Siapa sih yang tidak tahu dengan Minions? Sejak kemunculuan mereka pertama kali dalam film Despicable Me (2010) dan sejak itu kepopuleran mereka sudah mengambil tempat tersendiri dalam perkembangan pop culture. Dan memang menunggu waktu saja mereka punya film sendiri dan tahun 2015 Minions punya film yang terpisah dari Despicable Me. Berselang 7 tahun dari film pertamanya Minions sekarang kembali lagi. Jika pada film pertama kita bisa melihat dari mana asal-usul mereka, maka pada film kedua ini kita akan melihat bagaimana pertemuan mereka pertama kali dengan majikan kesayangan mereka yaitu Gru. Dengan sutradara Kyle Balda yang sudah menyutradarai Despicable Me 3 (2017) dan Minions pertama (2015), sequel ini diisi dengan deretan nama-nama populer. Selain Steve Carell yang juga mengisi suara Gru kecil, ada nama Taraji P. Henson, Jean-Claude Van Damme, Dolph Lundgren, Lucy Lawless, Danny Trejo, Michelle Yeoh, Russel Brand, Julie Andrews dan Alan Arkin.
Dengan setting tahun 1970an beberapa tahun setelah ending film pertama, Gru (Steve Carell) anak kecil berusia 12 tahun yang bermimpi bergabung dengan Vicious 6, sekelompok penjahat super dunia. Pada prolognya 5 anggota Vicious 6 ini mengkhianati pendirinya Wild Knuckles (Alan Arkin). Lalu Gru yang tidak mengetahui kejadian sebenarnya sangat gembira ketika Vicious 6 membuka lowoangan untuk mengsisi kekosangan anggota ke-6. Gru menyusun rencana untuk menjadi cukup jahat untuk bergabung dengan Vicious 6. Namun semuanya tidak berjalan sesuai rencana, merasa dipermalukan Gru mencuri batu berharga Zodiak Stone dari Vicious 6. Dalam pelarian, Gru menemukan Wild Knuckles masih hidup. Gru bersama Minions dan Wild Knuckles harus melawan Vicious 6 untuk perebutan Zodiak Stone. Premis yang cukup kompleks memang, namun seperti yang kita tahu film ini akan jauh dari kompleks dan justru sebaliknya.Thursday, June 30, 2022
ULASAN: MINIONS 'RISE OF GRU'
Wednesday, June 29, 2022

Vidio kembali akan merilis original series terbarunya yang mana kali ini bekerja sama dengan Rapi Films dan Kalyana Shira Films. Original series terbaru dengan genre drama komedi satire yang berjudul Suka Duka Berduka. Dibintangi oleh Jihane Almira, Ersa Mayori, Luna Maya, Tora Sudiro, Oka Antara, Atiqah Hasiholan, Samudra Taylor, Krisjiana Baharudin, Shalom Razade, Ayushita, Jajang C Noer, Shafira Umm, Anyun Cadel, Mbok Tun, dan sederet bintang papan atas lainnya.

Vidio Original Series Suka Duka Berduka disutradarai oleh Andri Cung dan Nia Dinata, yang juga menulis bersama Agasyah Karim dan Khalid Kashogi. Bercerita tentang kehidupan keluarga Afan yang merupakan keluarga terpandang di Ibu Kota. Rauf Afan, 77 tahun, ditemukan oleh Istri mudanya Lilis (Atiqah Hasiholan), telah meninggal dunia karena serangan jantung, setelah berturut-turut menyantap sate kambing, durian dan bir dingin. Untuk menghormati mendiang almarhum, pengajian pun dilakukan secara rutin pada hari ketiga, hari ketujuh dan hari ke empat puluh. Disinilah berbagai cerita dan emosi bermunculan. Satu persatu anak cucu dan saudara Rauf Afan, yaitu Mitha (Ersa Mayori), Ella (Luna Maya), Rasyid (Oka Antara), Paul (Tora Sudiro), Naumi (Jihane Almira), Ipung (Krisjiana Baharudin), Vano (Samudra Taylor), Indri (Ayushita) dan NJT (Jajang C Noer) silih berganti memberi rentetan kejutan yang kental komedi. Diawali dengan perselisihan mengenai warisan, Ipung yang tak henti membuat ulah, NJT hadir dengan ribuan kisah masa lalu yang fantastis, Rasyid yang penuh misteri hingga Paul yang ingin menjadi Gubernur Jakarta. Berbagai konflik pun terjadi berujung pada serangkaian peristiwa yang mendebarkan, mengharukan, menghasilkan tangis paling keras namun juga mengundang tawa yang paling lepas. Gambaran sebuah keluarga yang dapat menemukan esensi Suka dan Duka dalam Berduka.

