Wednesday, August 31, 2022

SUKSES KELILING FESTIVAL, FILM AUTOBIOGRAPHY SIAP TAYANG DI BIOSKOP-BIOSKOP INDONESIA




Setelah diumumkan terseleksi di Venice International Film Festival dan Toronto International Film Festival, film produksi Kawan Kawan Media‘Autobiography’ merilis trailer eksklusif. Trailer berdurasi dua menit ini tayang perdana di outlet media internasional Variety. Trailer memperkenalkan sosok Rakib (diperankan oleh Kevin Ardilova) yang menjaga rumah seorang pensiunan bernama Purna (diperankan oleh Arswendy Bening Swara). Ketika Purna pulang untuk mencalonkan diri menjadi bupati, Rakib cepat akrab dan melihat Purna sebagai figur ayah. Bergenre suspense thriller, penonton diperlihatkan dunia yang ditinggali Rakib dan Purna, penuh gelap dan ketegangan.



Tim film ‘Autobiography’ akan berangkat lebih dahulu ke Venice International Film Festival yang berlangsung dari 31 Agustus sampai 10 September. Film ‘Autobiography’ akan berkompetisi di seksi Orrizonti (Horizons) sebagai satu-satunya film dari Asia Tenggara, bersama film-film lain dari Ukraina, Jepang, Argentina, Italia, Perancis, Iran, dan lain-lain. Dewan juri seksi Orrizonti kali diketuai oleh sutradara veteran Spanyol, Isabel Coixet. Film panjang pertama sutradara dan penulis skenario Makbul Mubarak ini dibintangi oleh antara lain Kevin Ardilova, Arswendy Bening Swara, Lukman Sardi, Yusuf Mahardika, Rukman Rosadi, Yudi Ahmad Tajudin, Haru Sandra, dan Alm. Gunawan Maryanto.



Produser Yulia Evina Bhara menjelaskan mengenai keberangkatan tim ‘Autobiography’ ke Venice dan Toronto Film Festival yang difasilitasi Kemendikbud melalui Dana Indonesiana. “Keberangkatan tim untuk menemani film dan merayakan sinema Indonesia, kami sangat menanti momen ini, setelah proses yang panjang,” ujarnya. Ahmad Mahendra selaku Direktur Perfilman, Musik dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi Indonesia memberikan dukungan terhadap keberangkatan film ‘Autobiography’, “Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media berkomitmen untuk terus mendukung film Indonesia yang berkompetisi maupun tayang di festival bergengsi di luar negeri. Tidak hanya Venice dan Toronto, beberapa festival film lain pun partisipasi film Indonesia mendapatkan dukungan penuh dari Kemendikbudristek, misalnya Locarno, Busan, Bucheon, Tampere Film Festival untuk film pendek dan beberapa festival lainnya.”



Setelah Venice, Film ‘Autobiography’ terpilih masuk di Toronto International Film Festival di seksi World Contemporary Cinema dan berkompetisi untuk mendapatkan NETPAC Award. Pemenang penghargaan akan mendapatkan Toronto International Film Festival NETPAC Prize yang dipersembahkan oleh the Network for the Promotion of Asian Cinema untuk memberikan penghargaan pada film-film Asia terbaik yang ditayangkan di Toronto International Film Festival. Penghargaan ini pertama kali diberikan pada tahun 2012. Toronto International Film Festival 2022 berlangsung dari 8 September - 18 September. Dikembangkan sejak tahun 2017, proyek film ‘Autobiography’ telah  dipresentasikan padaTorinoFilmLab2017 dan kemudian berlanjut terseleksi ke European Audiovisual Entrepreneurs Ties That Bind, Berlinale Co-production Market, Locarno Open Doors, Southeast Asian Fiction Lab-SEAFIC, FDCP Project market dan First Cut Lab.


