Sunday, April 14, 2019

ULASAN: AVE MARYAM





Begitu mendengar Ave Maryam, mungkin yang terbersit dalam pikiran kita adalah Bunda Maria. Ya, ave adalah kata dari bahasa Latin yang berarti ibu atau bunda, Maryam merupakan nama Maria dari bahasa Arab. Berdasarkan hal tersebut, pemikiran kita bisa langsung mengarah ke cerita Bunda Maria begitu mendengar film dengan judul Ave Maryam. Namun ternyata pemikiran itu salah, Ave Maryam bukanlah cerita mengenai Bunda Maria, melainkan cerita mengenai suster/biarawati bernama Maryam.


Maryam (diperankan oleh Maudy Koesnaedi) adalah seorang suster yang bertugas merawat suster-suster yang sudah lanjut usia di kota Semarang, bersama beberapa suster muda lainnya seperti Suster Mila (diperankan Olga Lydia). Suster tua yang dirawat oleh Maryam adalah Suster Monik (diperankan oleh Tutie Kirana). Suster Monik berbeda dari suster-suster tua lainnya, ia cenderung pendiam dan seperti menyimpan rahasia. Berbagai cara pendekatan yang dilakukan Maryam untuk akrab dengannya tidak berhasil. Sampai suatu hari datang seorang pastur muda bernama Pastur Yosef (Chicco Jerikho). Selain muda dan tampan, Romo Yosef merupakan pastur yang sangat berbakat di bidang musik serta mampu menghibur para suster tua. Ia pun sangat dekat dengan Suster Monik.  Suster Maryam pun tertarik dengan Romo Yosef, begitu pula sebaliknya. Akan tetapi, mereka berdua harus mematuhi Kaul (janji sukarela mengabdi kepada Tuhan). Salah satu kaul yang mereka ucapkan adalah Kaul Kemurnian, yaitu tidak boleh menikah atau menjalin hubungan cinta. Film ini bercerita tentang dilema yang dirasakan Suster Maryam dan Romo Yosef: mematuhi kaul atau mencintai satu sama lain. Apakah yang kemudian dipilih oleh keduanya? Silahkan cari tahu jawabannya dengan menonton film yang sangat artistik ini.


Ave Maryam memang film festival, sebelum tayang resmi di April 2019, film ini sudah tayang di beberapa ajang festival film. Sebagai film festival, Ave Maryam dikemas dengan sangat artistik, baik dari sinematografi, musik, sampai isi dialog. Layaklah kalau menjadi nominasi arau menggondol Piala Citra 2019, maupun penghargaan lain yang sejenis. 


Sayangnya ada beberapa kekurangan pada film tersebut. Pertama, latar belakang tahun Ave Maryam adalah tahun 1998, namun tidak mengungkap era ini sama sekali selain satu percakapan yang bisa membuat penonton menduga itu tahun 1998. Ada beberapa flop yang membuat film ini jelas terlihat bukan di era 1990an, tapi jauh lebih modern. Selain itu, sebetulnya tidak ada esensinya untuk film ini berlatar tahun 1998, tidak ada hubungan aappun dengan tahun itu. Jadi akan lebih baik tidak usah diceritakan bahwa latar film ini adalah tahun 1998.

 
Kekurangan lainnya adaah film ini seperti berusaha mengangkat tema toleransi antar agama, namun penggambaran toleransi tersebut kurang terlihat. Jadi aeakan memaksakan tema tersebut. Terakhir, kalau Anda adalah penikmat film dengan banyak dialog, maka jangan terlalu banyak berharap untuk menyukai film ini, karena film ini minim dialog.


Di luar dari semua kekurangannya, film karya Robby Ertanto ini layak dinikmati bukan hanya oleh para penganut Katolik, namun oleh penganut agama lain, karena sebetulnya tema besar dari film ini sangatlah sederhana dan cocok untuk seluruh kalangan, yaitu CINTA. Jadi ayo tonton film Ave Maryam yang akhirnya mendapat jadwal rilis (seharusnya sudah tayang tahun 2018), di tanggal 11 April 2019. Film ini memang agak sensitif dan banyak film yang bersaing memperebutkan penonton di bulan April ini, jadi segeralah tonton selama masih ada kesempatan tayang!

Overall: 8/10

(By Aisyah Syihab)

Subscribe to this Blog via Email :