Menurut Nia Dinata, “Eksplorasi kreatif dalam tim di Suka Duka Berduka sangat kompak, mempelajari dan mengeksplorasi emosi manusia saat berduka berpotensi kuat menjadi drama, tetapi sebenarnya ada sisi sisi komedi dalam ruang ruang di saat keluarga besar berkumpul.”
Tia Hendani sebagai Head of Original Productions Vidio menambahkan, “Vidio Original Series Suka Duka Berduka, merupakan salah satu judul original series yang dapat dikatakan berbeda dan sangat unik jika dibandingkan dengan berbagai judul lainnya yang sudah kami rilis. Vidio Original Series Suka Duka Berduka akan membawa penonton menyelami kisah suka dan duka sebuah keluarga konglomerat saat sedang mengalami kedukaan. Situasi ini membuat seluruh anggota keluarga berkumpul yang menjadi sumber dari berbagai drama dan konflik yang ada. Tapi karena dari sisi dialog dan pengadeganan dirancang sebagai komedi satir, series ini akan sangat menghibur dan memancing tawa. Meski series ini dibalut dengan berbagai drama dan konflik, Suka Duka Berduka tetap dapat membawakan rasa kehangatan sebuah keluarga. Sehingga saat menontonnya, audiens akan merasa sangat relevan dengan yang terjadi di kehidupan mereka” Ujar.

“Komedi Tragedi Keluarga adalah topik yang jarang diangkat, kami memproduksi Suka Duka Berduka dengan sepenuh hati, membentuk team work yang kuat dan dinamika kerjasama dengan Kalyana Shira Films sangat terbuka. Sebuah proses kreatif yang progresif. Semoga hasilnya bisa memberikan alternatif tontonan untuk publik.” Ujar Sunil Samtani, produser dari Vidio Original Series Suka Duka Berduka.
Vidio Original Series Suka Duka Berduka akan tayang mulai 7 Juli 2022, sebanyak 8 episode, eksklusif hanya di Vidio. Episode pertama dan kedua dapat disaksikan secara GRATIS di aplikasi Vidio, untuk menonton episode selanjutnya konsumen dapat berlangganan Vidio Premier Platinum mulai dari 15 ribu rupiah. Konsumen dapat mengunduh dan install aplikasi Vidio di smartphone Android dan iOS di Apple Store atau Google Store serta dapat diakses juga melalui website www.vidio.com.
Monday, June 27, 2022
ULASAN: MADU MURNI

Setelah lama vakum dari dunia hiburan pasangan suami-istri Ammar Zoni dan Irish Bella yang terakhir kita lihat penampilannya di sinetron CintaSuci kali ini beradu akting bersama dalam film Madu Murni. Madu Murni disutradarai oleh Monty Tiwa dan bergenre film komedi romantis yang tayang di bioskop XXI pada 30 Juni 2022 mendatang. Madu Murni menandai comebacknya penulis skenario legendaris Musfar Yasin bersama Starvision setelah 16 tahun. Dahulu di tahun 2006, Musfar dan Starvision berkolaborasi lewat Get Married. Madu Murni mengangkat isu poligami dan permasalahan rumah tangga yang cukup lazim bersliweran di Indonesia mengenai sumber keuangan mereka tapi dikemas dengan cerita yang lebih merakyat dan apa adanya.

