Monday, November 12, 2018

ULASAN: THUGS OF HINDOSTAN







Azaad. Adalah salah satu nama dari bangsa Arab yang berarti merdeka, independen, atau bebas. Bisa diartikan bahwa Azaad adalah kebebasan yang tidak dipengaruhi atau dikendalikan oleh orang lain dalam hal pendapat, perilaku, dll. Beberapa kali Azaad dilontarkan di film ini, baik merujuk ke salah satu karakter, atau merujuk ke sebuah sifat. Ya, dalam Thugs of Hindostan, kemerdekaan adalah sebuah mimpi yang harus diraih. Mimpi inilah yang dipercayai oleh Khudabaksh bahwa suatu kelak bangsanya akan merdeka dari para penjajah di masa tahun 1790 - 1805.



Film ini mengikuti sekelompok Thugs atau bandit India yang dipimpin oleh pria yang bernama Khudabaksh Azaad (Amitabh Bachchan) bersama Zafira (Fatima Sana Shaikh) yang menimbulkan ancaman serius kepada kekuasaan Perusahaan di India, sebab Khudabaksh Azaad bercita-cita untuk dapat membebaskan negara India dari Penjajah (British East India Company) yang telah menguasai sebagian besar negara India.



Merasa khawatir akan Bandit India, seorang komandan Inggris yang bernama John Clive (Lloyd Owen) mengirim pria yang bernama Firangi Mallah (Aamir Khan) yang merupakan seorang preman kecil dari Awadh. Firangi Mallah diminta untuk menyusup dan melawan ancaman itu. Akankah Firangi mampu melaksanakan keinginan Komandan Clive? Atau justru Khudabaksh malah berhasil merebut kembali bangsanya dan meraih kemerdekaan?



Film yang dibuat berdasarkan novel karya Philip Meadows Taylor yang berjudul Confessions of a Thug ini memang memiliki daya magnet yang sangat kuat terutama bagi penggemar film Bollywood. Hanya mengandalkan 2 aktor besar Aamir Khan dan Amitabh Bachchan, film ini dipercayai akan meraup sukses secara komersil. Apalagi dengan ramuan rilis film di hari libur Dilwali yang sangat disukai oleh keluarga India untuk liburan dan menonton film bersama. Serta daya tarik aktris yang sedang naik daun, Fatima (berkat kesuksesannya di film Dangal, bersama Aamir Khan) akan memperjelas kesuksesan dari film ini.



Konsep cerita sederhana sangat mudah diikuti, tetapi karakterisasi dari 3 pemeran utama Aamir Khan, Amitabh Bachchan dan Fatima memang yang paling menarik untuk diikuti dari awal film sampai akhir. Aamir Khan lagi-lagi bisa menjadi bunglon yang mampu memberikan nuansa komedi komikal, dan melakukan banyak aksi. Karakternya sebagai seorang preman dan penipu handal sangat menarik perhatian. Para penonton sepert ingin menebak apa yang akan Firangi lakukan selanjutnya? Apakah dia menipu lagi? Ataukah ada niat lain yang terselubung?



Amitabh Bachan dengan keterbatasan usia yang sangat sepuh, mampu memberikan performa yang sangat maksimal. Semua kata-katanya adalah gambaran kebijakasanaan, sifat yang heroik yang mampu menyejukkan serta membakar semangat untuk berjuang. Belum lagi arahan dari sutradara agar beliau juga melakukan aksi (walaupun terlihat cukup kaku) patut diapresiasi mengingat usianya yang sudah 76 tahun.



Fatima, memberikan nuansa segar gadis tomboy yang hampir sama seperti dalam film Dangal. Kalau dalam film Dangal dia harus bergulat, di film ini dia harus pandai memanah dan berbagai macam aksi lainnya. Thugs of Hidostan adalah film kedua kalinya Fatima bekerja sama dengan Aamir Khan, di Dangal mereka menjadi ayah dan anaknya. Di film ini mereka menjadi 2 karakter yang bertemu untuk bersama-sama memerdekakan rakyatnya dari tangan penjajah. Kemistri mereka bisa dibilang teman tetapi juga naksir.



Bagaimana dengan aspek lainnya? Bukan murni sebuah film India kalau tidak ada nyanyian dan tarian. Dan disinilah Katrina Kaif berperan dan menjadi magnet yang tak tertandingi. Tubuhnya begitu elastis meliuk-liuk dengan koreografi tarian yang sulit untuk ditiru. Begitu mewahnya tarian di film ini dengan set produksi yang gila-gilaan ketika menuju klimaks film, lagu Manzoor-e-Khuda divisualisasikan agar menjadi tontonan yang memuaskan dahaga. Dibutuhkan 400 orang lebih untuk memvisualisasikan lagu ini (di depan layar) dan 20 musisi lebih yang membuat lagu ini hidup (belakang layar). Hasilnya, sungguh mempesona, hampir menyamai sebuah opening ceremony perhelatan acara akbar tingkat negara (cek pembuatannya di https://www.youtube.com/watch?v=ZHWHe3CqC88). Bahkan lagu ini bisa menjadi daya tarik sendiri untuk ditonton berkali-kali dalam bioskop.



Jika dilihat dari set produksi dan visualisasi, jelas film ini adalah salah satu film dengan budget terbesar yang pernah ada, bahkan mengalahkan Bahubaali 2. Maka dari itu tidak perlu diragukan lagi dari segi visualisasi yang memanjakan mata. Justru dari segi naskah dan plot cerita yang terlalu sederhana, mudah tertebak dan kurang rasa mengambil ‘kepercayaan’ penonton yang membuat film ini memiliki banyak kekurangan. Film ini tidak terlihat nyata dan dengan penonton. Hanya sebuah suguhan hiburan film mewah, tetapi seperti tidak bernyawa. Ada beberapa momen baik dari tengah film pertama (sebelum intermission), selanjutnya film menjadi sebuah film aksi wow dengan minimnya naskah yang bagus. Para aktor bermain maksimal tetapi pihak yang dibelakang layar yang kurang percaya dengan apa yang mereka miliki.



Harga dari sebuah kepercayaan sangat dibutuhkan di film ini. Pihak rumah produksi film telah berani dan percaya menggelontorkan budger yang besar senilai sekitar ₹ 300 crore (US $ 42 juta) kepada Vijay Khrisna Acharya. Mereka percaya dengan kekuatan esembel aktor yang ikut bergabung. Mereka percaya dengan waktu pemutaran film yang ditayangkan saat liburan rakyat India. Tetapi apakah rakyat India membalas kepercayaan tersebut? Apakah film ini mampu meraih kesuksesan? Seperti halnya Khudabaksh yang mempercayai Zafira kepada Firangi untuk menjaganya. Atau saat Khudabaksh percaya bahwa kemerdekaan rakyatnya akan muncul hanya dengan mempercayai pada orang yang tepat untuk meraih kebebasan tersebut. Hanya dengan menonton film Thugs of Hindostan kita akan mendapatkan jawabannya. Sebuah harga dari kepercayaan.

Overall: 7/10

(By Ibnu Akbar)

Subscribe to this Blog via Email :