Di dunia industri kreatif ide original adalah sesuatu yang mahal, termasuk dalam industri film. Pada saat industri film yang sangat sudah jauh berkembang dan bahkan berubah, ide original pada sebuah film sudah semakin sulit ditemukan karena hampir semua blueprint genre semua film sudah pernah diaplikasikan. Namun memodifikasi sebuah ide yang sudah ada juga merupakan prosese kreatif. Hal itulah yang dilakukan oleh Eli Roth (Hostel, Cabin Fever) lewat film Thanksgiving, sebuah film horror slasher dengan konsep yang tidak baru lagi, tetapi Eli Roth masih mampu menyajikannya dengan gaya berbeda.
Thursday, November 23, 2023
REVIEW: THANKSGIVING
Wednesday, November 22, 2023
REVIEW: IMMERSION

Monday, November 20, 2023
REVIEW: THE HUNGER GAMES 'THE BALLAD OF SONGBIRDS AND SNAKES'
The Hunger Games adalah salah satu franchise film adaptasi dari Novel Young Adult (YA tersukses milik Liongates dengan total perolehan box office lebih dari 2.97 M USD dan berada diurutan ke-21 film terlaris sepanjang masa. Film ini dirilis pada tahun 2012 dan turut mempengaruhi trend adaptasi novel YA menjadi film di kala itu (Divergence, The Maze Runners, dsb). Ceritanya yang bergenre sci-fi dystopian future terbukti menarik minat banyak penonton dan termasuk salah satu film yang mampu mengadaptasi novelnya dengan detil yang sangat baik dan tidak terlalu menyimpang jauh dari cerita di novelnya. Penampilan Jennifer Lawrence turut membantu kesuksesan film ini di samping pemilihan para cast yang sangat pas dan mumpuni untuk tiap peran penting di ceritanya. Pada April 2020, adaptasi film diumumkan secara resmi sedang dalam pengembangan. Francis Lawrence didapuk kembali sebagai sutradara. Hal ini tentu mengundang kegembiraan para penonton yang penasaran seperti apa cerita prekuelnya. Film The Hunger Games: The Ballad of Songbirds & Snakes didasarkan pada novel tahun 2020 The Ballad of Songbirds and Snakes karya Suzanne Collins, yang merupakan prekuel The Hunger Games (2012). Film ini dibintangi oleh Tom Blyth, Rachel Zegler, Peter Dinklage, Hunter Schafer, Josh Andrés Rivera, dan Viola Davis. Berlatar waktu jauh sebelum peristiwa film pertama, alur ceritanya mengikuti peristiwa demi peristiwa yang akhirnya membawa Coriolanus Snow muda ke jalur untuk menjadi pemimpin tirani Panem.
64 tahun sebelum Katniss Everdeen mengajukan diri sebagai tribute, dan beberapa dekade sebelum Coriolanus Snow menjadi Presiden Panem yang kejam. THE HUNGER GAMES: THE BALLAD OF SONGBIRDS & SNAKES mengikuti Coriolanus muda (Tom Blyth) yang merupakan harapan terakhir atas peristiwa nahas yang menimpa keluarganya, keluarga Snow yang dulunya terhormat dan kaya namun telah jatuh dari kejayaan di Capitol pasca perang. Karena terdesak demi hadiah uang, Snow menerima ditugaskan untuk menjadi mentor Lucy Gray Baird (Rachel Zegler) dalam kontes Hunger Games ke-10, seorang peserta dari Distrik 12 yang miskin. Namun setelah pesona Lucy Gray memikat penonton Panem, Snow melihat peluang untuk mengubah nasib. Dengan semua yang telah ia usahakan masih belum satupun memberikan kepastian, Snow bersatu dengan Lucy Gray untuk membalikkan keadaan demi perubahan yang lebih baik mereka. Melawan nalurinya antara kebaikan dan kejahatan, Snow berpacu dengan waktu untuk bertahan hidup dan mengungkapkan apakah pada akhirnya dirinya akan menjadi burung penyanyi (songbird) atau ular (snake).