‘Autobiography’ menjadi film Indonesia yang berko-produksi dengan Singapura, Polandia, Filipina, Jerman, Perancis, dan Qatar, setelah mendapatkan dukungan dari aide aux cinĂ©mas du monde CNC Prancis, Nouvelle-Aquitaine Regional Fund Prancis, World Cinema Fund erman, Purin Pictures Thailand, Polish Film Institute, Asean Co-Production Grant –ACOF Filipina, Tokyo Talents NEXT Master Program dan Doha Film Institute. Tidak hanya dari luar Indonesia, film Autobiography juga mendapatkan dukungan financing dari Badan Ekonomi Kreatif untuk tahap pengembangan melalui partisipasi ke Torino FilmLab. Aspek produksi dan distribusi didukung oleh Kementrian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Serta juga Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Film ‘Autobiography’ akan segera tayang di bioskop-bioskop Indonesia.






Saturday, August 27, 2022

ULASAN: DRAGON BALL SUPER: SUPERHERO




Butuh 4 tahun pasca Dragon Ball Super: Broly akhirnya ada lagi film anime lainnya dari Dragon Ball yang bisa kita tonton yang berjudul Dragon Ball Super: Superhero. Film anime yang masih jadi bagian sequel anime series Dragon Ball Super. Sang kreator universe Dragon Ball Akira Toriyama juga kemabli ikut andil dalam film anime ini sebagai penulis naskah yang menjadi alasan kuat kenapa film anime ini akan mash bisa menyedot penggemar datang ke bioskop.



Magenta, pemimpin dari Red Pharmaceuticals ingin kembali membangkitkan Red Ribbon Army yang pernanh dihancurkan oleh Goku. Untuk melancarkan rencananya, Magenta merekrut Dr. Hedo yang merupakan cucu dari Dr. Gero. Namun berbeda dengan sang kakek, Dr. Hedo sangat terobsesi dengan superhero, sehingga Magenta memanipulasi Dr. Hedo bahwa Capsule Corp dan para Saiyan adalah organisasi jahat yang dibantu oleh alien untuk menguasai Bumi. Karena yang dia dengar dari Meganta. akhirnya Dr. Hedo menerima tawaran Magenta untuk bergabung. Dari tangan Dr. Hedo lahirlah Android Gamma #1  dan  #2. Gamma #2 langsung diutus untuk berhadapan langsung dengan Piccolo. Piccolo yang selamat dari serangan Gamma #2 diam-diam membuntuti Android tersebut ke pangkalan rahasia Red Ribbon Army. Dari sana Piccolo mengetahui rencana besar Red Ribbon Army dan dengan waktu yang terbatas Piccolo mencoba mengumpulkan bnatuan yang terbatas karen ketidakhadiran Goku dan Vegeta di bumi.


Saya salah satu penggemar Dragon Ball yang sampai saat ini belum menonton sequel seriesnya, yaitu Dragon Ball Super. Jadi saya sempat khawatir saya kembali akan mendapat sedikit kebingungan dengan film anime terbaru ini seperti saat saya menonton Dragon Ball Super: Broly. Namun untungnya hal itu tidak terjadi. Dragon Ball Super: Superhero disajikan jauh lebih ringan dibandingkan film sebelumnya. Tidak hanya itu, benag merah film ini sangat terkait dengan versi originalnya. Jikapun lupa, kita diberi rangkuman singkat dan padat yang mengingatkan kita dengan arc originalnya yang menjadi benang merah untuk plot utama ini. Saya lebih merasakan ini adalah sequel langsung dari Dragon Ball Super: Broly.


Tidak hanya penyajian cerita jauh lebih ringan dibandingkan sebelumnya, namun tokoh sentral film anime yang bukan lagi pada Goku atau Vegeta, tetapi berpindah pada kepada Piccolo dan Gohan. Sebuah penyegaran yang sangat efektif di mana keberadaan dan situasi Gohan di film anime ini berbanding terbalik ayahnya, Goku yang masih senang unjuk kekuatan, Gohan menikmati kehidupannya sebagai orang biasa dan motifnya harus mengeluarkan kekuatannya juga sangat kuat. Bagian lainnya film anime jadi makin segar adalah porsi komedinya yang sangat kental. Hampir setiap sequence adegan ada selipan komedi, entah itu dari dialog atau gerakan tubuh. Percayalah, Dragon Ball Super: Superhero bisa dimasukan dalam kategori action-komedi.


