Thursday, October 27, 2022

ULASAN: LYLE, LYLE, CROCODILE













Natal masih sekitar sebulan lebih lagi, namun film-film bertema keluarga yang sering kita temui di momen tersebut mulai bisa kita temui di bulan Oktober ini. Salah satunya Lyle, Lyle Crocodile, film yang diadaptasi dari buku anak-anak berjudul sama karangan Bernard Waber. Lyle, Lyle, Crocodile adalah film musikal komedi yang menggabungkan karakter CGI dengan karakter live action. Distradarai oleh Will Speck dan Josh Gordon, yang sebelumnya pernany menyutradarai film bertema natal lainnya berjudul Office Christmas Party (2016). Shawn Mendes yang lebih kita kenal sebagai penyanyi ikut andil dalam film ini menjadi pengisi suara Lyle, karakter buaya di film ini. Selain Mendes, film musikal ini juga dibintangi oleh Javier Bardem, Constance Wu, Winslow Fegley, dan Scoot McNairy.


Lyle, Lyle, Crocodile bercerita tentang Lyle (Shaw Mendes), seekor buaya yang bisa bernyanyi yang ditemuan oleh pesulap gagal Hector P. Valenti (Javier Bardem). Lyle hanya bisa berkomunikasi dengan cara bernyanyi. Titik balik indah yang direncanakan oleh Hector membawa Lyle dikenal ke publik gagal total ketika Lyle demam panggung pada saat pementasan. Lyle ditinggalkan di rumah kosong yang sebelumnya dimiliki oleh Hector. Pada suatu hari, rumah tersebut dihuni oleh keluarga baru yang tidak tahu dengan keberadaan Lyle di sana. Dimulai dari perkenalannya dengan Josh (Winslow Felgley), anak pemilik rumah baru. Perlahan Lyle yang awalnya ditakuti bisa mendapat kepercayaan keluarga Josh dan dianggap bagian dari keluarga. Namun semua momen indah itu terganggu dengan kembalinya Hector.


Sedari awal yang kita tahu, film ini sendiri merupakan adaptasi buku anak-anak. Jadi jangan terlalu dipikirkan kenapa Lyle bisa menjadi satu-satunya buaya yang bernyanyi. Hilangkan sejenak bagian tidak logis tersebut selama kamu menonton film ini karena target utama film ini memang untuk anak-anak. Film yang mempunyai alur cerita yang sangat ringan ini tidak berbelit-belit daal penyampaian ceritanya. Yang menjadi inti dari film ini yang menghubungkan semua karakter adalah kurangnya rasa percaya diri, dan Lyle menjadi benang merah bagaimana keluarga Joss bisa mendapatkan rasa percaya diri tersebut.


Alur cerita yang ringan dibalut dengan musik dan lagu-lagu sesuai porsinya. Banyak momen pada setiap adegan musik atau lagu berkumandang akan membuat kita penonton secara reflek minimal ikut mengetuk pegangan kursi dengan jari ketika menontonnya di bioskop. semuanya juga didukung dengan penampilan pemainnya terutama yang sangat menarik perhatian saya tentu saja ada pada Javier Bardem. Tidak sering kita bisa melihat Javier Bardem bermain dalam film ringan atau bertema keluarga seperti ini. Dengan lebih sakadar performa komikal, kehadiran Javier Bardem sebagai Hector dalam film ini seakan menjadi kompas moral.


Lyle, Lyle, Crocodile memang film keluarga yang sangat formulatic. Namun hal itu yang memang menjadi tujuannya.. Sebuah film drama keluarga yang bisa memberi efek heartwarming setelah menontonnya. Sebuah pilihan tepat menontonnya bersama keluarga dan sangat direkomendasikan menontonnya di biokop agar mendapata visual dan sound yang maksimal.

Overall: 7/10

Friday, October 21, 2022

ULASAN: 6/45






Perseteruan antara Korut dan Korsel selalu menarik untuk disimak dan sudah banyak dibuat dalam berbagai genre film mulai dari serius hingga komedi. Kalau anda masih ingat drakor hits Crash Landing On You yang fenomenal itu maka Film berjudul 6/45 dengan genre komedi dari Korsel ini adalah versi nyelenehnya yang mengambil sebagian ide dari drakor tersebut. Film komedi terbaru tersebut sudah tayang per Rabu (19/10), di jaringan bioskop CGV. Film 6/45 ini dibintangi oleh Lee Yi-kyung (Descendants of the Sun [TV Series] - 2016) dan Go Kyung-pyo (Reply 1988). Jajaran aktor  Korea lainnya yang turut meramaikan film ini adalah Eum Mon-suk (The Fiery Priest [TV series] –2019), Park Se-wan (Collectors -2020), Yoon Byung-hee (Vincenzo [TV Series] – 2021), Kwak Dong-yeon (Vincenzo [TV Series] – 2021), hingga Lee Jun-hyeok (love in The Monnlight -2016). Park Gyu-tae dipercaya untuk menyutradarai film 6/45 itu selain itu ia juga menulis naskah untuk film ini. Ia juga dikenal sebagai penulis Bunt (2007) hingga Man on the Edge (2013). 6/45 tayang perdana di Korea Selatan pada 24 Agustus lalu dan meraih pendapatan box office Korea hingga US$13,6 juta.



