Monday, October 21, 2019

ULASAN: HUSTLERS




Apakah anda masih ingat soal kisah para stripper pria yang terinspirasi dari kisah hidup Channing Tatum? Magic Mike dirilis tahun 2012 yang cukup sukses secara rating dan finansial ditambah film tersebut diperankan oleh para aktor pria yang cukup terkenal dan keren kala itu selain Channing Tatum (Matt Bomer, Matthew McConaughey, bahkan Joe Manganiello ikut bermain dalam film tersebut). Masih terinspirasi dari kisah nyata, kali ini kisah tentang para stripper wanita di kota New York dan petualangan mereka dalam mencari uang dari kota paling sibuk di AS. Kisah tersebut ditulis dalam artikel berjudul “The Hustlers at Scores” di New York Magazine karya Jessica Pressler pada tahun 2015. Artikel tersebut diangkat menjadi film berjudul Hustlers yang ditayangkan di bioskop AS pada 13 September 2019 dan tayang di Indonesia pada 18 Oktober 2019 setelah melalui proses penyensoran yang cukup alot. Film bergenre drama kriminal ini disutradarai oleh Lorene Scafaria (Nick & Norahs Infinite Playlist – 2008) sementara Jennifer Lopez dan Will Ferrell menjadi anggota tim produser film ini bersama rumah produksi mereka Nuyorican Productions. Film ini dibintangi oleh Constance Wu, Jennifer Lopez, Julia Stiles, Keke Palmer, Lili Reinhart, Lizzo, dan Cardi B.



Cerita dimulai dengan setting waktu tahun 2014 menyorot Dorothy/Destiny (Constance Wu) yang sedang diwawancarai oleh Elizabeth (Julia Stiles) terkait dengan teman sekaligus mentornya Ramona (Jennifer Lopez). Elizabeth sedang menulis cerita soal skandal penipuan yang melibatkan Destiny, Ramona dan teman-teman mereka. Tujuh tahun sebelumnya Destiny bekerja di Klub Stripper Moves untuk membiayai hidupnya dan ibunya namun penampilannya tidak begitu memukau. Sampai suatu kali ia melihat penampilan Ramona dan berusaha berteman dengannya. Usahanya berhasil, ketika bertemu Ramona di atap dan mereka bercerita, Ramona merasa cocok dan akhirnya mereka berdua menjadi tim yang solid dan mengumpulkan uang cukup banyak. Setahun kemudian krisis finansial terburuk di tahun 2008 melanda AS dan mereka berdua pun dilanda kesulitan keuangan. Ditambah lagi Destiny sudah memiliki anak dari pacarnya yang dikenal sewaktu aktif sebagai stripper sehingga keadaan tersebut memaksa Destiny untuk kembali menjadi stripper.



Sekembalinya ke Moves, Destiny terkejut karena suasananya telah berubah di sana, para stripper yang kebanyakan imigran Rusia mau melakukan aktivitas seks untuk uang, sesuatu yang melanggar batas bagi Destiny. Tidak butuh waktu lama Destiny pun kembali mengontak Ramona dan mereka bekerja sama melancarkan rencana baru untuk mendapatkan banyak uang. Bersama Annabelle (Lili Reinhart) dan Mercedes (Keke Palmer) yang merupakan kolega stripper mereka, mereka menarget klien-klien kaya dan mengeruk uang mereka. Modus operandi mereka adalah membuat para klien pria kaya menjadi teler berkat racikan obat mereka (ketamine + MDMA), yang mereka campurkan ke dalam minuman, lalu mengantarnya ke Moves untuk mencharge kartu kredit mereka sampai batasnya. Lama kelamaan Ramona berhenti membawa klien-kliennya ke Moves, Ramona berpindah membawa para kliennya ke hotel sehingga hasil yang mereka terima tidak perlu dibagi dengan klub. Taktik ini berhasil hingga suatu waktu terjadi insiden dengan suatu klien yang menyebabkan mereka diselidiki oleh kepolisian NY. Insiden ini menyebabkan hubungan Destiny dan Ramona retak serta menyebabkan mereka ditahan bersama dengan Annabelle dan Mercedes. Apakah yang terjadi selanjutnya dengan hubungan persahabatan Destiny dan Ramona? Dapatkah hubungan mereka pulih kembali?