Entah mungkin Akira Toriyama memang sedang ingin bersenang-senang, plot Dragon Ball Super: Super Hero memang jauh lebih santai dan kerennya itu berhasil tersampaikan kepada penonton yang tidak hanya kepada penggemar yang mengikuti sequel anime seriesnya namun juga bagi yang tidak. Elemen-elemen fans service juga banyak kita temukan yang memancing nostalgia. Namun yang paling penting, Dragon Ball tidak hanya tentang Goku dan Vegeta, dari film anime ini bisa kita lihat Gohan dan Piccolo masih bisa bersinar tanpa mereka.

Overall: 8/10

Wednesday, August 24, 2022

ULASAN: BEAST


Hampir setiap tahun akan selalu ada film terbaru bertema survival-thriller di mana tokoh utama terjebak dan harus berhadapan dengan makhluk yang lebih kuat. Yang menjadi makhluk lebih kuat itu bisa alien, hewan buas atau bahkan cuaca. Dan kali ini ada 'Beast', film yang dibintangi oleh Idris Elba dan Sharlto Copley yang harus berhadapan sang raja afrika yaitu seekor singa. Film yang disutaradarai oleh sutradara berasal dari Islandia Baltasar Kormakur yang sebelumnya sudah menyutradarai film survival lainnya seperti Everest (2015) dan Adrift (2018)


Nate Daniels (Idris Elba) seorang dokter seorang ayah tunggal yang untuk mengenang sang istri yang sudah meninggal, ia melakukan perjalanan ke Afrika Selatan dan mengajak serta kedua putrinya.Tujuan perjalanannya adalah tempat dimana ia pertama kali bertemu sang istri. Bersama kedua putrinya Norah dan Meredith melalukan perjalanan tersebut. Dalam perjalanan mereka dipandu oleh Martin (Sharlto Copley) yang merupakan ahli biologi satwa liar sekaligus teman lama Nate dan mendiang istri. Perjalanan menyenangkan yang telah dinanti-nanti justru berubah menjadi pengalaman menegangkan. Seekor singa yang selamat dari pemburuan berubah menjadi predator ganas yang menganggap semua manusia adalah musuh.


Secara garis besar 'Beast' adalah film survival-thriller yang sudah sering kita temui dengan film-film sejenis. Sekelompok orang yang yang berliburan terjebak pada situasi terburuk yang pernah mereka alami. Yang membedakannya adalah perjalanan atau proses mereka dalam menyelamatkan diri. Dan disini sedikit kelebihan yang ada pada 'Beast'. Di tengah-tengah menjaga tempo ketegangan, naskahnnya menyelipkan sebuah drama antara seorang ayah dan dua putrinya dan itu cukup berhasil dan membuatnya lebih dari sekadar film survival. Idris Elba cukup mumpuni memerankan seorang ayah yang rentan yang belum bisa berdamai dengan rasa bersalah yang sekaligus mencoba bisa kembali dekat dengan kedua putrinya. Dramanya berkerja dengan baik.


Dibagian sequence suspensnya, Baltasar Kormakur sudah sudah kenyang pengalaman mengerjakan film-film sejenis tidak banyak menemui kesulitan pada bagian ini. Momen-momen suspense muncul pada saat yang tepat dan sangt efektif. Jadi jangan kaget jika kamu menontonnya di bioskop kamu akan sering mengalami kaget atau berteriak berjamaah. Tidak hanya itu, naskahnya yang dikerjakan oleh Ryan Engle ini juga memberikan motif pada predator kita menyerang manusia yag membuatnya bukan sekadar pemangsa haus darah. 


Secara keseluruhan 'Beast' memang film generik beterma survival. Namun elemen-elemen film survival, dalam Beast berjalan dengan efektif. Memang beberapa hal kebodohan klise yang sering kita jumpai pada film sejenis masih akan kita temui, tapi tidak bisa dipungkiri jika 'Beast' masih cukup memeberi hiburan yang menegangkan selama 90 menit.