Mengisahkan kehidupan seorang eks guru mengaji, Mustaqim (Ammar Zoni), yang sekarang bekerjas ebagai debt-collector guna mendapatkan penghasilan yang lebih banyak dari sebelumnya. Namun istrinya, Murni (Irish Bella),sebenarnya tidak terlalu setuju dengan pekerjaan Mustaqim. Murni pun tidak mau menerima uang dari suaminya karena pertentangan moral dalam batinnya. Suatu saat Rojak (Tanta Ginting) yang merupakan rekan kerja Mustaqim memberikan saran padanya untuk menikah lagi supaya uang yang tidak diterima istrinya dapat diberikan ke Wanita tersebut. Akhirnya Mustaqim memutuskan untuk menikahl agi denganYati (Aulia Sarah) yang seksi dan sering menggodanya. Lalu apakahkeputusanMustaqiminitepat?Dapatkahiahidupakurdengankeduaistrinya? tentu saja anda dapat menyaksikan kisah selengkapnya di bioskop.

Berdurasi 1 jam 36 menit, Madu Murni saya rasa berhasil membawa kita masuk ke dalam kehidupan Mustaqim dan Murni tanpa kesulitan. Bagian pertama pembangunan karakter Mustaqim dan Murni ditampilkan tidak bertele-tele dan aspek-aspek penting menjadi kunci utama keberhasilan. Tetapi alasan Mustaqim memadu Murni dengan menikahi Yati terasa kurang kuat karena hanya berbekal nasihat rekannya Rojak dan interaksinya dengan Yati tidak terlalu banyak dibangun di awal film. Untung saja kekurangan ini masih mampu ditutupi dengan aktingAulia Sarah dan dinamika cerita yang berjalan baik. Setelah itu konflik antara Murni, Yati, dan Mustaqim pun jadi berkembang seiringj alannya cerita. Isu poligami diceritakan melalui sudut pandang Murni yang harus menahan sabar dan tekanan batin karena Mustaqim memilih memadu istrinya. Konflik cerita pun diperkaya dengan pertentangan moral yang dialami Mustaqim selama menjadi debt collector. Konflik personal Mustaqim digunakan untuk pembangunan karakternya dan tidak sekadar tempelan cerita. Isu maskulinitas pun coba diangkat di film ini walau tidak sepenuhnya memberi konklusi yang memuaskan, saya merasa topik maskulinitas ini lebih untuk memperkaya unsur komedi film ini saja. Di bagian akhir cerita ditutup dengan keputusan Mustaqim setelah melalui ejadian-kejadian besar yang berpengaruh pada hidupnya dan untuk penutupsaya rasa cukup memuaskan.

Semua cast dalam Madu Murni bisa dikatakan semua menampilkan performat erbaiknya. Chemistry antara Ammar dan Irish yang memang pasangan suami istri di dunia nyata tidak menyulitkan merekau ntuk beradu akting sebagai pasangan suami istri yang sederhana. Dinamika aktingAulia Sarah sebagai istri kedua juga menambah kaya suasana film ini. Akting Aulia yang centil dan genit serta ceplas-ceplos menjadi hiburan tersendiri di film ini. Aktor dan aktris pendukung seperti Tanta Ginting, Epy Kusnandar, Yayu Unru, Meriam Bellina, Ira Wibowo dan Jaja Miharja menampilkan porsi akting yang pas dan membumi. Pemilihan lokasi yang jamak kita temui di daerah pinggiran Jakarta atau kota kecil membuat film ini terasa dekat dengan keseharian masyarakat kita sehingg amembuat penonton tidak merasa asing dengan cerita yang disajikan.