Selain kritik sosial yang kental seperti pada trilogi Hunger Games, Songbird dan Snake menekankan pada dampak dari pilihan-pilihan yang jahat: baik yang dibuat oleh dunia di sekitar kita maupun pilihan-pilihan yang egois dan buruk yang kita buat sendiri. Songbird and snake membuat kita menyaksikan Snow meraih posisi tiran dengan menceritakan kehidupannya secara lengkap mulai dari bawah. Keluarga Snow dieksplor secara mendalam di bagian awal film ini. Kompetisi Hunger Games yang jadi tema cerita di trilogi film utamanya hanyalah satu bagian dari narasinya pada film prekuel ini yang berdurasi 158 menit. Jika pertumpahan darah dalam kompetisi hunger games lebih difokuskan di film-film sebelumnya, maka pada Songbird and Snakes kita diperlihatkan tidak hanya pertarungan yang cenderung lebih dekat dan brutal namun juga politik yang terjadi di belakang layar, di mana Snow bekerja dengan dan melawan musuh demi keuntungan Lucy Gray. Kelebihan lain adalah plotnya beralih ke apa yang terjadi di luar arena, saat Snow dan Lucy mencari tahu apakah mereka bisa menjalin hubungan serta apakah mereka bisa saling percaya. Di luar pertarungan hidup mati ala Battle Royale, hubungan Snow dan Lucy penting untuk disimak, Zegler berhasil memerankan jenis pahlawan wanita yang berbeda dari Katniss-nya Jennifer Lawrence, ditambah lagi dia bisa bernyanyi dengan band Appalachian folk/country dan memberikan sentuhan musikal yang unik dan tidak berlebihan ke dalam film ini. Francis Lawrence telah mengumpulkan cast yang mengesankan. Cukup menyenangkan melihat peran Viola Davis sebagai Volumnia Gaul, kepala pembuat game/ilmuwan gila yang tampil cukup eksentrik. Peter Dinklage berperan sebagai Casca Highbottom, pencipta Hunger Games, yang tampil memukau seperti biasa namun screen timenya tidak terlalu banyak. Chemistry Blyth dan Davis adalah faktor penting yang berhasil membuat penonton akan engage dengan mereka sepanjang film.
The Hunger Games: The Ballad of Songbirds & Snakes sangat satisfying sebagai prekuel dan menambah kedalaman cerita dari trilogi Hunger Games yang sudah ada. Di tangan sutradara dan cerita yang tepat prekuel dapat memberikan penonton sisi lain yang belum mereka dapatkan dari timeline cerita utama. Prekuel adalah kesempatan untuk menggali suatu karakter penting atau suatu momen penting supaya gambaran menyeluruh cerita dapat diambil. Dengan berfokus pada Coriolanus Snow, penonton akan memahami apa yang sebetulnya menyebabkan dirinya menjadi penguasa tiran di Panem. Keunikan prekuel adalah kita sudah mengetahui nasib atau peristiwa individu penting di film timeline utamanya. Jika fokus kita di trilogi Hunger Games adalah Katniss, maka di prekuelnya kita akan melihat dari POV Snow sebagai protagonis dan evolusinya hingga ia menjadi karakter antagonis yang kita kenal. Walau penampilan Katniss dirindukan di film ini namun menyaksikan motivasi dan sepak terjang Snow muda dijamin tidak akan kalah seru.
Overall: 8,5/10
(By Camy Surjadi)
JAKARTA WORLD CINEMA WEEK 2023 DITUTUP DENGAN SUKSES
Jakarta World Cinema Week, 18 Nov 2023 resmi ditutup. Festival Film Tahunan yang digelar oleh Klik Film itu sudah menayangkan 91 Film pada penyelenggaraannya yang kedua. Menariknya, Film Rumah Masa Depan,yang disutradarai oleh Danial Rifki,jadi Surprising Film di event ini. Film ini baru akan tayang di bioskop pada 7 Desember mendatang.
Film terfavorit pilihan penonton tahun ini adalah “Inshaallah a Boy” film yang berasal dari Jordania. Sementara Closing Film dari JWCW adalah Shayda,film asal Australia yang mewakili negeri Kangguru ke perhelatan Oscar mendatang. Usai penayangan Shayda,Norra Niasari ( Sutradara) Shayda,mengaku bangga dapat hadir di JWCW tahun ini. Noora yang hadir Bersama Keiran Watson-Bonnice selaku produser ikut menutup JWCW tahun ini. “ Saya sangat bangga dapat menjadi bagian JWCW tahun ini,kata Noora didampingi Keiran”,katanya seraya berharap semoga filmnya yang mendatang Kembali dapat menjadi bagian pada JWCW tahun depan. Berkali, Noora bertanya pada penonton yang hadir “Do you Like My Film?”, usai Penayangan Shayda. Dia juga membubuhkan tandatangan pada dinding yang disediakan bagi penonton untuk menuliskan kesannya di festival itu.
Shandy Gasella selaku Festival Director JWCW,menyampaikan terimakasihnya kepada para penonton dan semua pihak yang mendukung JWCW tahun ini hingga dapat terlaksana dengan baik,” Terimakasih untuk semuanya yang telah mendukung. Sampai jumpa di JWCW tahun depan!,” katanya didampingi dari Daniel Irawan ( Pimpinan Program JWCW 2023).
JWCW tahun ini memang terlihat lebih baik dalam pelaksanaannya film yang hadirpun semakin beragam dan animo para penontonnyapun lebih besar,” ada seorang penonton asal Makassar,sengaja memborong tiket JWCW tahun ini, datang ke Jakarta dan marathon menonton Film setiap harinya sepanjang event”,kata salah seorang panitia seraya menunjukkan tandatangan penonton tersebut.