Dikisahkan seorang tentara Korea Selatan yang bernama Park Chun-woo (Go Kyung-pyo) mendapatkan tugas untuk menjaga Garis Demarkasi Militer antara Korea Selatan dan Korea Utara. Suatu hari, Chun-woo menemukan tiket lotre. Tanpa disangka tiket lotre yang dimilikinya memenangkan hadiah uang sebesar 5,7 miliar won. Akan tetapi, kegembiraannya hanya berlangsung sebentar. Tiket lotrenya itu secara tidak sengaja tertiup angin hingga melintasi Garis Demarkasi Militer yang sudah masuk wilayah Korea Utara akibat keteledorannya. Chun-woo tentu saja tidak mau kehilangan hadiah itu maka ia bertekad untuk melintasi batas negara supaya tiket lotrenya itu kembali ke tangannya. Di sisi lain tiket lotre yang terbang tadi ditemukan oleh Ri Young-ho (Lee Yi-kyung) seorang tentara senior di Korut. Pertemuan antara tentara kedua negara yang bertikai itu menimbulkan perdebatan sengit karena tidak ada yang mau mengalah dan saling mengklaim tiket lotre tersebut. Hingga akhirnya dicapai kesepakatan mereka akan bekerja sama untuk pembagian hadiahnya. Akankah misi mereka berhasil? Anda harus saksikan sendiri misi mereka yang penuh kekonyolan gara-gara secarik kertas lotere dan bagaimana ideologi masing-masing negara mempengaruhi tindakan mereka.




Dari awal film ini dibuka tidak butuh basa-basi kita akan segera dikenalkan dengan kupon lotre yang jadi penyebab semua masalah di film ini. Adegan pembukanya langsung mengenalkan kita pada sang tokoh utama yang ketiban rejeki nomplok, Kyung-pyo. Setelah itu kita diberi gambaran soal kehidupan Kyung-pyo di pos militer dan kecerobohannya yang mengakibatkan kupon lotrenya terbang melewati garis demarkasi ke Korut. Dari sini kita dikenalkan dengan Yi-kyung yang akan menjadi sumber awal konflik. Di bagian pertama film ini kita diperkenalkan dengan semua karakter penting di film ini dengan apik. Character development dan dinamikanya sangat baik. Di bagian kedua efek komedinya ternyata semakin dieskalasi dengan rencana penukaran masing-masing tentara ke pihak lawan dan semakin banyak pihak yang terlibat karena mau ikut ambil keuntungan dari hadiah lotre tersebut. Hal ini sebenarnya sudah bisa tertebak namun scene di masing-masing pihak sungguh mengocok perut dan tidak terduga. Di Bagian kedua ini penuh adegan komedi nonstop yang pasti membuat penonton terpingkal-pingkal. Untuk konklusinya sendiri juga memuaskan karena kita masih diberi twist sekaligus pesan yang meaningful. Porsi komedi film ini begitu dominan dan tampak sudah dipikirkan dengan matang sehingga tidak ada yang misplaced. Selipan sindiran satir ideologi komunis korut dan budaya liberal korsel digambarkan dengan jenaka dan menghibur (seperti bagaimana di korut yang diam-diam mampu menghapal Gerakan tarian K-pop Korsel). Unsur romance yang sudah pasti ada di setiap film Korea juga digarap dengan brilian dan dijamin membuat penonton tersenyum-senyum Film ini betul-betul terapi hiburan buat para penonton karena adegan komedinya bakal bikin kita tertawa sampai rahang terasa pegal.



Sinematografi dan set desain film ini dibuat dengan cukup detil dan memberikan suasana militer yang kental terlihat dari set pos militer baik di pihak Korut maupun Korsel. Walau temanya kental dengan suasana militer namun akting para castnya dan vibe komedinya membuat kita merasa happy Ketika menonton film ini. Set lingkungan Korut yang begitu tertinggal dari kemajuan Korsel ditunjukkan dengan paradoks desa versus kota megapolitan. Semua cast yang merupakan pemain top memainkan porsi yang berimbang dan meyakinkan. Baik Kyung-pyo maupun Yi-kyung mampu beradu akting secara sama kuat dan menampilkan stereotype tentara Korut dan Korsel. Semua cast pendukung juga menambah semarak dan dinamika cerita lewat ciri khas karakter masing-masing. Soal adegan romantic tidak usah diragukan lagi, chemistry Kyung-pyo dan Se-wan yang polos dan malu-malu tapi mau sangat believable dan memang ciri khas di film-film korea.



6/45 dijamin memberikan hiburan buat penonton dari awal hingga akhir karena premisnya yang sederhana soal tiket lotre tapi dibalut satir komedi cerdas nan jenaka soal perseteruan Korut dan Korsel. Gyu-tae berhasil menampilkan kreatifitas mengolah topik perseteruan kedua negara menjadi sesuatu suguhan yang fresh dan berkesan buat penonton. Penonton akan dapat berempati terhadap situasi di Korut maupun Korsel karena sindiran dan komedi satirnya begitu mengena. Overall ini film komedi terbaik buat saya di tahun 2022 ini.