Berbekal naskah cerita dari Musfar Yasin, Monty Tiwa berhasil menyajikan komedi romantis dengan isu sensitif di negara ini yaitu poligami tanpa menggurui, penonton diajak berempati lewat kisah tokoh utama yang membumi dengan kehidupan sebagian besar penonton di negara ini. Alih-alih menempuh jalur serius, penuturan masalah hiduplewat genre komedi terbilang cukup efektif dan tidak dibuat-buat. Pesan yang disampaikan juga dapat tersampaikan dengan baik dan mengena. Ketika bercerita mengenai masalah kehidupan tidak melulu mesti serius karena ini tergantung kreativitas dan pendekatan seperti apa yang cocok pada penonton. Ketimbang film serius tapi terlalu agamis dan mendikte penonton dan terasajauh dari keseharian. Karena hidup sendiri sudah serius belum lagi serba-serbi masalahnya. Semestinya film dapat menjadi hiburan, jika berhasil jadi pengingat itua dalah bonu.
Overall: 7/10
Wednesday, June 22, 2022
ULASAN: THE BLACK PHONE
Tidak butuh waktu lama setelah resmi keluar dari proyek sequel Doctor Strange, sutradara Scott Derrickson sudah bisa beralih ke proyek film lainnya. Kali ini film yang dia sutradarai film bergenre speisalis atau yang sudah mengangkat namanya yaitu horror berjudul The Black Phone. Film yang diangkat dari cerpen berjudul sama karya Joe Hill (anak dari Stephen King) membawa Scott Derrickson kembali bekerja sama dengan Ethan Hawke, 10 tahun setelah kerjasama mereka yang sukses lewat Sinister.
Film ini bercerita tentang pasangan adik kakak Finney (Mason Thames) dan Gwen (Madeleine McGraw) yang tinggal bersama orang tua tunggal, sang ayah mereka yang pemabuk. Kerasnya sang ayah dalam merawat pasangan adik-kakak membuat hubungan Finney dan Gwen semakin kuat. Mereka saling melindungi ketika di luar rumah atau bahkan Finney lebih sering dibantu oleh Gwen. Pada satu momen Gwen menyelamatkan Finney dari rundungan 3 anak-anak lainnya sampai membuatnya cidera secara fisik.
Sunday, June 19, 2022
ULASAN: ELVIS
Monday, June 13, 2022
ULASAN: SEE FOR ME


Film yang minim cast ini sejak awal memang sangat menonjolkan karakter Sophie. Kita bisa melihat dari awal karakter Sophie dengan segala kekurangannya sangat keras kepala, tidak mau dikasihani termasuk oleh ibunya sendiri yang sampai akhirnya kita mengetahui sisi buruk dari Sophie. Sampai disitu pengembangan karakter Sophie bisa dibilang sudah solid yang dikombinasikan dengan plot cerita ketika memasuki sequence 3 perampok masuk. Di sini kita akan melihat momen-momen menegangkan dan menahan nafas bagaimana Sophie yang hanya bisa mengandalkan pendengarannya yang tajam dan panduan seseorang dari aplikasi.
Tuesday, June 7, 2022
ULASAN: JURASSIC WORLD 'DOMINION'
Dibuka dengan Jurassic World (2015), lalu dilanjutkan dengan Fallen Kingdom (2018) dan akhirnya ditutup dengan Diminion. Penutup trilogi kedua dari franchise Jurassic Park ini yang masih dipercayakan pada Colin Trevorrow yang menyutradarai dua film sebelumnya. Masih dengan membawa dua pemeran utama Chriss Pratt dan Bryce Dallas Howard. Untuk memembuat penutup yang epik, film ketiga ini membawa 3 nama pemain originalnya mulai dari Sam Neill, Jeff Goldblum, dan Laura Dern.
Jurassic World: Dominion mengambil plot cerita empat tahun setelah apa yang terjadi di Fallen Kingdom ketika Isla Nublar dihancurkan. Dinosaurus sekarang hidup dan berburu, beradaptasi bersama manusia di seluruh dunia. Keseimbangan yang rapuh ini akan membentuk kembali masa depan dan menentukan, sekali dan untuk semua, apakah manusia akan tetap menjadi predator puncak di planet yang sekarang mereka tempati bersama makhluk paling menakutkan dalam sejarah? Premis sederhanya seperti itu. Namun isi dari film lebih luas dari itu.
Monday, June 6, 2022
ABSEN SELAMA DUA TAHUN, EUROPE ON SCREEN KEMBALI DIADAKAN SECARA OFFLINE

