klise yang cukup meganggu dan ending yang mencari aman. tapi proses menuju ending dengan thillernya cukup membuat kita bertahan sampai akhir. 


Overall: 8/10

Wednesday, April 28, 2021

ULASAN: NOBODY



Tanpa perlu dibuat survey, tetapi saya sangat yakin kalau sebagian dari kita tidak pernah terlintas ada nama Bob Odenkirk membintangi film action laga. Ya film action laga, anda tidak salah baca. Aktor yang melambung namanya pasca serial yang sangat fenomenal Breaking Bad, lalu berlanjut ke Better Call Saul yang makin menaikan pamornya dan kita setujui kalau Bob Odenkirik adalah salah satu aktor watak terbaik di hollywood saat ini. Tetapi hanya sebatas aktor watak yang jauh melibatkan main karakter menonjolkan aksi laga, tidak untuk film action. Namun hal itu coba didobrak oleh Bob Odenkirk dalam film Nobody ini. Tidak tanggung-tanggung, Odenkirk butuh 2 tahun untuk bisa memerankan karakter Hutch Mansell dalam film Nobody ini. lalu bagaimanakah hasilnya?

Nobody bercerita tentang seorang pria yang biasa-biasa saja bernama Hutch Mansell. Seorang suami dan ayah dari sepasang putra dan putri. Hari-hari Hutch menjalani rutinitas yang repetitif dan mempunyai hubungan makin berjarak dengan istrinya Rebecca Mansell (Connie Nielsen). Hubungan mereka kehilangan gairah. Hingga pada suatu hari rumah mereka dirampok. Mitch yang sebenarnya mendapat kesempatan untuk menggagalkan perampokan itu justru melepaskan para perampok tersebut yang membuat putranya kehilangan respek pada sang ayah. 

Disaat hari-hari berjalan normal kembali, hanya karena sebuah barang kesayangan putrinya ikut diambil oleh perampok, Mitch memutuskan mencari jejak perampok yang secara tidak langsung mengeluarkan sisi lain Mitch yang sudah lama dia kubur. Hal ini juga secara tidak sengaja membuat Mitch berurusan dengan mafia Rusia. Dan identitas Mitch pun terbongkar. Mitch bukanlah orang biasa sembarangan. Hal yang tidak hanya mengancam dirinya sendiri tetapi juga nyawa keluarganya. Siapakah sebenarnya Hitch? Apa yang dia sembunyikan pada keluarganya? Pertanyaan yang bisa ditemukan dalam filmnya.

Jika sudah menonton John Wick akan sangat mudah menemukan plot cerita yang sedikit hampir sama dengan Nobody. Seorang pria yang sedang mencoba mengubur masa lalunya dan terpaksa mengeluarkan sisi tergelapnya karena situasi yang memaksa mereka. Perbedaanya ada pada latar belakang karakternya dan juga tentu saja pemeran utamanya. Dengan plot cerita yang hampir sama Bob Odenkirk lah yang membuat Nobody spesial. Definisi Nobody terasa sangat kuat pada karakternya. Siapapun tidak akan ada yang menyangka bapak-bapak paruh baya ini mempunyai latar belakang yang ditakuti. Dan hasilnya setiap aksi lagi yang divisualkan akan memancing decak kagum.

Untuk plot cerita yang sebenarnya tidak istimewa lagi, Bob Odenkirik adalahnya nyawa dari film ini. Jikapun karakter-karakternya tidak menarik perhatian kamu, porsi actionnya dijamin akan memberi kepuasan tersendiri untuk penikmat film action. Visual action yang memacu adrenalin sekaligus sangat fun, terlebih sequence 15 menit terakhir yang membuat penonton bergidik sekaligus tertawa.

Untuk penimat film-film action laga John Wick, Nobody akan sangat memuaskan. Beberapa plot hole yang ditemukan akan termaafkan karena mampu ditutupi. Sedangkan untuk fans Breaking Bad dan Better Call Saul tentunya melihat Bob Odenkirk yang membintangi film ini sudah cukup menjadi alasan untuk menonton Nobody. Sebuah penampilan dari Bob Odenkirik yang mungkin sangat sulit terulang, kecuali jika dia memutuskan membintangi film ini jika memliliki sequel.


