Friday, February 2, 2018

ULASAN: DEN OF THIEVES





Setelah tahun lalu Gerard Butler berperan jadi ilmuwan di Geostorm, tahun ini ia kembali ke ranah action seperti biasanya. Berperan menjadi Nick O’Brien dengan julukan ‘Big Nick’, pemimpin unit elit LA County Sheriff’s Department yang bertugas meringkus berbagai kasus perampokan bank, Gerard menunjukkan kebolehannya melalui ototnya yang besar, bewoknya yang lebat, dan gerakannya yang gesit. Tuntutan pekerjaan sebagai pihak kepolisian membuat Nick sangat sibuk, sehingga keluarganya tidak harmonis dan ia harus kehilangan istrinya dalam waktu dekat. Apalagi, kabar buruk itu menimpanya saat sedang di tengah strategi menangkap sekelompok perampok profesional yang berniat merampok Federal Reserve Bank, yang sering disebut bank dari semua bank, di pusat kota LA.



Kasus perampokan tersebut telah menjadi kasus utama bagi Nick dan anak buahnya selama berminggu-minggu. Untuk melancarkan rencana penangkapan, Nick memanfaatkan supir dari kelompok perampok itu, Donnie, yang juga bekerja sebagai bartender. Donnie menjadi informan bagi Nick sekaligus orang yang harus melewati keamanan super ketat di bank yang akan dirampok. Donnie seolah bersikap netral dalam pertarungan antara polisi dan perampok ini.



Dari segi cerita, sebenarnya sederhana karena yang ditonjolkan adalah strategi dan aksi perampokan beserta penangkapan para perampok itu. Awalnya mungkin kita akan dibuat bosan dengan bagian perkenalan jagoan dan penjahatnya, bahkan adegan-adegan Nick Cs “menculik” Donnie pun terbilang lama, seperti film yang kurang action dan terlalu banyak perundingan. Mulai masuk ke kehidupan pribadi Nick membuat saya semangat lagi setelah cukup lelah menanti di mana keseruannya. Lalu kita akan diajak berkeliling Federal Reserve Bank untuk mengenal sistem keamanannya yang super canggih, mungkin kita akan merasa takjub dan berpikir keras bagaimana cara masuk ke dalamnya. selain memberikan gambaran yang apik tentang strategi yang akan dipakai para perampok bank, film tidak serta merta memanjakan penonton begitu saja, imajinasi saya malah jadi liar membayangkan eksekusi gilanya hanya dari omongan singkat. Dengan alur yang cenderung lambat ini ternyata menyimpan twist besar yang tidak terduga-duga, inilah keunggulan cerita dari film ini. Namun, tetap saja, durasi 2 jam 20 menit masih terlalu lama bagi saya, karena hanya ada satu kasus besar yang menjadi perhatian utama. Jika babak pembukanya tidak sepanjang itu dan kita tidak terlalu lama berkenalan dengan para tokohnya, saya bisa lebih menikmati film ini sampai habis.





Untuk penggemar heist action, film ini seharusnya masuk watch-list karena setiap langkah perampokannya bikin deg-degan dan aksinya lumayan seru. Intensitas ketegangannya semakin meningkat seiring penyuntingan gambar yang semakin rapi saat eksekusi perampokan berlangsung. Sayangnya, departemen musiknya tidak berperan baik karena seringkali musik terhenti secara tiba-tiba dengan timing yang kurang cocok, pilihan musiknya pun terkadang kurang tepat, sebaiknya perlu ada perhitungan yang pas antara gambar dan musik saat transisi adegan. Untungnya, aksi baku tembak di akhir berhasil menutup film dengan cukup baik.


(By: Balda Fauziyyah)

Subscribe to this Blog via Email :