Setelah dua tahun diadakan secara virtual, edisi ke 22 festival film tahunan Uni Eropa (UE) ‘Europe on Screen’ (EoS) akan digelar dengan format hybrid di tahun 2022. Pemutaran film secara luring (offline) diadakan mulai tanggal 16-26 Juni 2022 di beberapa kota besar di Indonesia: Jakarta, Bandung, Denpasar, Medan, Surabaya, dan Yogyakarta. Sementara, penonton juga dapat mengakses film-film pilihan yang ditayangkan di Europe on Screen 2022 secara daring (online) melalui situs festivalscope.com dari tanggal 20 - 30 Juni 2022. Semua film dan program acara Europe on Screen 2022 dapat diakses secara gratis.

Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket dalam sambutannya berkata, “Tahun ini, festival film ‘Europe on Screen’ (EoS) akan menghadirkan 69 film terkini dari 20 Negara-Negara Anggota UE serta 5 negara Eropa lainnya . Ada beragam pilihan film impresif yang ditayangkan, dari thriller ke komedi, film romantis hingga musikal, ada drama juga horror. Beberapa film pemenang penghargaan yang menangkap isu-isu terkini seperti pandemic, migrasi, perang. Kami juga akan menyelenggarakan acara-acara tambahan yang menarik seperti diskusi, webinar dan pameran.”
Festival akan dibuka dengan Do Not Hesitate (2021), sebuah film dari Belanda pada tanggal 16 Juni 2022; dan ditutup dengan film The Big Hit (2020) dari Perancis pada tanggal 26 Juni 2022. Co-Direktur Festival Nauval Yazid mengatakan, “Do Not Hesitate terpilih sebagai film pembuka, bukan hanya karena film ini merupakan nominasi dari Belanda untuk Piala Oscar ke-94 kategori International Feature Film, tapi juga karena film ini bercerita akan sisi kemanusiaan antar tentara dalam area konflik, sebagai refleksi tepat dari situasi dunia yang saat ini tengah kita alami”. Sebagai tambahan, Co-Direktur Festival Meninaputri Wismurti menambahkan, “Europe on Screen selalu berusaha memutar film yang menarik dan beresonansi dengan para penonton kami di Indonesia. Film penutup kami adalah The Big Hit yang bergenre komedi berhati besar, yang akan menginspirasi optimisme bagi siapa pun yang mau bermimpi
dan berusaha”.
EoS juga memberikan dukungan kepada industri perfilman Indonesia melalui kompetisi Short Film Pitching Project (SFPP). Kompetisi yang dilakukan secara tahunan ini mengundang submisi dari para pembuat film Indonesia yang memiliki ide brilian untuk film pendek, dengan pemenangnya mendapatkan pendanaan parsial untuk memproduksi idenya menjadi film serta dipertontonkan pada acara EoS di tahun selanjutnya. Kompetisi ini dimulai pada tahun 2018, dan telah melahirkan film-film pendek berkualitas yang telah diputar di berbagai festival film pendek di seluruh dunia.

“Industri film Indonesia kini semakin bertumbuh di mana film-film Indonesia mendapatkan penghargaan dan diakui di banyak festival internasional. Kehadiran kompetisi seperti SFPP EoS 2022 ini sangat berarti untuk mendukung industri film di Indonesia, karena ia mampu melahirkan generasi pelaku film yang baru, terutama untuk produksi film pendek." ungkap Gita Fara (Produser) selaku salah satu juri SFPP EoS 2022.
Penayangan perdana kompilasi film pendek pemenang SFPP EoS 2021 akan diadakan pada tanggal 19 Juni 2022
pukul 13.00 di GoetheHaus. Film-film pendek itu adalah:
1. Bibir Merah Siapa yang Punya – Pawadi Jihad & Haris Supiandi (Pontianak)
2. Men and Their Birds – Andrew Kose & Evi Cecilia (Jakarta)
3. What Ceti Does (Riwayat Ceti) – Azalia Muchransyah & Adhi Anugroho (Bogor)
Ketiga film pemenang SFPP EoS 2021 ini juga akan ditayangkan secara online pada 20 – 30 Juni 2022 di festivalscope.com.

