Saturday, October 19, 2013

ULASAN : WE'RE THE MILLERS



Sore lalu, di saat jam kerja baru saja berakhir dalam pekan yang cukup sibuk, saya tiba-tiba dikhabari teman untuk menghadiri undangan screening film, yang kebetulan memang film tersebut sudah ditunggu-tunggu perilisannya sejak lama; We're The Millers. Tentu saja, ini merupakan khabar menggembirakan, namun masalahnya adalah, badan ini sungguh terasa penat setelah seharian bekerja, sementara jadwal screeningpun sudah terlalu mepet yaitu pada jam 7 malam! Apa mau dikata, kesempatan hanya datang sekali *halah*, jadi mau tidak mau, jalan Jakarta yang macet di sore haripun tetap saya tempuh meskipun badan ini sudah berasa remuk. Kemudian sekarang pertanyaan nya adalah, apakah film yang saya perjuangkan itu telah memberikan imbalan yang setimpal? Jawabannya, iya bingiit!



Mungkin film ini bisa diperkenalkan dengan sedikit membahas posternya. Tampak figur empat orang berpose yang seolah ingin berkenalan dengan dunia bahwa mereka adalah sebuah keluarga yang utuh. Judul We're The Millers dipampang dengan tulisan yang jelas dengan bubuhan bintang note yang memberi keterangan *if anyone asks. Artinya? Ya, mereka adalah keluarga palsu! Mulai dari karakter David Clark (Jason Sudeikis) yang aslinya berlatar seorang pria dewasa bujang pedagang narkoba, kemudian Rose O'Relly (Jennifer Aniston) seorang stripper, Casey Mathis (Emma Roberts) seorang gadis remaja pelarian, dan Kenny Rossmore (Will Poulter) seorang pemuda culun. Dikarenakan situasi yang mendesak, para karakter yang tidak saling mengal dengan cukup baik ini terpaksa harus 'bersatu' membangun sebuah keluarga yang tampak harmonis, demi mencapai sebuah tujuan materil.




Film ini memiliki segalanya untuk menjadi mesin pengocok perut nan ampuh. Semenjak menit-menit pertama dimulai, penonton sudah dibawa pada mood yang girang dan santai, dengan berbagai humor pintar, dan dialog yang dilontarkan tanpa sungkan-sungkan layaknya film komedi dewasa. Kasar, sedikit jorok, namun tidak membebani pikiran, tentunya jika kalian dapat menerima semua itu dengan pikiran terbuka, sebagai sekedar sebuah joke.
Untuk sebuah komedi, tentunya film tidak akan menyuguhkan cerita berbelit yang hanya akan mengeritnyitkan kening. We're The Millers memiliki cerita yang relatif sederhana dengan alur yang asik menyenangkan. Memang, film komedi seperti ini dapat mudah terjerembab menjadi tontonan garing yang membosankan apabila tidak sanggup menyukseskan beberapa elemen penting seperti premis yang unik, lelucon yang tidak dipaksakan, hingga jalinan antar karakter yang kuat. Banyak peristiwa kebetulan terjadi sepanjang film, namun berkat pengemasan yang sudah begitu diperhitungkan dengan timing yang sangat pas, berbagai kebetulan tersebut justru membuat jalinan cerita yang mengalir menjadi lebih asik menggigit. Ini memeperlihatkan kesiapan pada naskah yang dikemas dengan begitu rapi dan pas oleh sutradara Rawson Marshall Thurber.



Mengenai para karater, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, mereka yang ada di cerita film ini masing-masing tidak memiliki hubungan yang baik dan erat, namun seiring dengan berjalannya cerita, hubungan mereka yang seperti itu justru menimbulkan daya tarik yang berbeda dari kisah sebuah "keluarga" pada umumnya. Dalam film yang juga bertemakan road-movie ini, kita dapat menyaksikan sebuah perjalanan (yang sangat) mengasyikkan yang bercampur dengan sedikit rasa was-was akan aksi mereka yang melanggar hukum. Sebuah perjalanan yang diwarnai pembangunan karakter berikut dengan perkembangan hubungan masing-masing dari empat orang yang tidak saling mengenal dengan baik. Setiap karakter, telah diberi momen masing-masing untuk saling berkenalan dan menjalin hubungan yang unik, dan tentu saja, performa para 4 cast utama patut diapresiasi karean semuanya telah menciptakan sebuah chemistry yang berkembang dari sekedar sebuah relasi teamwork ogah-ogahan menjadi sesuatu hubungan yang lebih hangat dan menyenangkan, karena itulah mengapa film ini dapat saya katakan sebagai film yang bisa meninggalkan kesan yang sangat manis setelah menontonnya. Oh ya, dari jajaran cast sendiri, aktor Will Poulter yang menjadi si pemuda culun, mungkin boleh disoroti lebih karena telah sukses memainkan perannya sehingga ia menjadi poros kehebohan keluarga yang sungguh memancing tawa!



Ini adalah kisah keluarga yang begitu "friendly". Kita tidak selalu dapat menyaksikan pertunjukan seorang 'anak' dan 'orang tua' seperti ini yang saling berbicara ceplas-ceplos, tampak senonoh, dan tidak berperi-kekeluargaan, namun semuanya tetap terikat dalam sebuah chemistry yang positif. Benar itu adalah contoh moral yang tidak baik, sangat tidak baik. Namun, hey, ini adalah film komedi dewasa! Terkadang, ketika kita hidup dalam dunia nyata yang terikat dengan berbagai aturan dan norma sosial, sebuah sajian yang menerobos arus seperti ini justru hanya akan memberi angin segar. Menyobek muka dengan senyum tawa lebar, mengocok perut bertubi-tubi, hingga pada akhirnya melupakan segala stress dan peregangan pada otot tubuh setelah lelah beraktifitas penuh seharian.

We're The Millers, adalah film hiburan yang wajib ditonton, terutama jika kalian menggemari film komedi deawasa modern yang segar.

( By Arief Noor Iffandy )

Subscribe to this Blog via Email :