Saturday, December 9, 2017

ULASAN: WONDER



Saya memiliki pengetahuan yang minim soal film dengan judul sederhana ini ketika hendak menontonnya, selain dibintangi oleh Julia Robert beserta Owen Wilson, yang saya ketahui film ini bercerita tentang seorang anak yang memiliki cacat pada wajah, akan memasuki masa yang sulit ketika mulai terjun pada dunia untuk masuk sekolah. Tidak banyak film yang begitu mengesankan hingga bisa meninggalkan efek emosionil yang cukup awet setelah kita meninggalkan bisokop menontonnya. Wonder, adalah sebuah film keluarga yang punya 'keajaibannya' sendiri yang akan memberikan nuansa positif yang berlimpah mengitari suasana hati.



Film ini merupakan adaptasi dari novel dengan judul sama karya R.J. Palacio, dan disutradarai oleh Stephen Cbhosky yang sebelumnya sudah menggarap remake DIsney film fantasy Beauty and The Beast, dan, The Perks of Being Wallflower. Ketika baru mengetahui sutradara di balik film ini membuat saya seketika maklum karena merasa dejavu, film memberikan efek yang sama dengan The Perks, hanya saja berbeda nuansanya. Jika dalam The Perks kita menyaksikan kisa coming of age yang begitu hangat dan nostalgia, di sini adalah keluarga dan lingkungan yang begitu positif dan suportif.



Kisah tentang seorang penyandang cacat fisik yang harus bertahan tegar menghadapi dunia, tentu adalah bahan jualan yang sangat mudah sekali untuk diangkat. Tema seperti ini mudah sekali terjebak menjadisajian tipikal film family-friendly yang klise dengan pesan-pesan terlalu menggurui yang membosankan. Bukannya film ini tidak mendidik, ada banyak pelajaran moral yang diberikan, tapi penuturan ceritanya dikemas dengan begitu sederhana tanpa trik dramatis berlebihan dan juga karakterisasi yang begitu rasional, film tidak berusaha terlalu keras membuat para karakternya menjadi loveable.



Film ini mengambil sudut pandang cerita dari beberapa karakter berbeda. Ini bisa jadi seksekusi cukup menyegarkan, Akan tetapi seiring berjalannya alur cerita malah dirasa jadi terlalu bercabang. Ada beberapa karakter yang diperkenalkan dengan latarbelakang dan masalahnya masing-masing namun kemudian tidak diberikan konklusi yang sama rapinya dengan pengenalan di awal.



Para pemain tampil di sini dengan baik. Keluarga Pullman yang terdiri dari ayah-ibu yang (Julia dan Owen) yang mengurus dua orang anak, diperankan dengan chemistry yang terasa hangat dari semua pemain. Film ini tidak menggunakan aktor dengan kelainan genetis sungguhan sebagai pemeran karakter utamanya, August "Auggie" Pullman, namun dengan aktor yang memakai make up berlapis, dan ia yang memerankan ini adalah tidak lain tidak bukan aktor muda belia berbakat Jacob Tremblay. Saya sempat merasa surprise ketika baru mengetahui soal ini belakangan karena sejak awal tampil ia sudah menunjukan akting yang bagus. Masih ingat ketika betapa bocah ini begitu mencuri perhatian dalam film Room yang mengharukan bersama Brie Larson, film ini semakin memantabkan bakat aktor belia ini, masa depan dan karir yang cerah layak didapatkan untuknya.



Jalinan cerita yang manis dengan performa para pemain yang berkharisma. Ada kalanya momen jenaka, pun juga dengan yang mengharukan, semua dirajut dengan banyak pesan moral yang bisa diambil. Film ini memiliki banyak untuk ditawarkan sebagai tontonan keluarga di kala musim liburan. Atau kalau ditonton sendiripun tentu masih sangat bisa diikmati. Film ini memiliki kebaikan untuk semua kalangan.

(By Arieffandy)

Subscribe to this Blog via Email :