Overall: 8/10


Tuesday, April 20, 2021

ULASAN: DETECTIVE CONAN "THE SCARLET BULLET"





Para fans anime, khususnya Detective Conan The Movie harus bersabar menunggu lebih dari setahun kehadiran film Detective Conan, setelah film terakhirnya tayang di tahun 2019. Pandemi Covid-19 membuat film “Detective Conan: The Scarlet Bullet”(“Meitantei Conan: Hiiro no Dangan)” yang merupakan Movie ke-24 dari Detective Conan The Movie, yang seharusnya tayang pada tahun 2020 (tanggal rilis di Jepang harusnya 17 April 2020), baru tayang di bulan April 2021 (tanggal rilis Indonesia adalah 21 April 2021). Namun anggap saja sebagai bonus penantian itu, tahun 2021 ini Detective Conan menyapa fansnya tidak hanya pada Detective Conan: The Scarlet Bullet, namun juga Detective Conan: The Scarlet Alibi (tayang mulai tanggal 17 Maret 2021). Walaupun sebenarnya, Detective Conan: The Scarlet Alibi bukanlah film utama Detective Conan The Movie yang hadir setiap tahunnya. Film tersebut merupakan kombinasi antara beberapa episode anime dan manga Detective Conan, mengenai keluarga Suichi Akai. Film tersebut juga merupakan jembatan (bridge) menuju film utama yang tertunda setahun ini, Detective Conan: The Scarlet Bullet. Akan tetapi, jangan khawatir kalau tidak akan paham film The Scarlet Bullet tanpa menonton The Scarlet Alibi. Jika kamu sudah cukup mengenal keluarga Suichi Akai, maka tidak menonton The Scarlet Alibi pun tidak masalah, ketika akan menonton The Scarlet Bullet.



Sejauh ini, anggota keluarga Suichi Akai yang sudah muncul dan diperkenalkan kepada para fans Conan adalah Suichi Akai, Shukichi Haneda, Masumi Sera, dan Mary Sera. Suichi Akai adalah anggota FBI yang menyelidiki Organisasi Jubah Hitam, namun “terbunuh” oleh Kir (salah satu anggota organisasi Jubah Hitam). Akai yang sebenarnya berhasil selamat kemudian menyamar menjadi Subaru Okiya, mahasiswa Fakultas Teknik yang tinggal di rumah keluarga Shinichi Kudo. Akai memiliki seorang adik laki-laki yang merupakan atlet dan juara Shogi profesional: Sukichi Haneda. Selain itu Akai memiliki seorang adik perempuan yang sekarang bersekolah di satu SMA yang sama dengan Ran Mouri, yaitu Masumi Sera. Sera tinggal bersama seorang gadis kecil beramput pirang, yang ternyata itu adalah ibu mereka: Mary. Mary mengalami nasib yang sama dengan Conan dan Ai Haibara, mengalami penyusutan tubuh, dari seorang wanita paruh baya menjadi gadis sekolah menengah pertama.



Pada film ini, keempat anggota keluarga tersebut bahu membahu membantu Conan Edogawa memecahkan kasus. Kasus kali ini terkait dengan peresmian kereta supercepat di Jepang, yang disebut Vacuum Superconducting Linear train dan dilatarbelakangi juga dengan penyelenggaraan WSG (World Sport Games) di Tokyo. World Sport Games merupakan even olahraga tingkat dunia yang dilaksanakan setiap empat tahun sekali. Diceritakan bahwa kereta super cepat itu merupakan salah satu fasilitas untuk acara World Sport Games, sehingga pada peresmiannya, akan dihadiri para petinggi dari sponsor-sponsor acara tersebut. Kejadian aneh terjadi terkait acara tersebut, satu persatu bos-bos pemiliki produk sponsor itu diculik. Hal ini mirip dengan yang terjadi di WSG yang diselenggarakan di Amerika 15 tahun yang lalu. Maka para anggota FBI yang saat ini bertugas di Jepang pun menyelidiki hal tersebut. Conan bekerja sama dengan para anggota FBI (Akai, Jodie Starling, James Black dan Andre Camel), kedua adik Akai, serta para detektif cilik (terutama Ai Haibara) menyelidiki kasus ini.



