Saturday, August 10, 2019

ULASAN: SCARY STORIES TO TELL IN THE DARK




Selain tren film genre superhero, beberapa tahun belakangan ini genre horor termasuk yang cukup diminati di Hollywood. Kesuksesan film Conjuring dengan shared universe ala MCU yang sudah menelurkan beberapa sekuel dan spin off ditambah remake beberapa film horor yang sempat hits di antaranya Pet Sematary, dari film berjudul sama di era 80’an dan IT, dari serial TV di tahun 1990-an turut mendongkrak meningkatnya popularitas film horor. Satu lagi kisah horor dari buku anak-anak yang berjudul sama Scary Stories to Tell in The Dark karya Alvin Schwartz dengan ilustrasi oleh Stephen Gammell diadaptasi ke layar lebar. Buku Scary Stories to Tell in The Dark terdiri dari tiga buku berjudul Scary Stories to Tell in The Dark, More Scary Stories to Tell in The Dark, dan Scary Stories 3: More Tales to Chill Your Bones. Kisah horor dalam buku- buku tersebut berciri singkat namun memiliki efek mencekam dan mengejutkan dalam penyampaian dan konklusi nasib karakter protagonisnya. Hak adaptasi buku ini dibeli oleh CBS Films pada tahun 2013 sebelum akhirnya diumumkan bahwa kisah Scary Stories to Tell in The Dark akan difilmkan pada tahun 2016. Film ini disutradarai oleh André Øvredal (Troll Hunter, The Autopsy of Jane Doe) sementara Guillermo del Toro menjadi produser film ini dan ikut membantu menulis cerita dalam film ini. Film ini dirilis di bioskop Indonesia pada 7 Agustus 2019 yang lalu sementara di bioskop US pada 9 Agustus 2019.



Film Scary Stories to Tell in The Dark berlatar tahun 1968 di mana pada masa itu AS sedang melangsungkan pemilu dengan kandidat kuat Richard Nixon dan juga sedang mengalami perang Vietnam (1955 – 1975). Stella Nicholls (Zoe Colleti) adalah seorang gadis pemalu dan hidup terasing dari lingkungannya di sebuah kota kecil Mill Valley. Ibu Stella meninggalkannya dan keluarganya tanpa alasan yang jelas sejak Stella kecil menyebabkan Stella tumbuh menyendiri. Auggie Hilderbrandt (Gabriel Rush) dan Chuck Steinberg (Austin Zajur) adalah dua sahabat Stella yang paling ia percayai, mereka selalu melakukan kegiatan bersama-sama. Alkisah di Mill Valley terdapat kisah seram mengenai Rumah keluarga Bellows yang angker, di rumah itu Sarah Bellows kerap disiksa dan ia menuliskan kisah-kisah penyiksaan itu menjadi sekumpulan cerita seram. Pada malam Halloween, Stella, Auggie, dan Chuck mempunyai rencana untuk mengerjai Tommy Milner (Austin Abrams). Tommy adalah anak berandal yang selalu mengganggu tiga sahabat ini sedari kecil. Rencana mereka awalnya berjalan lancar namun belakangan Tommy dan teman-teman gengnya mengejar mereka bertiga. Saat hampir tertangkap, mereka dibantu oleh Ramon Morales (Michael Garza) untuk bersembunyi dalam mobilnya di area bioskop mobil terbuka (Drive-in Cinema). Setelah berhasil lolos dan sebagai balasan karena telah menolong mereka, Stella mengajak Ramon untuk ikut ke rumah keluarga Bellows. Rumah keluarga Bellows selalu menjadi tujuan favorit Stella dan ketiga temannya saat Halloween. Ketika menyusuri isi rumah tersebut, tiba-tiba Ramon menemukan pintu rahasia menuju kamar Sarah. Di kamar itu, mereka menemukan buku kisah seram yang ditulis Sarah. Tanpa berpikir panjang Stella mengambil buku tersebut dan membawanya ke rumah. Setelah itu Stella menemukan fakta bahwa kisah-kisah seram dalam buku tersebut adalah teror yang menjadi kenyataan, yang ditulis Sarah yang menimpa semua keluarganya dan orang-orang yang mengganggunya. Perlahan nasib mengerikan menimpa Tommy dan juga mengincar Stella, Auggie, Chuck, Ramon, dan semua yang memasuki rumah keluarga Bellows pada malam Halloween. Akankah Stella berhasil menghentikan teror kisah seram yang ditulis Sarah dalam bukunya dan menyelamatkan mereka semua sebelum terlambat ?



Sebagai film bergenre action horor dengan rating PG-13, film ini memiliki nilai positif karena lebih mengutamakan narasi cerita ketimbang formula jump scare yang membosankan dan mudah ditebak. Mengadaptasi kisah aslinya yang berbentuk antologi (cerita terpisah yang memiliki benang merah dari segi setting tempat, premis, atau kejadian) tentu merupakan tantangan tersendiri namun Guillermo del Toro dan André Øvredal berhasil meramu plot cerita film Scary Stories menjadi menarik. Cerita yang berpusat pada tokoh sentral anak-anak ini tergolong ringan dan lebih bersifat menghibur, sepanjang cerita kita akan disuguhi teror yang dilakukan oleh para monster yang muncul buku kisah seram yang dtulis Sarah. Petualangan dan kerjasama Stella dan teman-temannya dalam mengatasi teror cukup berhasil menyita perhatian penonton dan membuat penonton penasaran akan konklusi film ini. Level kengerian yang ditampilkan lewat monster-monster yang muncul cenderung bersifat biasa dan tidak sampai menimbulkan efek kengerian berlebih karena fokus utama film ini yang berpusat pada misteri keluarga Bellows terutama Sarah Bellows dan buku kisah seramnya. Namun sayangnya film Scary Stories ini terlihat menggebrak di awal dan agak kehabisan amunisi ketika menuju penghujung akhir filmnya. Hal ini terlihat dari adegan klimaks antara Stella dan hantu Sarah yang terkesan diburu-buru dan kurang mengena juga adegan penutup yang terlihat agak dipaksakan untuk mengarah ke sekuel.