Overall: 7/10


Monday, August 15, 2022

ULASAN: LAAL SINGH CHADDHA

Jika dibandingkan dengan 2 King Khan lainnya (Shah Rukh Khan dan Salman Khan) bisa dibilang Aamir Khan yang paling selektif dalam memilih film. Dalam setahun atau dua tahun sekali dia bisa muncul dalam satu film saja. Dan setiap muncul film-filmnya sellau berhasil menjadi perbincangan dan sukses secara box offfice seperit Ghajini (2008), 3 Idiots (2009), PK (2014) atau Dangal (2016). Dan tidak seperti film-film sebelumnya yang hadir dengan cerita original. Aamir Khan kembali dengan sebuah film remake dari film yang pernah dibintagi oleh Tom Hanks yaitu Forrest Gump. Sebuah beban berat tentunya untuk remake ini karena seperti yang kita tahu, Forrrest Gump adalah salah satu film terbaik yang pernah dan membawa Tom Hanks sebagai aktor terbaik di ajang oscars karena perannya itu.


Seperti originalnya, versi remake bollywood ini sebagian besar mempunyai sinopsis yang sama. Laal (Aamir Khan) yang terlahir dengan kondisi kekurangan fungsi kaki dan mental mendapat kesulitan dalam beradaptasi di lingkungannya. Ibunya satu-satunya orang yang mendorong Laal agar bisa tetap mandiri. Selain ibunya, Rupa (Kareena Kapoor) orang yang selalu bisa menganggap Laal seperti orang lainnya. Rupa yang juga menjadi cinta pertama Laal menjadi pusat hidup dan mempengaruhi setiap keputusan Laal kedepannya. 


Seperti yang sudah disinggung diatas jika sinopsis Laal Singh Chaddha hampir sama dengan versi originalnya, begitu juga dengan plot ceritanya. Kita akan mengikuti perjalanan hidup Laal seperti yang kita lihat dalam Forrest Gump. Yang membedakanya Forrest Gump bagian-bagian sejarah yang ada dalam Laal lebih banyak memasukan unsur konflik di negara India yang membuatnya relevan dengan kondisi negara tersebut dari sudut pandang Laal yang melihat dunia jauh lebih sederhana. Isu intoleransi sangat kental dan memang sangat sensitif. Sangat mudah untuk kita penonton Indonesia masuk dalam ceritanya karena konflik-konflik kelam yang terjadi di India hampir sama persis pernah terjadi di Indonesia.


Selain itu yang membedakan versi originalnya dengan remake ini cara Aamir Khan membawakan karakter Forrest Gump versi dirinya yang sangat berbeda jauh dengan versi Tom Hanks. Aamir Khan membawakannya dengan jauh lebih ceria. Sebagian ada yang bilang mengingatkan dengan karakter PK yang pernah dia perankan, tetapi buat saya sendiri Laal dan PK sangat jauh berbeda. Adapun yang mengingatkan saya dengan PK dari film ini adalah narasi Laal sepanjang film. 


Versi original film ini memang masterpiece, namun remake ini terbaik dengan caranya sendiri. Bahkan remake ini bisa memberi momen-momen yang lebih emosional dibandingkan versi originalnya. Meskipun sudah menonton versi originalnya, remake ini masih bisa memberikan sesuatu segar. Salah satu remake bollywood yang berhasil. 

Overall: 9/10

Friday, August 12, 2022

ULASAN: FALL




Fall adalah film bergenre survival thriller dibintangi Grace Fulton (Shazam). Selain dibintangi Grace Fulton,Virginia Gardner (“Marvel’s Runaways”), Mason Gooding (“Scream”) dan Jeffrey Dean Morgan (“The Walking Dead”) juga tampil sebagai cast pendukung film ini. Scott Mann ('Heist' dan 'The Tournament')didapuk sebagai sutradara Fall. Mann dan Jonathan Frank menulis naskah, dengan Christian Mercuri, James Harris, Mark Lane, dan Mann sebagai produser.