Overall : 8.5/10

(Camy Surjadi)











Thursday, October 20, 2022

ULASAN: BLACK ADAM






8 tahun setidaknya jarak waktu yang dibutuhkan sejak dari Dwayne Johnson atau yang lebih populer dengan nama The Rock ini diumumkan akan memerankan villain utama Shazam yang itu Black Adam. Hingga akhirnya banyak perubahan terjadi dan hasil final Black Adam akan mempunyai filmnya solo sendiri, alih-alih menjadi villain utama di film pertama Shazam. Gosip yang beredar, nama besar Dwayne Johnson yang punya pengaruh kuat yang membuat  Black Adam mempunyai film solo. Disutradarai oleh Jaume Collet-Serra yang sebelumnya sudah bekerjasama dengan Dwayne Johnson lewat Jungle Cruise, banyak ekspetasi dan harapan pada film antihero ini.


Dibuka dengan adegan  Adrianna (Sarah Shahi) yang memimpin  pencarian sebuah mahkota yang mempunyai kekuatan besar yang sudah menjadi mitos di negara Kahndaq, sebuah negara konflik dan terjajah. Pencarian akan mahkota tersebut secara tidak sengaja membangkitkan seorang pahlawan di negara tersebut setelah tertidur selama 5000 tahu, sang pahlawan tersebut adalah Black Adam. Namun Black Adam bukanlah pahlawan yang menjujung norma-norma kephlawanan. Dia tidak segan-segan untuk membunuh. Segala tindakannya dikendalikan oleh amarahnya karena kejadian tragis yang dia alami di masa lalu. Hal tersebut yang membuat JSA (Justice Society of America) yang terdiri atas Hawkman (Aldis Hodge), Doctor Fate (Pierce Brosnan), Cyclone (Quintessa Swindell), dan Atom Smasher (Noah Centineo) datang untuk menghentikannya..


Film bertema antihero ini tidak perlu waktu berlama-lama dalam bercerita. Alur berlangsung cepat dari pengenalan karakter hingga menuju konfliknya. Hampir pada setiap sequencenya dibarengi dengan adegan-adegan action yang memukau penonton. Sempat ditundanya film ini berkali-kali bisa kita maklumi. Keluhan-keluhan bagaimana buruknya CGI yang kita temukan dalam film-film Marvel Studios akhir-akhir ini tidak akan temukan dalam Black Adam ini.


Namun keterpukauan penonton pada spesial efek dalam setiap sequence actionnya tidak sama dengan keterpukauan dengan plot ceritanya. Karena alurnya yang cepat film ini juga tidak mempunyai kedalaman cerita yang cukup kuat. Terutama pada kedalaman karakter. Pengenalan tokoh-tokoh terutama semua anggota JSA tidkak mempunyai latar belakang yang kuat. Jadi jika kamu mengharapkan sebuah film antihero yang kuat pada sisi ini, maka kamu harus kecewa. 


Untuk sebuah film popcorn atau blockbuster, Black Adam sudah memenuhi segala syarat untuk menjadi film yang snagat menghibur. Bahkan untuk penggemar komiknya akan sangat dimanjakan dengan film ini. Minim eksplorasi naskah pada kedalaman cerita mungkin memang disengajakan karena penulis atau sutradara ingin memberikan film antihero yang cukup ramah karena ratingnya sendiri untuk 13 tahun ke atas. 


Overall: 7/10  

Friday, October 14, 2022

10 FILM YANG HARUS KAMU TONTON DI JAKARTA FILM WEEK 2022



Jakarta Film Week hadir di tahun keduanya. Kali ini, festival film bertaraf internasional ini akan memutarkan total 88 film yang berasal dari puluhan negara. Beberapa judul yang mencuri perhatian para penggiat dan pecinta film antara lain, Balada Si Roy, film Indonesia yang akan menjadi opening film dan Arnold is a Model Student, film karya Sorayos Prapapan yang menjadi closing film Jakarta Film Week 2022.


Selain itu, hadir juga beberapa film lain yang wajib masuk daftar tonton kamu di Jakarta Film Week menurut Festival Ambassador, Jourdy Pranata. Film-film ini memiliki berbagai genre dan juga cerita, yang tentunya berasal dari berbagai negara. Berikut 10 rekomendasi film dari seluruh film yang diputar di Jakarta Film Week 2022:


The Innocent

Film ini bercerita tentang Abel yang panik mengetahui bahwa ibunya yang berusia 60 tahun, Sylvie, akan menikahi seorang pria di penjara. Dengan bantuan sahabatnya, Clémence, ia akan melakukan apa pun untuk melindungi ibunya. Tetapi pertemuan dengan Michel, ayah tiri barunya, mungkin akan memberinya perspektif baru. Bagi kamu yang ingin menonton film karya Louis Garrel ini, tayang di CGV Grand Indonesia, Sabtu, 15 Oktober 2022.

Penghargaan: San Sebastián International Film Festival 2022 - Nominated Audience Award.


Concerned Citizen

Apa yang akan kamu lakukan jika terjadinya satu hal yang membuat kamu ragu dengan dirimu sendiri? Ben bersama pasangannya berusaha mewujudkan hadirnya anak dalam hubungannya. Namun serangkaian peristiwa membuat Ber merasa bersalah. Ia mempertanyakan tentang hubungan dirinya sendiri dan masyarakat, yang mungkin akan menghancurkan hubungan dan aspirasinya sebagai ayah. Penasaran dengan akhir cerita Ben? Film ini tayang di CGV Grand Indonesia, Minggu, 16 Oktober 2022.