Keseruan film yang disutradarai oleh Chika Nagaoka ini juga dipermanis oleh cerita cinta yang bertemakan komedi romantis antara Sukichi Haneda dan Yumi Miyamoto. Para fans juga akan merasakan debaran-debaran hangat dan penasaran ketika para anggota keluarga Akai mulai Kembali saling bertemu dan seperti seakan saling mengenali.



Jangan sebut dirimu penggemar sejati Detektif Conan, kalau sampai tertinggal film Detective Conan: The Scarlet Bullet! Bahkan film ini pun masih asyik untuk ditonton yang kedua atau ketiga kalinya lho! Jadi, tunggu apa lagi? Ayo saksikan detektif kesayanganmu beraksi kembali di bioskop terdekat dengan tetap menerapkan protokol kesehatan ya!

Overall: 8/10

(By Aisyah Syihab)










Thursday, April 15, 2021

ULASAN: MORTAL KOMBAT



Sebuah ekspetasi muncul ketika berita versi reboot live action game populer Mortal Kombat akan diproduksi. Ekspetasi itu muncul karena ada nama James Wan sebagai salah satu produsernya. Lalu berjejeran muka-muka aktor asia dimumkan membintangi versi terbaru ini. Mulai dari Joe Taslim, Lewis Tan, Tananobu Asano, Chin Han dan Hiroyuki Sanada. Ekspetasi yang wajar saja muncul setelah selang dua dekade sejak fim terakhirnya tahun 1997. Dengan teknologi yang sudah jauh lebih maju dari dua dekade lalu tentunya sangat membantu untuk memvisualisasikan filmnya dekat dengan versi gamenya yang mana selama dua dekade itu pula masih tetap eksis dan makin banyak mendapat fanbase. 


Dengan sutradara debutan untuk film panjang pertamanya Simon McQuoid, Mortal Kombat versi terbaru ini dibuka dengan pembataian keluarga Hanzo Hasashi/Scorpion (Hiroyoki Sanada) oleh Bi-Han/Sub-Zero (Joe Taslim). Pembataian yan dikira sudah menghabisi semua keturunan Hanzo Hasashi itu diikuti dengan kedatangan Raiden (Tananobu Asano) yang menyelamatkan satu-satunya keturunan Hanzo Hasashi yang selamat. 


Lalu plot cerita melompat pada masa sekarang dengan sudut pandang Cole Young (Lewis Tan), seorang ayah, suami yang berprofesi sebagai petarung MAA. Hidup yang normal-normal yang dijalaini Cole menjadi berubah ketika tiba-tiba dia jadi incaran seorang ninja assassins untuk dibunuh. Atas bantuan Jax (Mechad Brooks), Cole akhirnya bisa selamat yang menjadi awal dan membawanya pada perkenalan dengan Sonya Blade (Jessica McNamee) dan memberitahu Cole sebuah rahasia pertarungan mistik bernama Mortal Kombat yang menjadi penyebab  Cole diburu.


Yang sudah menonton versi dua film sebelumnya akan sangat mudah menemukan perbedaan kontras dengan versi terbaru ini. Bukan hanya dari segi visual, tetapi juga plot cerita yang dari versi terbaru ini jauh terasa berisi. Ya walaupun untuk secara keseluruhan plot cerita seperti ini sudah sering kita temui, tetapi setidaknya sangat mudah diikuti. Tidak hanya itu, kemunculan karakter-karakter populer gamenya bisa dibilang sebuah fan service  yang memberi kepuasan sendiri. Ya tidak aneh akan muncul rasa antusias ketika quote-quote dalam gamenya muncul dalam film ini.


Yang berharap duel pertarungannya akan seperti gamenya sebaiknya menurunnkan ekspetasi itu. Walalupun film ini sudah berating dewasa tapi kadar kekerasan duel dalam film ini masih jauh dibawah versi gamenya. Hal itu diakui sendiri oleh sutradaranya Simon McQuoid bahwa jika mereka membuat versi filmnya yang mendekati versi gamenya, film Mortal Kombat tidak pernah bisa tayang secara luas di bioskop=bioskop. Hal yang masuk akal memang. Tetapi setidaknya koreografi martial art dalam film ini bisa sedikit menggantikan kekecewaan kurangnya kadar brutal.


