Wednesday, June 21, 2017

ULASAN: TRANSFORMERS 'THE LAST KNIGHT'




Jujurya, apa yang diharapkan dari film Transformers: The Last Knight ?. Film robot, adegan aksi yang menarik, ledakan sana-sini, wanita seksi yang berlari-lari dalam adegan aksi, aksi hero warga Amerika, cerita standard dan memang untuk hiburan dan kesenangan semata. Tampaknya memang itulah yang pasti akan disajikan dalam installment ke 5 Transformers ini. Tapi apakah semuanya terkabulkan, hampir semuanya, akan terkabulkan hingga muncul bahkan terlalu banyak kemunculan anomali cerita yang malah jauh di luar standar Transformers.



Kisah dibuka dengan keabsurd-an perang di kerajaan Inggris pada abad ke 5. Raja Arthur dan para pengawal serta jendralnya sedang menghadapi perang yang mereka harapkan akan menang. Hanya Merlin (Stanley Tucci) yang dapat menyelamatkan mereka dari kekalahan. Merlin yang dikenal sebagai salah satu penyihir terkuat dalam legenda ternyata hanyalah seorang pemabuk yang beruntung  telah berkenalan dengan alien dari Cybertron. Alien tersebutlah yang memberikan tongkat sihir, yang dikenal sebagai sumber sihir terkuat seantero jagad.



Cerita beralih ke masa sekarang, Optimus Prime sedang menuju planet Cybertron agar, alien Cybertron tidak lagi menyerang bumi, tetapi di lain pihak banyak transformers banyak yang malah ke Bumi sebagai “rumah kedua mereka”. Tampaknya kedatangan mereka ternyata mengganggu sebagian manusia sehingga dibentuklah pasukan TRF (Transformers Reaction Force). Pasukan ini akan memburu semua Transformers yang bersembunyi, termasuk para pendukungnya. Terutama sang legenda penyelamat bumi bersama Transformers Cade Yeager (Mark Walhberg) yang ternyata sudah terpisah dengan keluarganya.



Di Cybertron, Optimus Prime bertemu dengan dewi penciptanya, Quintessa (Gemma Chan) yang ternyata berhasil membuat Optimus Prime tak berdaya dan terhipnotis. Misi Optimus Prime gagal dan dia mendapatkan misi baru dari Quintessa, yaitu menghancurkan bumi dan manusia. Apakah Optimus Prime akan sadar dan memihak manusia kembali? Lalu bagaimana perjuangan Cade dalam mempertahankan Transformers dari kejaran TRF?



Dari premis cerita tersebut, masih ada beberapa plot yang belum tertulis bahkan untuk pengenalan karakter per karakter di film ini. Itulah yang membuat Transformers The Last Knight terasa berbeda. Terlalu banyak plot dan terlalu banyak karakter. Belum lagi plot dan cerita mengenai William Lennox (Josh Duhamel) yang merasakan konflik Antara memihak Transformers atau TRF, lalu karakter baru si gadis muda 14 tahun yang ternyata montir mobil & robot, Izabella (Isabela Moner), Professor seksi nan cantik yang mendalami sejarah dan budaya Inggris Viviane Wembly (Laura Haddock), Simmons diperankan oleh John Torturo (karakter manusia paling setia di 5 film Transformers) dan tentu saja Pangeran dan Bangsawan kaya di Inggris, Sir Edmund Burton (Anthony Hopkins). Semuanya memegang peran penting, bercampur menjadi makanan gado-gado yang terlalu banyak isinya, tetapi tidak  menyatu dengan baik justru rasanya malah membuat eneg bahkan sampai merasa bega.



Tidak ada lagi rasa fun,ledakan yang membuat mata wow dan jantung merasa copot. Adegan aksi yang membuat penonton merasakansendiri adegan tersebut. Tidak ada lagi itu, mungkin karena pengambilan gambar dan perpindahan dari scene ke scene yang seadanya membuat para Autobots, Decepticons dan Dinobots hanyalah pemanis belaka. Hanya Bumble Bee, Cogman (Autobots Butler-nya Sir Edmund) dan tentu saja Optimus Prime dengan konfliknya tersendiri. Megatron menjadi salah satu robot yang terlalu cupu jika dibandingkan dengan Dinobots dan keperkasaan Optimus Prime.



Kesalahan besar selain plot yang terlalu banyak adalah tidak adanya fokus musuh utama yang kuat. Quintessa dan Megatron seharusnya menjadi musuh yang menakutkan, tapi justru malah melempem jika dibandingkan kegigihan pasukan TRF yang dipimpin oleh Santos (Santiago Cabrera) saat mengenjar Cade dkk. Karakter Megatron sangat monoton, sehingga Optimus Prime yang menjadi antagonis lebih kuat daripada Megatron. Tapi kekecewaan paling besar adalah Quintessa yang selain bentuknya sangat absurd menyerupai ubur-ubur abu-abu yang buruk rupa, karakternya adalah kesalahan yang paling tidak termaafkan.



Visual efek tentu saja menakjubkan, bukan Michael Bay kalau film dengan budget US $ 260 juta tidak menghasilkan visual yang ciamik. Belum lagi jajaran pengisi soundtrack yang dirasakan menarik untuk dikoleksi CD Soundtracknya. Tapi hanya itulah yang paling bagus di balik layar. Di depan layar Sir Anthony Hopkins masih memberikan acting yang prima, sebagai kakek-kakek yang menyukai sejarah robot dan cukupgila untuk merasakan momen yang ditunggu-tunggu. Tapi Cogman adalah scene stealer di antara itu semua. Jim Carter yang sudah terlatih menjadi butler di Downton Abbey selama 6 tahun mampu mengisi  suara sebagai butler-robo yang bipolar dan menarik untuk dibuat cerita sendiri.



Jika benar ini adalah persembahan terakhir Michael Bay sebagai sutradara Transformers, maka sangat disayangkan harus ditutup dengan film sekacau ini. Terutama Michael Bay telah menghilangkan rasa entertain dan fun karena begitu banyaknya ide cerita yang harus menjadi satu film. Belum lagi masih ada tanda tanya yang sebenarnya tidak terlalu penting  untukdipermasalahkan, seperti tanduk Unicorn yang masih muncul di Bumi atau bagaimana hubungan Transformers dengan TRF selanjutnya? Rasa-rasanya waktu hampir 2,5 jam sangatlah tidak cukup dengan plot sebanyak itu.



Tentu saja, bagi fans berat Transformers, Don’t Lose Faith! Seperti salahsatu quote dari Cade Yeager kepada TRF, jangan sampai kehilangan keyakinan akan Transformers. Kata-kata itu seperti ucapan memelas Cade kepada penonton, agar menonton lagi Instalmment Transformers berikutnya walaupun sekacau apapun film itu diceritakan. Tapi tampaknya akan ada banyak penonton yang meninggalkan film ini.

(By Ibnu Akbar)

Subscribe to this Blog via Email :