Penghargaan: Jerusalem Film Festival 2022 - Winner Award for Israeli Cinema (Best Film), Berlin International Film Festival 2022 - Nominated Best Feature Film.


Love Destiny

Kisah cinta selalu punya kejutan yang mendebarkan. Seperti yang dialami oleh Bhop dan Gaysorn. Pasangan yang ditakdirkan, Bhop dan Gaysorn, diuji cinta dan keyakinannya di tengah









Melchior the Apothecary

Seorang ksatria mati dibunuh, dan kondisinya mengenaskan. Sheriff memerintahkan Melchior si apoteker, yang dapat berbicara dengan orang mati, untuk menyelidiki kejahatan tersebut. Serangkaian kejahatan yang mengerikan mulai terungkap setelahnya. Namun sepertinya ada yang disembunyikan. Apakah yang sebenarnya terjadi? Teka-teki ini bisa terjawab saat kamu menyaksikan film ini di CGV Grand Indonesia, pada 15 Oktober 2022.


The Night of The Beast

Apakah Anda memiliki tekad baja guna mempertahankan tiket Iron Maiden Anda? Tapi ikatan persahabatan diuji ketika penjahat mencuri hal yang paling berharga: tiket untuk melihat penampilan langsung band favorit mereka. Kalian yang memiliki idola dan dapat merasakan ikatan ini, yuk saksikan The Night of The Beast di CGV Grand Indonesia, Minggu 16 Oktober 2022.

Penghargaan: Seeyousound Music Film Festival 2022 - Winner "Best Fiction Feature Film".


Vesper

Setelah runtuhnya ekosistem Bumi, Vesper, seorang gadis berusia 13 tahun yang berjuang untuk bertahan hidup dengan ayahnya yang lumpuh, bertemu dengan seorang wanita misterius yang memiliki rahasia yang memaksa Vesper untuk menggunakan kecerdasan, kekuatan, dan kemampuan bio-hacking-nya untuk memperjuangkan kemungkinan masa depan. Ini adalah salah satu film sci-fi drama yang harus kamu tonton di Jakarta Film Week. Tayang Minggu, 16 Oktober 2022 di CGV Grand Indonesia.

Penghargaan: Bucheon International Fantastic Film Festival 2022 - Winner Jury's Choice Award.


Wild Roots

Ketika Niki mengetahui bahwa ayahnya ada di kota setelah dibebaskan dari penjara. Setelah 7 tahun tanpa kontak, ayah dan anak itu saling mengenal, sambil menyadari hubungan mereka yang kuat dan betapa hebatnya kekuatan memaafkan. Kisah yang hangat tentang keluarga bisa disaksikan di CGV Grand Indonesia, Minggu 16 Oktober 2022.

Penghargaan: Riviera International Film Festival 2022 - Winner Audience Award (Best Film).





Moshari

Akhir dunia memaksa dua saudara perempuan bersama-sama, di dalam kelambu (moshari), hanya untuk bertahan hidup—tetapi pertama-tama, mereka harus bertahan hidup dari satu sama lain. Apa yang harus dihadapi dua saudara ini? Tonton film ini di Kineforum Taman Ismail Marzuki, Jumat 14 Oktober 2022.

Penghargaan: Atlanta Film Festival 2022 - Winner “Grand Jury Award”, Bucheon International Fantastic Film Festival 2022 - Winner “Jury's Choice Award”, Melbourne International Film Festival 2022 - Winner “Best Fiction Short Film”, Short Shorts Film Festival & Asia 2022 - Winner “Best Short”.


Such Small Hands

Di panti asuhan perempuan, seorang pendatang baru diasingkan oleh kelompok yang sudah ada. Untuk membalik keadaan, gadis pendatang itu menciptakan permainan malam yang manipulatif. Seperti apakah kondisi yang sebenarnya terjadi di sana? Film ini tayang di Kineforum Taman Ismail Marzuki, Sabtu 15 Oktober 2022.

Penghargaan: Strasbourg European Fantastic Film Festival 2021 - Winner “Audience Award” Best Short Film, Strasbourg European Fantastic Film Festival 2021 - Winner “Octopus d'Or”.


Basiyat: Bathe My Corpse with Wine

Seorang pensiunan seniman saron yang menjual anggur buatan sendiri memberi wasiat terakhir untuk memandikan jenazahnya dengan anggur dan diiringi dengan ketukan saron ketika ia dimandikan hingga dibawa ke liang lahat. Ia juga meminta sapi anaknya disembelih untuk merayakan kematiannya. Istrinya menolak untuk melaksanakan wasiat itu. Keunikan cerita ini patut ditunggu dan disaksikan di Kineforum Taman Ismail Marzuki, Sabtu 15 Oktober 2022.


How to Be an Egg

Ziya, gadis cilik berusia 7 tahun, menceritakan intoleransi yang dialaminya melalui karakter Telur. Ikuti cerita Ziya lewat film ini yang tayang di Kineforum Taman Ismail Marzuki, Sabtu 15 Oktober 2022.