Becky (Grace Fulton) dan Hunter (Virginia Gardner) adalah dua sahabat yang gemar dengan olahraga panjat tebing untuk bersenang-senang dan mencari adrenalin. Becky berhenti melakukan hobi ini setelah mengalami peristiwa traumatis dalam salah satu pendakian yang menyebabkan pacarnya meninggal. Suatu kali Hunter mengajak Becky untuk melakukan kegiatan pendakian kejutan, Becky ragu-ragu memutuskan untuk bergabung dengan Hunter namun dia berharap itu akan membantunya mengatasi rasa takutnya akan ketinggian dan menemukan kembali hasratnya untuk mendaki. Kali ini bukan gunung atau tebing yang akan mereka daki tapi puncak menara radio yang sudah terbengkalai, 2000 kaki di udara sambil menjalankan misi menyebarkan abu sang pacar Becky. Saat mencoba memanjat menara, Becky dan Hunter kehilangan pijakan ketika sepotong tangga tua yang goyah jatuh, membuat keduanya terdampar. Keterampilan memanjat yang luar biasa dari Becky dan Hunter dan persahabatan mereka diuji hingga batasnya saat mereka harus melawan badai, ketinggian yang menakutkan ditambah tidak adanya jaringan selular dan ancaman mati kehausan akibat kehabisan persediaan air. Akankah mereka berhasil selamat dari situasi yang cukup mustahil ini?



Berdurasi 1 jam 47 menit sebetulnya inti film cuma tentang bagaimana aksi Becky dan Hunter untuk bisa selamat dari tindakan nekat kalau tidak mau disebut bodoh dari tower radio di tengah gurun. Pemerannya bisa digantikan siapa saja karena tidak ada pengembangan karakter berarti yang dilakukan untuk karakter Becky ataupun Hunter. Adegan di awal hanya untuk memberikan kita background cerita namun tidak cukup meyakinkan penonton bahwa kemampuan memanjat tebing mereka memang mumpuni. Cerita baru mulai menarik saat mereka akan menjalankan misi mendaki tower dan cukup terbayarkan lewat semua aksi dan ketegangan yang ditawarkan. Satu hal yang mengganggu adalah bagaimana seseorang seperti Becky yang mengalami trauma hebat mau dengan mudah dibujuk untuk ikut kegiatan gila yang pernah membuat hidupnya trauma berat, kurang believeable saja di bagian ini. Dari bagian tengah hingga akhir kita diberikan ketegangan dan eskalasi bahaya yang semakin meningkat serta formula keputusasaan hebat yang terus mendera 2 tokoh utama kita. Kesusahan demi kesusahan yang dialami cukup membuat penonton mampu bertahan hingga film ini selesai untuk menuntaskan rasa penasaran melihat bagaimana nasib Becky dan Hunter lolos dari situasi ini. Salah satu kelebihan film ini adalah adanya twist yang tidak disangka-sangka walau saya sudah punya feeling soal ini. Anda harus tonton sendiri untuk tahu twist yang saya maksud.



Para cast yang terlibat semuanya sudah menjalankan porsi acting mereka dengan baik masalahnya hanya pada kualitas penulisan cerita saja. Kehadiran Jeffrey Dean Morgan sebagai ayah Becky semestinya bisa dimanfaatkan lebih baik ketimbang hanya hadir di awal dan penghujung film, what a waste. Chemistry Grace dan Virginia sebagai dua orang sahabat sangat terasa cukup kental yang tampak dari kejadian yang mereka alami sepanjang film dan menjadi salah satu kelebihan yang membuat film ini jadi lebih hidup. Sinematografi film ini tentu didominasi CGI tetapi kualitasnya cukup rapi dan tidak murahan. Fakta menarik film ini adalah adanya penggunaan software Flawless (semacam sotware Deepfake tapi untuk suara) untuk mengganti kata2 kasar (F* word), yang konon ada lebih kurang 30 F*word, menjadi kata-kata yang lebih sopan supaya penonton PG-13 juga bisa ikut menonton.



Berbekal naskah simpel dan pace cerita yang pas, tontonan film ini cukup menghibur walau masih ada kekurangan di beberapa aspek. Namun tujuan utama film ini untuk memberikan sajian thriller dengan pendekatan berbeda tercapai dengan baik.. Scott Mann berhasil mengantarkan pesan moral pada penonton lewat rangkain adegan yang membuat was-was. Kita diingatkan bahwa hanya dua kemungkinan keluar dari situasi berbahaya seperti di film ini yaitu mati konyol atau lolos dengan susah payah lalu jadi terkenal sesudahnya seperti yang dilakukan Hunter lewat konten-kontennya yang gemar menantang maut.







