Sunday, November 13, 2016

ULASAN: THE GIRL WITH ALL GIFTS (2016)


Setiap kali epidemi zombie pecah di sebuah film kemungkinan terinfeksi menimbulkan komentar akan keserahkaan, keangkuhan manusia dan bermain menjadi Tuhan yang menjadi topik utama. Tetapi tidak banyak disinggung dalam The Girl with All Gifts.

Film ini mengambil tempat di Inggris pasca-apokaliptik dimana infeksi jamur telah mengubah manusia menjadi pemakan daging 'hungries' atau zombi. Melanie gadis berumur sepuluh tahun (Sennia Nanua), manusia hybrid pemakan daging dengan IQ jenius, mungkin menjadi kunci untuk obat mengatasi penyebaran jamur pembuat zombi ini. Tetapi fasilitas laboratorium tak bisa menahan para 'hungries' yang mulai masuk. Dr Caldwell (Glenn Close) yang hampir membuat anti-virus terpaksa melarikan diri ditemani oleh Sersan Parks (Paddy Considine) Helen (Gemma Aterton) dan juga Melanie.



Berdasarkan novel karya M.R. Carey, cerita ini menggabungkan zombie dengan bagaimana mendorong film ini tidak hanya cerita khas film-film sejenis yang membutuhkan penyelamat untuk akhir yang happy ending, tetapi dalam, hubungan antara Melanie, kerinduannya untuk menjadi manusia dan Helen, sosok pengganti ibunya. Hasilnya adalah mengejutkan dengan kaya akan karakterisasi dan situasi yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

Dengan kekompleksan berlapis karakter yang diperankan Nanuna, rasa ingin tahu mengingatkan saya akan peran Millie Bobby Brown sebagai Eleven di Stranger Things. Sebagai pusat emosional dari film, dibawakan oleh kRakter Arterton sangat efektif sebagai Helen. Namun Close tampaknya harus diapresiasi lebih, dengan memancarkan intensitas sukap dinginnya sebagai ilmuwan yang bermain dengan psikologi yang memungkinkan tidak adanya harapan terakhir untuk dunia.



Sutradara Colm McCarthy dapat menangkap lebih dari sebuah peradaban diambang keruntuhan. Ini merupakan peristiwa kepunahan, dimana manusia melihat dan takut disusul oleh evolusi. Sementara ada keberingasan wajib yang merupakan bagian tak terpisahkan dari sebuah film zombie modern, McCarthy mengarahkan beberapa gambar yang menakjubkan dengan alunan soundtrack membuat penonton terbawa ketempat di mana tepi jurang dunia. Terbawa perasaan tidak ada harapan lagi.

Tetapi dengan jenis baru zombie yang humanis kita menemukan bahwa harapan itu ada dalam plot twist meskipun manusia punya kesempatan memperbaikinya.

Subscribe to this Blog via Email :