PROGRAM-PROGRAM YANG MERAMAIKAN JAKARTA FILM WEEK 2022



Di dalam penyelenggaraan sebuah festival film, selain pemutaran film hadir juga program-program menarik lainnya. Di Jakarta Film Week, salah satu program yang hadir selain pemutaran adalah Fringe Events.Dengan hadirnya Fringe Events, diharap bisa menjadi wadah berkumpulnya para penikmat film dan pegiat industri film. Fringe Events sendiri merupakan sekumpulan kegiatan dan sajian hangat untuk menemani kegiatan menonton kawan-kawan Jakarta Film Week. Dalam rangkaian program ini, akan digelar lokakarya berupa Masterclass. Ada pula sejumlah obrolan serius tapi santai berupa Community Talks, dan Festival Talks.

Program Fringe Events terdiri dari tiga kegiatan, yaitu Talks, Community dan Masterclass. Dari ketiga kegiatan tersebut menghadirkan kolaborasi dengan berbagai pihak, baik domestik maupun mancanegara. Dimulai dari Talks yang berkolaborasi dengan Madani Film Festival, dengan mengangkat tema Ustaz Dalam Film Horor Indonesia. Kolaborasi kedua bertajuk Festival Talks dengan mendatangkan pembicara dari Film festival mancanegara dari Korea Selatan (BIFAN). Dan di luar kolaborasi tersebut, akan diselenggarakan juga Talks dengan tema Navigating Your Talent As An Actor bersama Verdi Solaiman dan Festival Ambassador Jakarta Film Week 2022, Jourdy Pranata.

Program lainnya, yaitu Masterclass yang berkolaborasi dengan INAFEd. Program ini mengusung tema Why We Need Post-Production Management dengan pembicara profesional yaitu, Satrio Budiono, Tersi Eva Ranti, dan Ahsan Andrian. Dengan moderator Kelvin Nugroho. Terakhir, hadir program Community yang berkolaborasi dengan Kineforum. Tema yang dipilih yaitu Darah, Air Mata Dan Kursi Bioskop Berdebu: Film Eksploitasi di Indonesia. Dengan Ekky Imanjaya yang diadakan di Teater Sjuman Djaya Kineforum, Taman Ismail Marzuki.

Melengkapi program-program yang sudah disebutkan, tahun ini juga hadir program baru yaitu Producer's Lab. Yaitu sebuah program kolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia yang akan memfasilitasi para produser film Indonesia untuk siap berkompetisi di sirkuit lokal dan internasional.

Sepuluh peserta terpilih akan mengikuti Lab selama empat hari yang terdiri dari masterclass, talk, group discussion, dan mentoring oleh dua mentor ternama Asia Tenggara, Yulia Evina Bhara (Indonesia) dan Alemberg Ang (Filipina). Di tahap akhir Lab, para peserta akan mengajukan proyek mereka untuk menunjukkan kemajuan mereka. Peserta dengan potensi tertinggi akan dipilih untuk mengikuti Platform Busan 2023.

ULASAN: HALLOWEEN ENDS



Franchise Slasher/ Horror Halloween yang dimulai dari tahun 1978 akhirnya berakhir (setidaknya sampai ada yang mau me-reboot Kembali) di film Halloween Ends yang dirilis tahun ini. Di era modern rumah produksi Blumhouse melanjutkan franchise film ini sebagai sekuel langsung dari film awal di 1978 dengan tidak mengindahkan seri lainnya yang dimulai dengan Halloween (2018). Film ini disutradarai oleh David Gordon Green dan ditulis oleh Green, Danny McBride, Paul Brad Logan dan Chris Bernier. Film ini dibintangi pemain dari film sebelumnya yaitu Jamie Lee Curtis, James Jude Courtney, Andi Matichak, Will Patton, dan Kyle Richards, yang semuanya mengulangi peran mereka dari film sebelumnya.



Halloween Ends mengisahkan Laurie Strode (Jamie Lee Curtis). Empat tahun berselang sejak
kejadian di film Halloween Kills (2021), Laurie tinggal bersama cucunya, Allyson (Andi Matichak). Ia
sekarang focus menjadi penulis memoar sebagai penyintas dari teror Michael Myers. Michael Myers
tidak pernah muncul selama empat tahun tersebut. Pada masa tenang itu seorang pria bernama
Corey Cunningham (Rohan Campbell) disebut membunuh anak majikannya. Pada suatu kesempatan
Laurie bertemu Corey dan ia merasakan aura kegelapan seperti yang dia rasakan Ketika bertemu
Myers. Akankah Laurie kali ini berhasil mengungkap siapa Corey sebenarnya atau semua ini hanya
paranoianya akibat berpuluh tahun diteror oleh Myers? Silakan ke bioskop untuk dapat mengetahui
jawabannya