Meskipun secara keseluruhan film ini masih bisa jauh lebih baik lagi, Mortal Kombat versi terbaru bisa memberi angin segar untuk film adaptasi game yang sebagian selalu gagal. Untuk sebuah pembuka, kita sangat berharap sequelnya akan bisa lebih baik dibanding film pertamanya. Tapi untuk saat ini fan service yang diberikan cukup berhasil.


Overall: 7/10

Thursday, April 8, 2021

ULASAN: CHAOS WALKING




Pernah  ada masanya tren film-film bertema Dystopian Science Fiction yang diadaptasi   dari novel young adult (YA) sehingga akhirnya YA menjadi kategori khusus di perfilman Hollywood dan semua studio berlomba-lomba membuat franchise YA menjadi film blockbuster. Tren ini dimulaidi awal 2000-an dengan Franchise Harry Potter (2001-2011) dan Twilight Saga (2008-2012). Lalu di pertengahan 2010-2020 tren ini kembali naik dengan kemunculan film Hunger Games (Jennifer Lawrence) yang sukses dibuat hingga 4 film (2012-2015), diikuti The Maze Runner (2014-2016),The Divergent Series (2014-2017). (Untuk list lengkap film-film dalamkategori YA yang pernah tayang di bioskop dapat dilihat di sinihttps://www.indiewire.com/2015/11/ranked-every-ya-movie-franchise-since-harry-potter-104593/).
 


Cukup lama waktu berselang kini hadir film adaptasi novel YA “The Knive of Letting Go”karya Patrick Ness. Film ini cukup ditunggu kehadirannya karena dibintangi beberapa aktor papan atas seperti Daisy Ridley, Tom Holland, Mads Mikkelsen, dan Nick Jonas. Film ini sebetulnya sudah diumumkan pada tahun 2011, setelah berganti beberapa penulis dan Doug Liman (The Bourne Identity - 2002, Mr. and Ms. Smith - 2005, Edge of Tomorrow – 2014)diumumkan sebagai sutradara pada 2016 barulah film ini menemukan  titik terang. Awalnya direncanakan rilis pada 2019 namun karena screening test kurang memuaskan digeser hingga rilis di 2021 ini. Rilis perdana di Korea Selatan pada 24 Feb 2021 dan di US pada 5 Maret 2021, di Indonesia sendiri sudah dapat disaksikan di bioskop pada 7 Maret 2021.Secara box office film ini bisa dikatakan flop, karena hanya menghasilkan 20 juta dollar dari biaya produksi 100 juta dollar dan banyak mendapat review negative di Rotten Tomatoes (hingga artikel ini ditulis Chaos Walking hanya mendapat rating 23%).



Chaos Walking merupakan film adaptasi buku pertama dari trilogi novel karya Patrick Ness. Dalam film ini diceritakan Todd Hewitt (Tom Holland) yang tinggal di kota Prentisstown, yang lokasinya berada di planet New World dengan setting waktunya pada 2257 AD, di mana manusia sudah mencari tempat tinggal di luar bumi dan berhasil mendirikank oloni di planet tersebut. Todd telah dibesarkan dengan keyakinan bahwa Spackle (penduduk asli planet) telah membunuh semua wanita di planet itu. Di planet tersebut para pria mengalami fenomena “The Noise” – suatu kondisi yang menampilkan semua nurani/ pemikiran mereka secara gamblang mengakibatkan semua orang bisa saling mendengarkan pikiran dalam bentuk gambar, kata, dan suara. Prentisstown dipimpin oleh Walikota David Prentiss (Mads Mikkelsen), yang punya keahlian kemampuan untuk mengendalikan noise-nya, yang membuat dia tidak dikelilingi oleh kebisingan pemikiran pribadi. Walikota memiliki seorang anak lelaki yang ambisius, Davy Jr. (Nick Jonas) yang ceroboh dan selalu membuat onar.