Selain itu, EoS 2022 juga akan menghadirkan sorotan seni bagi sutradara legendaris dari Italia, Federico Fellini. Program retrospektif ini bertajuk #Fellini102, dan akan menghadirkan pemutaran film-film klasiknya serta satu film dokumenter terkini tentang pembuatan filmnya, dan pameran yang menampilkan kerja visualnya. Program retrospektif ini akan ditayangkan perdana di Pusat Kebudayaan Italia, Istituto Italiano di Cultura (IIC) pada 17 Juni 2022.
EoS yang merupakan festival film internasional yang tertua di Indonesia diselenggarakan oleh perwakilan diplomatic dan budaya Uni Eropa di Indonesia. Setiap tahun festival ini menarik lebih dari 30,000 penonton, menjadikannya festival film Eropa terbesar di dunia. Menuju EoS 2022, sebuah festival pendahulu berjudul “Road to EoS 2022” dilaksanakan dengan menampilkan tujuh film yang pernah dipertontonkan pada acara EoS yang terdahulu. Acara ini dilaksanakan pada tanggal 3-5 Juni 2022 di Erasmus Huis, GoetheHaus, Istituto Italiano di Cultura dan Institut Francais d’ Indonesie. Road to EoS 2022 juga mengadakan serangkaian lokakarya yang berkaitan dengan film dan sesi Instagram Live dengan para profesional industri perfilman yang berasal dari Indonesia maupun Eropa.
Sunday, June 5, 2022
ULASAN: THE AMBUSH

Film The Ambush diadaptasi dari kisah nyata konflik situasi penyergapan tentara UEA (Uni Emirat Arab) pada 2018 di Yemen oleh pejuang pemberontak Houthi. Kisahnya mengikuti perjuangan tiga orang tentara UEA yang menjalankan sebuah misi peperangan. Selama patroli rutin di pegunungan, kendaraan tentara UEA yang terdiri dari Sersan Ali Al-mismari (Marwan Abdullah), Sersan Al Hindasi (Mohammed Ahmed), dan Bintara Tinggi Bilal Al Saadi (Khalifa Al-Jassem) disergap oleh sekelompok pejuang Houthi saat melewati ngarai sempit. Terjebak dan di bawah tembakan keras dari militan bersenjata serta menghadapi situasi putus asa, komandan unit mereka yang berani mencoba sekuat tenaga untuk menyelamatkan tentaranya yang terperangkap.
.jpg)
Film perang yang berkesan adalah film yang mampu mengangkat porsi sejarah dan fakta dengan objektif tanpa dramatisasi berlebihan, beberapa film aksi perang produksi Hollywood sebut saja Black Hawk Down, Saving Private Ryan dan Dunkirk merupakan contoh yang bagus. Jika anda suka dengan film-film bertema perang maka ada satu film yanga akan segera tayang di bioskop kita yang perlu anda saksikan berjudul The Ambush (Al Kameen). Film perang produksi gabungan antara AGC Studios (AS) dan Image Nation Abu Dhabi (UEA). Film ini disutradarai oleh Pierre Morel (Taken) dengan naskah film ini ditulis oleh Brandon Birtell (Furious 7) dan Kurtis Birtell (Medal of Honour) melalui konsultasi erat dengan para prajurit yang terlibat dalam situasi penyergapan kehidupan nyata yang mengilhami plot film. Al Kameen sepenuhnya difilmkan di UEA. Ini adalah salah satu film fitur Arab terbesar yang diproduksi dengan lebih dari 400 pemain dan kru, kata Image Nation Abu Dhabi. Pemeran utama terdiri dari semua aktor Emirat ternama, di antaranya Marwan Abdullah Saleh, Khalifa Albhri, Khalifa Al Jassem dan Mohammed Ahmed. Film ini meraih pendapatan tertinggi di UEA ketika dirilis pada akhir November 2021