Secara cerita, Halloween Ends menawarkan cerita yang lebih dinamis ketimbang hanya body
count korban-korban Michael Myers dari awal hingga akhir film dan bagaimana konfliknya dengan
Laurie. Di film ini kita diperkenalkan karakter baru yaitu Corey yang sangat menarik tapi sekaligus
pedang bermata dua jika penggunaannya tidak tepat dan hal ini dapat kalian saksikan sendiri di film
ini. DI awal kita langsung diperkenalkan dengan Corey dan kejadian nahas yang dialaminya,
berikutnya kita baru dibawa Kembali ke kehidupan Laurie dan Allyson 4 tahun setelah kejadian di
Halloween Kills. Di bagian awal, backstory dan character development benar-benar diperhatikan
sehingga kita bisa memahami konflik dan situasi tiap karakter. Pada bagian kedua konflik yang
mengaitkan tiap karakter dengan Michael Myers dieksplorasi perlahan yang terkesan cukup panjang
menuju adegan final yang seperti kita tahu akan mempertemukan Laurie dan Michael. Namun
misteri Corey dan bagaimana nasib-nasib karakter yang terlibat tetap tidak dapat ditebak hingga
akhir film. Adanya multiple plot yang menghubungkan antara Corey dan Michael justru
menimbulkan kebingungan bagi penonton dalam hal kemunculan Michael Kembali ke Haddonfield
yang tidak dijelaskan hingga akhir film. Kita semua tahu kemunculan Michael yang tidak bisa mati
selalu berkaitan dengan supranatural tapi hal itu tidak begitu jelas kali ini. Formula yang sama (soal
bodycount dan gore) tetap digunakan seperti film-film Halloween yang lain. Ditutup dengan
pertarungan Laurie dan Myers yang boleh dikatakan tidak terlalu memorable tapi masih bisa dibilang
lumayan untuk penutup.



Semua karakter di film ini memiliki performance yang kuat dan dinamika yang menarik di
antara mereka. Jamie Lee Curtis tetap tampil mengesankan sebagai final girl di franchise ini. Andi
Matichak tetap menampilkan kualitas yang sama. Karakter baru yang menarik adalah Karakter Corey
yang diperankan Rohan Campbell yang aktingnya sangat meyakinkan dan bakal membuat penonton
langsung relate dengan karakternya begitu pun chemistry nya dengan Allyson. Suasana Kota kecil
Haddonfield tetap tergambar dengan baik dan konsisten, hanya kali ini lebih berwarna karena ada
beberapa adegan di lokasi-lokasi menarik. Scoring Ikonik Halloween karya John Carpenter tetap
digunakan di sepanjang adegan-adegan slasher.



Halloween Ends walau masih punya benang merah dengan seri sebelumnya namun terasa
agak berbeda karena ada motivasi tertentu di balik adegan pertumpahan darah di sepanjang film
dan kaitannya terhadap Laurie, Corey dan Allison. Ends mengangkat tema perundungan dan
kesehatan mental dengan narasi yang cukup baik walau hal ini membuat konklusinya terasa kurang
maksimal dan focus ceritanya membuat penonton jadi sedikit bingung. Film terakhir ini terasa lebih
emosional dan manusiawi dibanding film sebelumnya karena tema yang diangkat sangat relate
dengan kondisi saat ini dan memberikan penonton apa yang terjadi jika seseorang mengalami
tekanan yang hebat dari masyarakat baik itu perundungan, teror berkepanjangan, dan paranoia
berlebihan. Jika anda beharap film Halloween yang sedikit lain film inilah jawabannya walau ini
bukan film Halloween yang terbaik dan memuaskan menurut saya.


Overall: 6,5/10

(By Camy Surjadi)












Sunday, October 9, 2022

5 HAL YANG YANG HARUS KAMU KETAHUI TENTANG JAKARTA FILM WEEK 2022




Jakarta Film Week kembali hadir tahun ini. Lebih meriah dari tahun pertama penyelenggaraan, berikut lima hal yang harus kamu ketahui. Lima hal ini yang akan menjadi alasan kamu untuk terus mengikuti update dan menghadiri Jakarta Film Week 2022. Kelima fakta tersebut yaitu;


1. Film-film di Jakarta Film Week berasal dari puluhan negara dan world premiere

Hal yang paling dinanti dari sebuah festival film adalah daftar film-film yang akan ditayangkan. Jakarta Film Week 2022. Tahun ini beberapa film memang sudah dinanti-nanti penayangannya. Seperti film Balada Si Roy dan film Galang. Dua karya anak bangsa ini world premiere di Jakarta Film Week 2022.

Selain penayangan di bioskop, ada sejumlah film yang juga world premiere di penayangan daring melalui Vidio.com. Yaitu film Janda Kampung Durian dan Langkah Bhayangkara Putri. Sementara film The Show Must Go On, Indonesian Premiere di Vidio.com. Selain itu masih banyak lagi daftar film lainnya, karena di tahun ini Jakarta Film Week menayangkan total 88 film dari puluhan negara.


2. Kategori awards Jakarta Film Week bertambah dan semakin variatif

Di tahun ini, ada dua awards baru yang dihadirkan oleh Jakarta Film Week. Yaitu pertama, Global Animation Award, penghargaan yang diberikan juri untuk Film Pendek Animasi Internasional Terbaik yang berkompetisi di kategori Global Short. Yang kedua, Series of The Year, penghargaan yang diberikan juri untuk Serial Terbaik Karya Orisinal Over the Top (OTT) di regional Indonesia. Selain itu, semua awards yang ada di tahun lalu, kembali hadir di Jakarta Film Week 2022. Awards tersebut yaitu, Global Feature Award, Direction Award, Global Short Award, Jakarta Film Fund Award.


