Sunday, October 2, 2016

ULASAN: BEN-HUR (2016)


Saya familiar dengan film Ben-Hur, karena banyak penikmat film sering membicarakannya. Yang saya maksudkan adalah film Ben-Hur yang rilis tahun 1959 dan memenangkan banyak penghargaan. Tapi saya belum pernah menonton film tersebut dan tidak pernah membaca plot lengkapnya, hanya saja saya tahu bahwa ada balapan kereta kuda didalamnya. Jadi ulasan Ben-Hur (2016) ini murni tanpa membandingkan film sebelumnya.

Film ini dibuka dengan memperlihatkan sepenggal adegan klimaks. Kemudian kembali delapan tahun sebelum karya Yesus dimulai. Benar, film ini akan menampilkan sosok Yesus. Tapi apa yang sebenarnya terjadi sehingga pada klimaks tersebut membawa mereka ke garis start.

Diperkenalkan Judah Ben-Hur (Jack Huston), anak istimewa dari keluarga kaya Yahudi di Yerusalem; dan saudara angkatnya Romawi, Messala (Tony Kebbell). Termotivasi oleh perasaan tidak mampu, Messala segera meninggalkan keluarga angkatnya bergabung dengan tentara Romawi. Dia kembali tiga tahun kemudian sebagai bagian dari kekuatan militer bertekad untuk memadamkan perlawanan terhadap kekuasaan Romawi, dan segera Judah pun ditangkap atas kejahatan yang tidak dilakukannya. Judah dihukum sebagai budak kapal, ibu dan adiknya juga ditangkap dan dijatuhi hukuman salib.



Menjadi budak pengayuh kapal Romawi, Judah bertahan dalam pertempuran laut yang mengerikan dan kapalnya pun tenggelam tapi dia berhasil selamat dan terombang-ambing dan akhirnya terdampar di gurun. Bertemu Syekh Ilderim (Morgan Freeman, mengingatkan saya pada karakter Azeem yg diperankannya di Robin Hood) yang berencana untuk balapan kereta kuda melawan kusir terbaik Roma, Messala. Sehingga tak terelakkan peluang Judah untuk membalas dendam.

Dengan membawa kembali film Ben-Hur saya rasa memiliki lebih dari satu motif remake film klasik ini, selain untuk mendapat keuntungan tentunya, ini Hollywood bung. Produser Mark Burnett dan Roma Downey yang dikenal dalam serial The Bible, Son of God telah mengambil konsep baru Ben-Hur, menggunakan Yesus dari Nazaret (bintang Brasil Rodrigo Santoro - Xerxes di film 300) sebagai motif utama dari pengampunan dan kasih karunia. Ketika ketegangan meningkat dan karakter mencapai ambang dendam, Kristus turut campur dalam melembutkan tekad berdarah mereka. Disisi lain kembalinya Ben-Hur di layar bioskop dengan format baru juga bisa memperkenalkan film originalnya dengan mencoba menghormati film-film klasik. Saya rasa sutradara Timur Bekmambetov tidak berniat menyaingi keagungan film sebelumnya.



Huston dan Kebbell dapat menyempurnakan karakter mereka. Morgan Freeman adalah aktor yang paling dikenal dari film ini sebagai narator dan mentor kereta kuda bagi Judah Ben-Hur. Dengan bijaksana mementori sepertinya akan menjadi karakter tetap aktor veteran ini. Juga, Rodrigo Santoro yang ebagai Kristus, walaupun memainkan bagian kecil tapi penting dalam pencerahan Ben-Hur ini. Semoga ada spin-off Ben-Hur tentang Yesus. Mengapa tidak.

Sementara drama keluarga terasa sedikit kaku dan tidak ada materi yang serius, tetapi Bekmambetov berhasil membuat kontras kemewahan hidup di Yerusalem pada zaman itu. Pesta, gantungan dinding dan pakaian berwarna-warni serta pemukiman ditebing-tebing Yerusalem. Sama seperti penggambaran Yerusalem pada The Passion of The Christ.

Ending tampaknya terlalu tergesa-gesa. Terlalu banyak terjadi dalam menit-menit terakhir. Dengan lebih dari 2 jam tidak mampu menambah durasi untuk plot meluruskan benang yang kusut.

Meskipun aksi dan balas dendam mungkin menarik minat orang untuk menonton Ben-Hur, sama halnya seperti saya. Tapi itu bukan sebuah kesalahan. Ini adalah sebuah film yang menyajikan apa itu sebuah kepercayaan dalam keyakinan, terlepas dari film ini menampilkan tema relijius. Diulas oleh termeong.com

Subscribe to this Blog via Email :