Friday, September 30, 2016

ULASAN: MISS PEREGRINE'S HOME FOR PECULIAR CHILDREN (2016)


Tim Burton sejak 1989 telah membuat film-film yanh telah memiliki nama besar pada franchisenya seperti Batman, Charlie dan Chocolate Factory, Alice in Wonderland, serta yang terakhir Dark Shadows adaptasi dari sebuah acara televisi di akhir tahun 1960-an. Ini yang membuat saya selalu menantikan

Miss Peregrine's Home for Peculiar Children juga merupakan adaptasi dari seri novel karya Ransom Riggs.

Plot dimulai setelah kematian aneh kakeknya Abe (Terence Stamp), Jake (Asa Butterfield) pergi ke sebuah pulau di Inggris mencari jawaban dengan petunjuk yang diberikan kakeknya di sebuah panti asuhan. Tanpa sengaja Jake pun kembali ke tahun 1943, di mana ia bertemu anak-anak dengan keahlian istimewa supranatural dan wali mereka, Miss Peregrine (Eva Green). Sayangnya, keistimewaan tersebut memiliki musuh dalam bentuk mengerikan dengan selera yang sangat aneh.



Miss Peregrine masih menawarkan eksplorasi ciri khas Burton dari perspektif orang-orang aneh, yang merasa tidak pernah cocok dengan kehidupan normal. Itu membuat kisah ini selalu menarik serta menyenangkan untuk ditonton. Dipenuhi dengan orang aneh, misteri dan bakat mengerikan, sebuah fantasi laris Ransom Riggs diubah sutradara eksentrik Tim Burton menjadi konfrontasi antara anak-anak istimewa dan Hollows yang jahat.

Film dibangun pada bakat aktor seperti Samuel L. Jackson dan Eve Green. Green yang menyelam ke perannya dengan penuh semangat dan Samuel L. Jackson yang kelihatannya menyenangkan berperan sebagai penjahat tapi ada aktor tampaknya tidak berada di halaman yang sama. Secara khusus, Butterfield membuat pahlawan kita tidak terlihat istimewa, maksud saya dari segi pengembangan karakternya. Tidak terlihat usaha yang berarti untuk menyelamatkan para anak-anak istimewa, bahkan diakhir dialog Emma (Ella Purnell) mengatakan bahwa dia berterima kasih kepada Jake yang memberinya keberanian untuk melawan Hollows.

Disisi lain Burton, sang sutradara beberapa kali membuat film dengan teknik stop motion sebelumnya, yang paling saya suka The Nightmare Before Christmas (1993), dan saya melihat dia secara efektif menggunakannya kembali di sini menggunakan kerangka-kerangka yang hidup dalam adegan pertempuran pedang.



Memasuki bagian penutup entah mengapa, pada bagian akhir cerita menjadi membingungkan, dengan urutan time-loopnya. Saya rasa akan banyak penonton kebingungan pada ending yang sangat berbelit-belit yang melibatkan lingkaran waktu dan membuat film ini susah menjadi favorit.

Selain itu film ini cukup lama dalam durasi, 2 jam, 7 menit dan memiliki akhir yang tergesa-gesa, Miss Peregrine's Home for Peculiar Children memiliki set desain imajinatif, make up, sound, serta efek digital yang cukup membuat jaw dropping, membuat saya tidak bosan menontonnya. Sayang saya tidak menontonnya dalam format Tiga Dimensi. Diulas oleh termeong.com

Subscribe to this Blog via Email :