3. Jakarta Film Week mendukung talenta baru untuk berkembang melalui roadshow dari kampus ke kampus

Jakarta Film Week dihadirkan untuk para penonton dan juga para penggiat film, terutama generasi muda. Karena itu, tahun ini Jakarta Film Week menghadirkan roadshow ke sejumlah instansi edukasi. Kegiatan ini masuk ke dalam program Road to Jakarta Film Week. di antaranya FFTV-IKJ, SAE Indonesia, IDS, UMN Film, dan BINUS University. Selain roadshow, diadakan juga penayangan online 24 film pendek terpilih dari komunitas dan instansi edukasi melalui Vidio.com secara gratis.


4. Hadirnya producer’s lab sebagai program baru untuk para produser baru.

Producer's Lab adalah program terbaru yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan para produser baru. Keterampilan tersebut mulai dari manajemen produksi, pendanaan film, hingga metode distribusi lokal dan internasional. Sepulu peserta terpilih akan mengikuti Lab selama empat hari yang terdiri dari masterclass, talk, group discussion, dan mentoring oleh dua mentor ternama Asia Tenggara, Yulia Evina Bhara (Indonesia) dan Alemberg Ang (Filipina).

Program ini dirancang agar para produser dapat mengusahakan nilai produksi yang lebih baik, menemukan penonton yang cocok untuk film mereka, dan memiliki daya saing yang tinggi guna memperoleh pendanaan alternatif dari sumber lokal dan internasional. Di tahap akhir Lab, para peserta akan mengajukan proyek mereka untuk menunjukkan kemajuan mereka. Peserta dengan potensi tertinggi akan dipilih untuk mengikuti Platform Busan 2023.



5. Wajah baru festival ambassador Jakarta Film Week

Tahun lalu, Shenina CinJourdy Pranata menjadi wajah baru yang menjadi festival ambassador Jakarta Film Week 2022. Secara personal, Jourdy mengungkapkan rasa senangnya bisa bergabung dengan sebuah festival film. Ia ingin tumbuh bersama dengan industri perfilman, seiring dengan karirnya yang semakin melejit, meski industri perfilman sempat diguncang krisis pandemi. Dengan pengalaman itu juga, sosok Jourdy mewakili semangat Emerge, tema yang diusung Jakarta Film Week tahun ini. Tema tersebut dipilih dengan harapan industri perfilman dapat merasakan secercah harapan baru, menemukan talenta-talenta dan harapan baru usah melewati krisis pandemi.


Dengan kelima fakta di atas, penyelenggaraan Jakarta Film Week 2022 diharap akan semakin meriah dan menambah semangat para pelaku industri film, untuk terus berkarya. Sementara untuk para penikmat film, semoga bisa merayakan geliat bangkitnya industri perfilman di Tanah Air melalui festival yang diinisiasi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta.


Thursday, October 6, 2022

ULASAN: THE WOMAN KING



Siapapun yang melihat trailer The Woman King pertama kali dan ketika melihat pasukan militer wanita di dalam trailer tersebut mengingatkan dengan Dora Milaje yang ada di film Black Panther, maka kalian tidak salah. Karena Dora Milaje sendiri terinspirasi dengan satuan pasukan militer wanita yang pernah ada yang disebut 'Agojie' di kerajaan Dahomey tersebut. Dan film ini mengangkat kisah nyata satuan pasukan militer wanita yang melegenda ini dengan bintang-bintang kulit hitam yang sudah sangat kita kenal seperti Viola Davis, Lashana Lynch, dan John Boyega. Kursi sutradara diduduki oleh  Gina-Prince Bythewood (The Old Guard, The Secret Life of Bees) yang sebelumnya menyutradarai film-film dengan karakter utama wanita, dan naskahnya ditulis oleh Dana Stevens dan Maria Bello. Iya kamu tidak salah baca, ada nama Maria Bello. Nama aktris yang lebih sering kita lihat depan layar yang mana The Woman King merupakan debut naskah film panjangnya. Jadi sebagian besar belakang dan depan layar film ini diisi oleh wanita.

The Woman King menceritaan tentang seorang pejuang wanita bernama Nanisca (Viola Davis), seorang pemimpin satuan militer yang diisi oleh para wanita bernama Agojie di kerajaan Dahomey. Sebuah satuan militer yang dihormati oleh rakyatnya dan disegani oleh pendatang dan mendapat sebutan “Dahomey Amazons”. Dengan latar belakang cerita di abad 19, konflik film ini akan berputar  ketika Dahomey sedang berkonflik dengan hebatnya dengan kerajaan tetangganya, Oyo. Konflik yang diakibatkan oleh perdagangan budak yang juga melibatkan bangsa Eropa sebagai pedagang budak.



Film yang berjalan secara naratif ini sendiri mempunyai 3 plot  dari 3 kaca mata berbeda. Yang pertama tentu dari karakter Nanisca seorang pemimpin yang mempunyai mental dan disiplin kuat ini ternyata mempunyai trauma masa lalu yang menghantuinya, lalu kedua  Ghoze (John Bogeya) seorang raja baru yang harus berhadapan dilema politik bahwa mereka harus menjauh dari partisipasi dalam perdangan budak sebagai sumber utama pendaptan mereka saat itu. Dan ketiga dari sudut pandang seorang remaja wanita Nawi (Thuso Mbedu) yang mempunyai kemauan keras dan sering bertentangan dengan norma-norma aturan yang berlaku saat itu. 3 plot tersebut disampaikan dengan cara yang snagat mudah diserap penonton tanpa harus kebingungan ketika 3 plot tersebut aling berhubungan.