Suatu hari Todd menemukan Viola (Daisy Ridley), seorang gadis misterius yang jatuh mendarat di planetnya. Kondisi semakin rumit ketika Todd bertemu dengan seorang perempuan bernama Viola (Daisy Ridley) yang ternyata jatuh terdampar di planet New World. Kedatangan Viola pun menimbulkan berbagai pertanyaan dan kebingungan karena ia tidak memiliki the Noise, yang belakangan diketahui bahwa wanita tidak mengalami fenomena The Noise di Planet New World. Kemunculan Viola menimbulkan konflik dengan walikota dan penduduk Prentisstown karena sang walikota menganggap kehadiran Viola adalah awal timbulnya masalah dan kekhawatiran bahwa koloni mereka akan terancam, konflik mulai bermunculan hingga membuat nyawa Viola dalam bahaya, melihat hal itu Todd berusaha menyelamatkan Viola. Apakah mereka berhasil kabur dari walikota dan penduduk Prentisstown? Apakah keputusan menyelamatkan Viola merupakan hal yang tepat? 



Selama 109 menit durasi film ini,tenaga film ini cuma ada di seperempat awal film sisanya seakan terjun bebas dan ditutup dengan konklusi yang tidak memuaskan sama sekali. Introduksi karakter dan konflik sudah baik di awal tetapi tensinya terus menurun bahkan saat adegan klimaks di sinilah masalah terbesar muncul. Konflik sekaligus twist terbesar film ini (akan tersingkap jawaban  tentang mengapa tidak ada wanita di planet New World) seakan mengecoh penonton yang sebenarnya sudah dapat ditebak dari awal film tapi tanpa kejelasan yang menjawab secara gamblang, penonton masih disuruh membayangkan sendiri.Padahal adanya adegan flashback masa-masa kehidupan awal koloni di Prentisstown sewaktu para wanita masih hidup akan cukup membantu. Humor yang disisipkan juga tidak banyak membantu memperkaya cerita, terlebih dialog-dialog yang repetitif dan agak membosankan. Fenomena The Noise adalah satu-satunya hal menarik dalam film ini yang gagal dimanfaatkan dengan optimal dan kreatif sehingga hasil akhirnya film ini jadi seperti film kejar-kejaran antara karakter protagonis dan antagonis saja. Konklusinya pun terkesan buru-buru dan dipaksakan sehingga kita yang menonton mungkin mengernyitkan dahi koq bisa penyelesaiannya semudah itu?(Seakan penulisnya ingin cepat-cepat selesai dan malas berpikir lagi)



Dalam hal cast yang terlibat  semuanya termasuk aktor dan aktris kelas A (A-list casts) yang sudah tidak perlu diragukan kualitasnya karena kita sudah sering melihat mereka tampil di film-film blockbuster. Akan tetapi di film ini mereka sepert idisia-siakan dan terjebak dalam plot cerita yang buruk. Chemistry Tom Holland dan Daisy Ridley dalam cerita ini terasa hambar dan kurang greget apalagi dengan tidak adanya adegan romance sama sekali di film ini. Nick Jonas yang tampil sebagai anak walikota bahkan tidak penting dan bisa ditiadakan saja karakternya karena tidak akan mengganggu esensi cerita. Mads Mikkelsen termasuk aktor kharismatik yang perannya sebagai villain di film ini sangat tidak menarik penceritaan karakternya hanya di awal-awal saja kita diberi harapan bahwa ia bisa menjadi villain yang mengancam dan akan membawa kesulitan untuk Todd. Akan tetapi, seiring cerita menuju akhir karakter Mads menjadi tidak menarik dan tidak memiliki tujuan serta kharisma yang diamiliki di awal cerita. Karakter Todd dan Viola tidak dieksplorasi sama sekali dan cukup membingungkan bagaimana akhirnya Viola bisa mempercayai Todd.



Sinematografi dan efek visual film inicukup memanjakan mata, terlebih setting tempatnya yang banyak berlatarkan alam. Efek Noise yang dimiliki tiap orang ditampilkan secara unik yang sebetulnya menarik jika bisa dieksplorasi lebih jauh  terlebih pada karakter Todd dan Walikota. Karakter Todd kurang  dijelaskan bagaimana akhirnya dia bisamenguasai Noisenya demikian dengan background story sang walikota yang menjelaskan bagaimana ia bisa menjadi mahir mengendalikan noisenya.