Overall Score : 7.5/10



Thursday, August 11, 2022

ULASAN: BULLET TRAIN

Ini pendapat yang sangat subjektif, boleh setuju atau tidak. Film-film yang bersetting di area kereta api sudah dipastikan film itu akan bagus. Mulai dari action, horror, thriller sampai drama punya judul-judul film yang berkesan setidaknya bagi saya. Seperti Train to Busan, The Polar Express, Unstoppable, Te Commuter sampai Demon Slayer the movie: Mugen Train. Sekarang hadir film terbaru Bullet Train adaptasi novel berjudul Maria Beetle karya penulis Kotaro Isaka. Sebuah film adaptasi penuh jajaran cast bintang seperti Brad Pitt, Aaron Taylor Johnson, Bryan Tyree Henry, Joey King, Hiroyuki Sanada, Michael Shannon, Logan Lerman dn aktor berdarah Indonesia Yoshi Sudarso. Sementara dari sutradara ada nama David Leitch yang dari track recordnya sudah berhasil menyajikan film-film action laga yang memukau yang dimulai dari John Wick, Atomic Blonde, Deadpool dan Nobody (Produser). Dari nama-ama yang disebutkan di atas, film adaptasi novel ini sudah tampak mejanjijkan, lebih-lebih setelah kita melihat trailernya.



Pembunuh bayaran yang sudah snagat senior Ladybug (Brad Pitt) mendapat tugas mendadak menggantikan rekannya untuk mengambil sebuah koper di dalam Bullet Train atau kereta api cepat yang berangkat dari Stasiun Tokyo. Dipandu oleh Maria Beetle (Sandra Bullock) lewat telpon pekerjaan yang harusnya mudah ini menjadi mulai berantakan setelah ia bertemu pembunuh kembar, Lemon (Aaron Taylor-Johnson) dan Tangerine (Bryan Tyree Henry), pria yang ingin membalas dendam kematian istrinya, The Wolf (Bad Bunny) hingga gadis lugu dengan kemampuan mematikan dan mempunyai keberuntungan yang selalu berpihak padanya, The Prince (Joey King). Chaos-pun terjadi. Adu ketangkasan untuk saling membunuh akan tersaji selama durasi film.


Melihat banyaknya karakter hal yang membuat penasaran bagaimana cara David Leitch akan membagi porsi masing-masing karakter. David Leitch membukanya dengan cara yang sederhana lewat tokoh utama kita Lady Bug yang sedang mengalami krisis identitas. Lalu makin masuk ke dalam ketika mulai masuk ke konflik pertanyaan demi pertanyaan muncul yang memang sedikit membuat bingung, namun David Leitch sudah menyiapkannya semua jawaban pertanyaan-pertanyaan itu yang dibuka dengan pelan-pelan di tangah-tengah adegan brutal yang memacu adrenalin sampai akhirnya semua misteri terjawab dan ditutup dengan final act yang chaos abis.


Meskipun isi cerita dan karakter yang sangat kompleks, David Leitch mampu menyajikan Bullet Train seringan mungkin. Setidaknya dari pengamatan saya tidak menemukan plothole yang memang sangat rawan ditemukan untuk film yang memakai banyak karakter sejenis ini. Tidak hanya cerita, hampir karakter-karakter dalam film ini memebri kesan tersendiri. Brad Pitt terlihat sangat nyaman memerankan Lady Bug, tidak sering kita bisa melihat Brd Pitt bermain komedi seperti ini. lalu juga ada si kembar Lemon dan Tangerine. Dua karakter yang sangat layak jika mendapat spin-offfnya tersendiri.


Menonton Bullet Train seperti melihat kombinasi film-film dari Quentin tarantino bertemu dengan film-film Guy Ritchie. Film yang memang menjual aksi yang brutal yang dbalut dengan komedi ini dijamin akan menghibur untuk kamu penikmat action laga. Bahkan saya merasa Bullet Train masih dalam universe John Wick dari sisi lainnya. Setelah film berakhir, saya masih ingin melihat lebih dari Bullet Train karena masih banyak potensi yang bisa digali dari film ini.


Overall: 8/10

(By Senandika Dalu)