Viola Davis sepertinya ingin mencoba batasnya sampai di mana, bisa dibilang karakter Nanisca adalah karakter Viola Davis yang belum pernah kita lihat di film-film dia sebelumnya. Dalam film ini kita bisa melihat jelas karakter Nanisca yang dibawakan Viola Davis seperti paduan Amanda Waller  dan Okoye dari Dora Milaje. Tidak hanya bisa memperlihatkan ketangguhan, Viola Davis pun bisa memberi sisi kerapuhan Nanisca karena masa lalunya. Seakan karakter Nanisca memang tercipta untuknya. Tanpa mengesampingkan kontribusi para pemain lainnya, bisa dibilang penampilan Viola Davis yang paling terlihat dominan diantara pemain lainnya.


Tipikal sebuah film perjuangan The Woman King memiliki segala unsur yang bisa disukai penonton, kecuali bagian romance yang tidak penting yang hadir hanay sebagai pemanis karena tidak mempunyai pengaruh apa-apa pada plot cerita atau pengembangan karakter-karakternya.

Overall: 7/10

Sunday, October 2, 2022

PEMESANAN TIKET JAKARTA FILM WEEK 2022 RESMI DIBUKA




Bagi kamu yang sudah menunggu-nunggu film apa saja yang akan tayang di Jakarta Film Week 2022, akhirnya rasa penasaran kamu terjawab. Di tahun ini, Jakarta Film Week yang berlangsung pada 13-16 Oktober 2022 akan memutarkan total 88 film dari 28 negara. Jumlah tersebut sudah termasuk film panjang dan film pendek. Di tahun ini, semua penayangan gratis dan dilakukan secara offline dan online. Penayangan offline akan diselenggarakan di dua tempat terpisah. Penayangan offline film panjang akan dilakukan di CGV Grand Indonesia. Sementara pemutaran film pendek, akan diselenggarakan Kineforum Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
 


Untuk bisa menyaksikan film-film yang tayang, penonton perlu memesan tiket terlebih dahulu melalui aplikasi TIX ID. Pemesanan bisa dilakukan mulai 1 Oktober 2022. Setelah menentukan film dan melakukan pemesanan, konfirmasi akan dikirimkan melalui email. Penonton harus menukarkan konfirmasi email menjadi tiket fisik sebelum menonton sesuai lokasi penayangan. Film Balada Si Roy sebagai opening film. Film karya sutradara Fajar Nugros tersebut akan tayang pada Kamis, 13 Oktober 2022 di CGV Grand Indonesia. Sementara film Arnold is a Model Student karya sutradara Sorayos Prapapan akan menjadi closing film. Film ini akan diputar pada Minggu, 16 Oktober 2022 di CGV Grand Indonesia.


Di luar film yang disebutkan di atas, masih banyak film-film lain yang bisa penonton pilih. Jourdy Pranata selaku festival ambassador sudah memilih film-film rekomendasi yang bisa kamu pilih. “Kalau dari saya, tentu saja harus nonton Balada Si Roy, karena selain karya anak bangsa, ini juga momen world premiere. Selain itu, film Huesera, Pink Moon dan Stone Turtle wajib masuk daftar tonton di Jakarta Film Week,” ungkap Jourdy Pranata. Namun, jika tidak bisa hadir secara offline, film-film bisa disaksikan secara online melalui Vidio.com secara gratis. Di tahun ini terdapat dua film yang world premiere di Vidio.com. Film tersebut yaitu Janda Kampung Durian dan Langkah Bhayangkara Putri. Sementara itu, film The Show Must Go On akan Indonesian Premiere di Vidio.com.



Pemutaran film-film di Jakarta Film Week 2022 lebih meriah. Pasalnya selain bisa disaksikan secara daring dan luring, pemutaran film kali ini juga berkolaborasi dengan beberapa pihak, di antaranya dengan Madani Film Festival, festival yang menayangkan film-film dari Indonesia dan luar negeri untuk bisa melihat keberagaman umat Muslim di dunia. Selain itu, kolaborasi dengan CinemaWorld, yang merupakan layanan film pan-Asia pertama dan satu-satunya yang didedikasikan untuk film internasional terbaik. Untuk karya-karya film menjanjikan dari bakat-bakat anyar Korea Selatan, Jakarta Film Week berkolaborasi dengan Bucheon International Fantastic Film Festival.



Di program pemutaran film tahun ini akan hadir beberapa section film seperti Fantasea, yaitu sekumpulan film-film pilihan yang menyorot kreativitas pembuat film dalam mewujudkan hal-hal yang belum atau mungkin tidak pernah ada. Dan Herstory yaitu sekumpulan film-film pilihan tentang perempuan dan atau sutradara perempuan dari berbagai belahan dunia. Di penyelenggaraan Jakarta Film Week tahun ini juga menghadirkan sejumlah program menarik lainnya, seperti Road to Jakarta Film Week dan Fringe Events, di antaranya; Talks, Community dan juga program Exhibition.