Wednesday, November 8, 2017

ULASAN: JIGSAW





Jika dihitung dengan dengan film kali ini, maka sudah ada 8 film dari franchise Saw yang dirilis sejak film pertamanya menggebrak genre misteri/slasher pada 2003 lalu. Dengan bermodal biaya produksi yang relatif kecil, film dapat meraqup keuntungan berlipat. Tidak dipungkiri jika pihak studio terus memproduksi film ini meskipun banyak kritikus yang mengkritik film secara kualitas yang terus saja mengecewakan di setiap sekuelnya. Namun siapa yang peduli soal rating ketika film tetap meraup keuntungan yang banyak? FIlm terbaru yang kali ini tidak menggunakan embel-embel nomor urut sekuel pada judulnya ini pun, nampaknya juga dibuat dengan target yang sama dengan film-film sebelumnya,



Jigsaw mengambil setting sepuluh tahun sejak kematian John Kramer yang menjadi dalang di balik pembunuh berantai yang dikenal dengan julukan Jigsaw. Dibayang-bayangi sosok yang seolah kembali dari masa lalu, petugas dalam kepolisian kembali menelusuri kasus penculikan yang menahan para korbannya dalam permainan maut yang sadis. Terdapat lima orang korban yang terlibat dalam "permainan" Jigsaw kali ini. Sementara satu-persatu para korban gagal (tewas) dalam berbagai permainan jebakan maut, investigasi yang dilakukan oleh kepolisian pun perlahan mulai menemukan titik terang soal siapa dalang dibalik semuanya, yang mana ini akan memberikan sebuah kejutan (terutama bagi fans yang setia mengikuti sejak film pertamanya)



Cerita yang disajikan dalam film kali ini berusaha begitu keras untuk kembali pada track semula yang penuh intrik dan twist. Film diawali dengan menyajikan penonton pada permainan maut yang baru saja dimulai sebagai sekuens pembuka. Ini awal yang cukup mengesankan sebagai pengenalan yang intens. Namun ketika cerita mulai mengalir film akan dirasakan seperti kesulitan membangun struktur plot sekaligus pengenalan karakternya. Ada banyak korban yang terlibat permainan dan demukian pula dengan para investigator, namun tidak satupun yang memberikan kesan sehingga penonton tidak terdorong untuk bersimpati ketika para korban ini dimutilasi. Jumlah karakter yang banyak ini juga yang membuat cerita menjadi terlalu banyak cabang dan tidak fokus. Apabila diingat kembali, film Saw (2003) dahulu menampilkan karakter yang relatif sedikit, sehingga ketegangan yang terbangun menjadi lebih personal,lebih traumatik dan memberikan dampak yang kuat terhadap penonton. Efek seperti inilah yang diharapkan dapat dipertahankan namun kita tidak menemukannya di sini.



FIlm ini disutrarai oleh duo bersaudara Michael dan Peter Spierig, dan masih didistributori oleh Lionsgate Films. Budget film menelan biaya "hanya" 10 juta USD namun sampai dengan sekarang ini film sudah meraup lebih dari 5 kali lipat biaya diproduski. Jika menilai dari performa box office ini sudah cukup jelas bagaimana masa depan franchise ini kedepannya nanti. Masih cukup banyak fans yang setia dengan sajian kisah misteri berdarah Saw. Sebagai film slasher menyeramkan yang dirilis pada musim Halloween, Jigsaw memang memiliki daya tarik yang (masih) kuat, terlebih dengan segmen berbagai jebakan mautnya yang "kreatif" sebagai jualan. Bagi penonton umum yang dihadirkan sebuah comeback sejak film sebelumnya yang dirilis 7 tahun lalu, Jigsaw merupakan tontonan yang hanya membuat ngilu selagi dibuat kebingungan dengan jalan ceritanya.

(By Arieffandy)

Subscribe to this Blog via Email :