Film The Ambush diadaptasi dari kisah nyata konflik situasi penyergapan tentara UEA (Uni Emirat Arab) pada 2018 di Yemen oleh pejuang pemberontak Houthi. Kisahnya mengikuti perjuangan tiga orang tentara UEA yang menjalankan sebuah misi peperangan. Selama patroli rutin di pegunungan, kendaraan tentara UEA yang terdiri dari Sersan Ali Al-mismari (Marwan Abdullah), Sersan Al Hindasi (Mohammed Ahmed), dan Bintara Tinggi Bilal Al Saadi (Khalifa Al-Jassem) disergap oleh sekelompok pejuang Houthi saat melewati ngarai sempit. Terjebak dan di bawah tembakan keras dari militan bersenjata serta menghadapi situasi putus asa, komandan unit mereka yang berani mencoba sekuat tenaga untuk menyelamatkan tentaranya yang terperangkap.

Dengan rentang durasi 1 jam 42 menit The Ambush terasa cukup panjang untuk sebuah film aksi penyelamatan dengan setting lokasi yang sempit di daerah pegunungan batu yang diceritakan merupakan wilayah konflik perang saudara di Yaman. Untungnya aksi peperangan yang seru dan tanpa henti mampu membuat penonton untuk tetap menonton hingga akhir cerita. Cara penuturan cerita secara bergantian antara ketiga tentara yang terperangkap dengan tentara di pangkalan yang berjuang untuk menyelamatkan adalah kelebihan film ini di samping adegan aksi yang sangat fantastis dan Nampak begitu realistis. Hal ini membuat penonton dapat merasakan POV dari masing-masing pihak dan lebih berempati terhadap keadaan mereka. Dengan tetap mempertahankan bahasa dan adat lokal, film ini juga menunjukkan kekuatan originalitasnya, Dari segi scoring karena ada PH Hollywood jadi mereka sudah tahu bagaimana scoring yang pas untuk film seperti ini. Sisi emosional walau kurang dieksplor terlalu dalam tapi cukup membuka mata dan memberi banyak pelajaran untuk penonton bahwa ada cerita di balik setiap tentara yang pergi berperang untuk membela negaranya.

Para cast yang membintangi film ini mungkin asing untuk kita karena ini film non-Hollywood namun semuanya menampilkan dinamika acting yang sangat baik. Nilai patriotisme dan heroisme sangat kental terasa di setiap adegan demi adegan film. Kekurangannya mungkin latar belakang masing-masing karakter utama terutama tiga prajurit yang menjadi fokus film hanya sedikit dieksplorasi dan lebih banyak berfokus pada aksi perang. Sinematografi film ini cukup luar biasa untuk ukuran film berbahasa asing dengan dominasi ledakan dan aksi tembak menembak. Selain itu juga menjadi ajang pamer kendaraan lapis baja yang tahan ledakan dan gempuran senjata, kekuatan militer UEA terlihat sekali menjadi fokus film ini karena selain kekuatan di darat di sepanjang film anda akan diperlihatkan armada kekuatan di udara mulai dari Apache, Drone, hingga armada pesawat tempur yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

The Ambush menceritakan kisah tentang sekelompok kecil tentara yang menunjukkan keberanian, kepahlawanan, dan persaudaraan dalam keadaan yang tak terbayangkan. Morel mampu menciptakan suasana peperangan yang realistis dengan memanfaatkan lanskap alam UEA yang menakjubkan secara visual maupun budaya walau masih terbatas. Perlu lebih banyak film-film dengam menggunakan metode kerjasama antara PH Hollywood dan PH Lokal di suatu negara dengan memanfaatkan lokasi dan local talent agar penonton bisa mendapatkan tontonan yang beragam (tidak melulu Hollywood-centric) namun tetap berkualitas.
Overall: 7/10