Chaos Walking sebetulnya memiliki potensi untuk meneruskan tren genre YA menjadi film yang sukses secara box office namun interpretasi kedalam adaptasi filmnya tergolong payah dan merusak esensi cerita aslinya. Hal ini sepertinya terjadi karena naskahnya mengalami banyak revisi oleh beberapa penulis (Charlie Kaufman, Jamie Linden, John Lee Hancock, Gary Spinelli, Lindsey Beer, Christopher Ford, dan Ness sendiri).Esensi ceritanya sebetulnya ingin menyampaikan berbagai konflik yang dihadapi seorang remaja yang sedang menuju kedewasaan, ketidaksiapan seseorang akan hal-hal dan info baru yang belum pernah dihadapi yang terkadang menyebabkan kebingungan. Bertolak belakang dengan filmnya, novelnya sendiri telah memenangkan hampir semua kategori penghargaan fiksi anak bergengsi di Inggris, di antaranya Guardian Award pada tahun2008, James Tiptree, Jr. Award, dan Costa Children's Book Award. Buku ketiganya, Monsters of Men memenangkan Medali Carnegie ditahun 2011. Ceritanya dipuji karena penceritaan tema-tema seperti politik gender, perang, dan konflik moral antara yang baik dan yang jahat yang disajikan dengan gaya penceritaan yang cepatd an membuat penasaran untuk diikuti. Awal yang kurang baik ini membuat genre YA sepertinya bakal sulit untuk bisa populer kembali. Cukup berisiko bagi para produser dan studio film untuk menggarap film segmentasi YA karena penonton di usia ini akan beralih menjadi orang dewasa dalam kurun waktu yang relatif cepat serta karakter tiap generasi sangat ditentukan oleh periode  waktu/ dekade film itu dirilis. Naskah yang prematur dan kecenderungan untuk tidak digarap serius membuat banyakjudul film adaptasi novel YA yang akhirnya gagal dan terlupakan, sayangnya Chaos Walking termasuk ke dalam kategori tersebut.


Overall: 5.5/10

(By Camy Surjadi)




















Saturday, April 3, 2021

APLIKASI BIOSKOP ONLINE OFFICIAL RILIS, LAGI ALTERNATIF TONTONAN DENGAN CARA BERBEDA

Patform layanan tontonan streaming lokal 'Bioskop Online' yang ada di bawah naungan Visinema Pictures resmi merilis aplikasinya yang sudah bisa di-download di smartphone. Layanan streaming bioskop online sebelumnya hanya bisa diakses melalui websitenya. Hadirnya aplikasinya ini akan makin memudahkan dan lebih banyak menjaring penonton lainnya.

Sebagai #RumahSinemaIndonesia, platform Bioskop Online menghadirkan berbagai film Indonesia yang sulit ditemukan, termasuk film-film pemenang penghargaan seperti “Ziarah” dan “Istirahatlah Kata-kata”. Selain itu kamu juga dapat menemukan konten original yang sudah ditayangkan sejak soft launching Bioskop Online tahun lalu.



Beberapa konten tersebut di antaranya, Konser “Wave of Cinema” dan “Quarantine Tales”. Dengan menggunakan aplikasi Bioskop Online, para pengguna bisa menyaksikan film-film berkualitas lainnya tanpa perlu berlangganan bulanan. Dengan sistem bayar per tayang yang dilengkapi dengan berbagai pilihan pembayaran, aplikasi Bioskop Online dapat diakses dengan mudah di mana saja dan kapan saja.


“Demi lebih memudahkan para pengguna untuk mengakses film atau series berkualitas, Bioskop Online kini memiliki aplikasi mobile yang bisa diakses di mana saja dan kapan saja. Yang membuat Bioskop Online berbeda dengan platform lainnya, adalah model pay-per-view, di mana pengguna tidak harus berlangganan untuk bisa menonton film atau series favorit dengan metode pembayaran beragam yang bisa dipilih. Selain itu, aplikasi ini tidak hanya memanjakan pengguna dalam memilih tontonan favoritnya, namun juga dilengkapi dengan fitur-fitur tambahan, seperti bagikan yang memungkinkan merekomendasikan konten favorit lewat media sosial,” ucap Ajeng Parameswari selaku President Digital Business Visinema Group.

Satu lagi yang berbeda dari aplikasi Bioskop Online adalah, dengan bangga menyajikan film-film dan acara berkualitas Indonesia yang mudah diakses dan tanpa gangguan iklan.