Walaupun menggunakan cast yang belum terlalu dikenal namun para castnya yang terdiri dari anak-anak yang tergolong pra-remaja cenderung tampil baik. Hal yang menonjol dan terasa di film ini adalah suasana persahabatan di antara cast anak-anak ini dan interaksi mereka dalam menghadapi teror demi teror dari buku kisah seram. Zoe Colletti (Annie, Wildlife, Skin) sebagai protagonis film ini cukup bersinar dan mampu menampilkan karakter anak yang penyendiri namun memiliki keberanian dan rasa keingintahuan yang besar karena didorong oleh hasratnya menjadi penulis cerita horor. Namun karakter pendukung lainnya yang diperankan Gabriel Rush (Auggie) dan Austin Zajur (Chuck) terasa kurang dimaksimalkan bahkan termasuk Michael Garza sebagai Ramon yang semestinya bisa menjadi partner bagi Stella yang bisa menjadikan dinamika cerita ini lebih menarik. Karakter pendukung ini merupakan unsur cukup esensial yang sebetulnya berpotensi lebih mengikat penonton terhadap cerita film ini tetapi karakter pendukung ini kurang dieksplorasi baik dari segi background maupun hubungannya dengan Stella. Keadaan ini membuat ketika monster yang muncul dari buku kisah seram mengejar dan siap menimpakan nasib buruk untuk mereka, penonton merasa datar saja karena level kedekatan yang dibangun belum sampai taraf terhubung secara emosional. Sarah Bellows yang tampil sebagai karakter hantu antagonis film ini juga cenderung hambar dan tidak mengintimidasi sebagaimana image yang diceritakan sejak awal film.



Guillermo del Toro menggunakan pendekatan kreatif dengan meminjam ide buku yang dapat membaca kepribadian seseorang dari Salah satu karyanya yaitu Pan's Labyrinth untuk merajut cerita dalam film Scary Stories karena ia menghindari bentuk cerita antologi dalam film ini. Ditambah dengan misteri dan twist khas film slasher di mana korbannya terbunuh satu persatu oleh karakter antagonis maka hasilnya adalah adaptasi yang terbilang cukup fresh. Wujud makhluk supranatural yang berwujud monster merupakan signature khas Del Toro yang sangat kentara di film ini. Sutradara André Øvredal yang berpengalaman dalam menciptakan efek ketegangan seperti yang dilakukannya dalam The Autopsy of Jane Doe cukup ahli dalam menciptakan suasana suspense dan menentukan timingnya dengan optimal bagi penonton. Detil dan pernak-pernik poster dan memorabilia horor di kamar Zoe termasuk highlight penayangan film Night of The Living Dead adalah contoh desain set yang membuat film ini semakin kaya dan hidup. Del Toro dan Andre juga berhasil menginkorporasikan ciri khas film horor klasik era 80-an dengan segala atribut di era itu sehingga penonton pun akan merasakan nostalgia tersebut. Ketika menonton bukan mustahil penonton akan merasakan pengaruh film IT dan serial Stranger Things juga turut menyumbang atmosfer dalam film ini. Karena memang kedua judul tersebut sangat berhasil menghidupkan kembali hal berbau retro di masa lalu di era milenial ini.



Inti cerita film Scary Stories adalah mengenai kisah yang mempengaruhi, kisah yang diceritakan secara terus menerus memiliki dampak terhadap kehidupan yang dapat berwujud positif maupun negatif. Penceritaan suatu kisah memiliki kekuatan untuk menyembuhkan ataupun menyakiti, hal tersebut umumnya berupa isu, rumor, maupun gosip yang sering kita temui sehari-hari. Sama seperti kisah Sarah Bellows yang merupakan manisfestasi dari perlakuan buruk dan stigma negatif salah kaprah yang diterimanya, AS pun melakukan propaganda ‘kisah’ kebohongan bahwa perang Vietnam adalah bukti heroik kemenangan mereka melawan kekejaman tentara Vietnam padahal kenyataannya tidak demikian. Scary stories juga mencoba menampilkan isu rasisme terhadap Ramon yang merupakan imigran di mana pada era itu rasisme terhadap kulit berwarna khususnya kulit hitam sangat masif. Hal ini juga contoh kisah kelam AS yang efeknya masih dirasakan hingga zaman modern walau sudah jauh membaik sekarang. Pesan moral yang mengena dari sebuah film horor yang diucapkan lewat narasi yang dibacakan Stella di awal dana akhir film ini mengenai kekuatan cerita sekaligus menjadi refleksi bahwa cerita horor yang berkesan adalah yang paling diingat dan mampu membentuk pola pikir alam bawah sadar kita seperti kisah horor klasik era 80-90 yang makin jarang kita temui di era modern ini.

Overall : 7/10 

(By Camy Surjadi)



Subscribe to this Blog via Email :