Saturday, December 8, 2018

ULASAN: MORTAL ENGINES




"Kesempatan itu akhirnya datang juga". Mungkin itu yang ada dipikiran Christian Rivers ketika pertama kali menerima posisi kursi sutradara untuk film 'Mortal Engines'. Rivers sendiri adalah salah satu orang kepercayan Peter Jackson yang sudah bekerjasama sejak film Braindead (1992) sampai The Hobbit: The Battle Of The Five Armies (2014), nama Christian Rivers selalu diikutsertakan dalam setiap film-film Peter Jackson. Dan setelah 26 tahun berkarier dalam hal spesial efek atau second unit director, sekarang untuk pertama kalinya Rivers akan menjadi sutradara kepala sebuah film. Dan tali silaturahmi Rivers dan Peter Jackson-pun berlanjut di Mortal Engines, dimana posisi Peter Jackson sebagai produser dan penulis naskah di film ini.



Mortal Engines sendiri adalah adaptasi novel berjudul sama karya penulis Inggris Philing Reeve. Novel young adult yang bersetting distopia-futurustik mempunyai 4 novel yang sudah selesai sejak tahun 2006 yang lalu. Sedikit telat memang mengangkatnya ke layar lebar disaat tren adaptasi novel young adult sedang menurun karena beberapa kegagalan adapasi novel sejenis. Jadi bisa dibilang langkah yang cukup berani ditempuh pihak studio untuk memproduksi film ini. Tetapi memang Mortal Engines mempunyai potensi dan premis cerita yang menarik dibandingkan novel young adult lainnya.



Mortal Engines mengambil setting cerita jauh di masa depan dimana dataran bumi hanyalah sisa-sisa perang nuklir. Tidak ada daratan yang bisa ditinggali. Yang tersisa sekarang dimana semua orang tinggal dan bermukim diatas sebuah mesin dimana hukum rimba berlaku, yang kuatlah yang bertahan. Diatas mesin yang disebut Predator bermukimlah kota sisa-sisa kota London yang ditakuti oleh mesin-mesin lainnya. Predator yang dipimpin Thaddeus Valentine (Hugo Weaving) yang mempunyai misi ambisius untuk menciptakan sebuah senjata yang bisa menaklukan dan menguasai sebuah lokasi yang tidak pernah bisa ditembus selama berabad-abad. Tetapi rencana Thaddeus menemui hambatan ketika dosa masa lalu kembali mengejarnya melalui Hester Shaw (Hera Himar) yang menuntut balas dendam.



Seperti yang sudah disinggung diatas, Mortal Engines memang lebih mempunyai keunggulan dibandingkan film-film adaptasi young adult bersetting distopia lainnya yang rata-rata mempunyai kesamaan yaitu seorang remaja yang memulai atau pelopor sebuah  pemberontakan pada tatanan peraturan yang sudah ada yang dikepalai oleh orang yang sangat berkuasa seperti The Hunger Games, Divergent, The Maze Runner dan masih banyak lagi. Karakter utama Hester Shaw disini tidak mempunyai jiwa kepemimpinan seperti Katniss Everdeen di The Hunger Games, Thomas di The Maze Runner ataupun Tris Prior di Divergent. Terlibatnya Hester Shaw dalam dalam perlawanan hanya dikarenakan ketidaksengajaan. Klise memang, tetapi setidaknya menjadikannya berbeda dibadingkan film sejenis.



Pengalaman Rivers yang sudah kenyang pengalaman pada spesial efek sangat terlihat dari universe Mortal Engines yang dia ciptakan. Bisa dikatakan sangat terasa luar biasa. Sepertinya ini alasan utama Rivers dipilih untuk menjadi sutradara film ini. Jika visual dalam trilogi The Hobbit menurut kamu sudah sangat luar biasa, maka Mortal Engines ada satu tingkat diatasnya. Detail-detail mesin yang menopang sebuah pemukiman akan membuat penonton takjub. Dari sisi visual, Mortal Engines sudah terasa sempurna. Lalu bagaimana dengan sisi lainnya ?



Sayangnya keunggulan dari premis cerita yang menarik dan visual yang sangat luar biasa tidak dibarengin dengah bagian lainnya. Yang sangat terasa adalah karakter yang tidak kuat. Tidak hanya satu-dua karakter, tetapi hampir semua karakter mendaptkan hal minus ini. Durasi yang dua jam lebih seperti tidak cukup untuk bisa menonjolkan satu karakterpun. Tidak kuatnya karakter berimbas pada kemistri yang tidak berjalan dengan semestinya antar dua karakter yang harusnyanya terjadi, seperti Hester dan Tom, atau Thaddeus dan Katherine. Jika saja hal ini bisa diaplikasikan dengan tepat, Mortal Engines bisa jadi akan menjadi salah satu film terbaik yang kamu tonton tahun ini.



Dalam segi visual Mortal Engines tak terbantahkan adalah salah satu terbaik tahun ini. Dan sayangnya tidak bisa dibarengi oleh sektor lain seperti karakter yang dangkal yang menjadikan Mortal Engines sebagai film yang hanya memanjakan mata yang mungkin kamu pernah menontonnya setelah beberapa waktu.

Overall: 6/10

(By Zul Guci)

Subscribe to this Blog via Email :