Friday, April 19, 2019

ULASAN: AFTER


Kisah percintaan remaja tidak akan pernah habis dibahas dalam film yang sudah sering kita lihat dalam berbagai genre, mulai dari yang normal hingga beratmosfer supranatural. Maklum dalam usia ini kondisi jiwa sedang labil dan seakan tidak ada yang bisa memahami. Kali ini giliran film After yang diangkat dari Novel Fiksi Dewasa berjudul sama yang ditulis oleh Anna Todd di tahun 2014, yang akan mewarnai kancah perfilman Indonesia. 



Film ini merupakan kisah ‘fan fiction’ romantis terhadap personil One Direction, Harry Styles sebagai tokoh sentral prianya. Kisah ini tadinya ditulis Anna di Wattpad, semacam platform komunitas online untuk segala jenis cerita, sebelum akhirnya diangkat menjadi film. Kisah After terdiri atas 5 novel dan cerita dalam film mengambil jalan cerita dari novel pertamanya. Film After menceritakan soal Tessa Young (Jessica Langford), gadis lugu yg tertarik dengan pemuda yang urakan dan tipikal 'bad boy' Hardin Scott (Hero Fiennes- Tiffin) di kampusnya. Tessa adalah tipikal gadis yang teratur dan hidupnya tidak pernah menyimpang dari peraturan ataupun hal-hal yang tidak baik, Tessa juga memiliki ibu yang suportif dan pacar yang baik. Tessa dikisahkan sedang memasuki kehidupan di asrama kampus dan harus berpisah dari ibu dan pacarnya. Di kampus inilah dia bertemu dengan Hardin, pria yang bertolak belakang dengannya namun tanpa disadari Tessa, pertemuannya dengan Hardin inilah yang akan mengubah kehidupannya. Walau terkesan kasar dan urakan namun sisi misterius Hardin membuat Tessa diliputi rasa penasaran. Akankah Tessa tetap teguh pada pendiriannya untuk menjalani kehidupan yang normal atau jatuh cinta pada pesona Hardin.



Dari segi cast, kedua pemain utama baik Jessica maupun Hero Fiennes sudah memberikan penampilan yang apik dan chemistry yang meyakinkan, mereka berhasil terjun ke dalam karakter Tessa dan Hardin dan membuat kita terhubung dengan mereka seiring berjalannya film. Jessica merupakan adik dari Katherine Langford, yang kita kenal lewat penampilannya di serial 13 Reasons Why sebagai Hannah, sedangkan Hero Fiennes merupakan keponakan dari aktor Ralph dan Joseph Fiennes, yang pernah memerankan Tom Riddle muda di film Harry Potter and Half Blood Prince. Kita dapat melihat Tessa sebagai gadis lugu yang berambisi yang perlahan berubah sepanjang jalannya film sebagai akibat dari ketertarikannya terhadap Hardin. Hardin sukses menampilkan sisi pemuda berandal namun tetap memiliki sisi manis dan gentle terhadap Tessa. Sayangnya sisi background mereka terkait masa lalu kurang begitu dieksplorasi secara mendalam di film ini, itu membuat dinamika mereka dengan orang tua masing-masing, Tessa dengan ibunya dan Hardin dengan ayahnya, terkesan biasa saja dan kurang bisa ditangkap dengan sepenuhnya oleh kita yang menonton. Seandainya ada sedikit adegan flashback di bagian ini tentu akan lebih baik. Film ini benar-benar berfokus pada karakter mereka dan kurang memberikan porsi ke hal lain yang tentu dapat memberi nilai tambah terhadap film ini. Karakter teman-teman mereka terkesan sekedar lewat saja, apalagi Landon yang diceritakan menjadi saudara Hardin sebagai akibat pernikahan kedua ayahnya dengan ibu Landon, padahal di awal Landon diperkenalkan sebagai karakter yang kita kira cukup penting.



Kisah gadis baik-baik yang jatuh cinta terhadap pemuda ‘bad boy’ cukup klise sebenarnya karena tentu ada banyak film sejenis, tinggal bagaimana cast utamanya piawai memainkan karakter mereka agar tetap diingat oleh penonton. Walau film After memiliki pacing yang lambat untuk menuju konflik utamanya tapi penampilan Jennifer dan Hero Fiennes mampu membuat kita penasaran untuk mengikuti alur film ini hingga selesai. Aspek lain yang juga patut diapresiasi adalah sinematografi film ini, adegan-adegan romantis mampu ditangkap dan ditampilkan dengan utuh baik dari shot close up maupun long shot ketika berada di tempat-tempat yang sengaja diset untuk efek romantis, seperti adegan di danau ataupun di Akuarium Laut, dukungan skor musik juga menambah efek . Pengambilan adegan-adegan romantis dan intim antara Tessa dan Hardin juga terlihat lebih ke arah seni ketimbang seks-eksploitatif.



Menonton film ini akan membuat penonton merasakan suasana kehidupan remaja, khususnya di US, yang penuh lika-liku dan tantangannya sendiri mulai dari pertemanan, kehidupan di kampus yang terkenal bebas dan diwarnai pesta (house party), pengaruh obat-obatan sampai hubungan asmara yang semuanya akan berdampak pada perkembangan karakter remaja itu sendiri. Dari segi konteks sosial, film ini ingin memberi pesan bagi orang tua untuk lebih memperhatikan kehidupan anak-anak mereka khususnya ketika mereka beranjak remaja dan lingkungan sosial mereka semakin luas. Sekaligus mengingatkan bahwa sebagai orang tua, segala didikan dan hal yang terjadi di rumah turut membentuk sifat dan perilaku mereka.



Film ini potensial untuk menjadi hit sebenarnya karena masih banyak hal yang bisa digali dari karakter Tessa dan Hardin termasuk teman-teman dan orang tuanya tapi film pertama ini sepertinya penulis cerita memutuskan untuk bermain aman dan berfokus pada kedua pasangan ini sepenuhnya. Mungkin hal-hal lain masih disimpan dan baru akan dibahas di sekuelnya jika film pertama ini sukses. Kita berdoa saja agar film pertamanya ini sukses sehingga film ini punya kesempatan untuk menebusnya di film sekuelnya


Overall: 7/10

(By Camy Surjadi)




Subscribe to this Blog via Email :