Dalam film yang sarat unsur seksualitas ini, Scafaria berhasil menyajikan cerita yang membuat penonton berfokus pada kisah drama para stripper di industri hiburan malam ketimbang menonjolkan aspek seksualnya, sejak awal terlihat bahwa Scafaria ingin kita melihat lebih dalam pada aspek manusiawi para stripper ini. Scafaria meramu cerita yang tepat yang mampu menjadikan tokoh-tokoh utamanya yang notabene para stripper bukanlah sebagai objek semata melainkan tokoh manusiawi yang memiliki latar belakang mengapa mereka berbuat demikian. Lewat kacamata Ramona dan Destiny kita diperlihatkan bahwa pekerjaan di dunia mereka pun tidak ubahnya pekerjaan lain yang juga memiliki politik dan sistem yang terkadang tidak berpihak pada pekerja. Cerita yang dibangun cukup solid dan mampu membuat kita terhubung dengan para karakter dalam film ini, penonton akan dapat bersimpati terhadap Ramona dan Destiny terkait latar belakang mereka melakukan semua kegiatan tersebut. Kita diperlihatkan bahwa di balik semua itu mereka juga sebetulnya adalah wanita yang peduli terhadap anak dan keluarga mereka. Scafaria membuat kita terhanyut dalam kisah persahabatan dan jatuh bangun Destiny, Ramona, Annabelle, dan Mercedes dalam skema dan intrik mereka mengerjai para pekerja Wall Street sekaligus membuat kita berpikir bahwa tindakan mereka walau dalam area abu-abu mungkin layak diterima para pekerja Wall Street. Sebagaimana dijabarkan Ramona, para pekerja Wall Street juga tidak ubahnya pencuri yang menggunakan kelicikan dan tipu daya mereka dalam menipu klien untuk mendapatkan komisi besar. Jadi apakah menipu para pekerja wall Street untuk menghabiskan uang mereka dapat dibenarkan toh uang tersebut juga tidak didapat dengan cara jujur, pemikiran ini pasti akan terlintas di benak penonton.



Dari segi cast, Jennifer Lopez lah bintang utama dalam film ini berkat kepiawaiannya menjelma menjadi seorang wanita Latin pemimpin kelompok para stripper, ia tampil sangat memukau sebagai wanita yang kuat dan dominan, yang menguasai sistem dan tahu cara mengeksekusi rencana besar untuk mendapatkan uang. Dari segi fisik penampilan Lopez pun terlihat prima dan mengagumkan mengingat usianya yang sudah menginjak 50 tahun. Lopez juga mampu menunjukkan dirinya sebagai seorang ibu yang peduli pada anaknya dan memiliki empati pada para teman sekerjanya. Constance Wu kali ini tampil lebih multi dimensional ketimbang perannya dalam Crazy Rich Asians, ia yang semula lugu mampu menjelma menjadi penipu namun tetap punya moralitas setelah diajari oleh Ramona, ia juga mampu menampilkan sosok pekerja kelas bawah yang berjuang untuk menghidupi putri dan ibunya. Ini semua ditampilkan secara cukup pas dan apa adanya. Lili Reinhart dan Keke Palmer juga tampil memuaskan sebagai aktris pendukung film ini dan menciptakan dimamika menarik antara mereka.



Hustlers menampilkan sisi humanis dan aspek manusiawi di balik industri kehidupan malam, secara spesifik Klub Stripper, yang selama ini hanya selalu dipandang negatif saja. Scafaria mengajak kita menyelami lebih dalam kehidupan para pekerja yang tak ubahnya wanita yang ingin bertahan hidup dengan segala problematika hidup mereka. Aspek moralitas penonton juga diusik lewat serangkaian tindakan penipuan yang dilakukan para karakter wanita dalam film ini karena tujuan mereka melakukan hal tersebut tidak hanya untuk keuntungan semata walau memang termasuk kriminal. Sesuatu hal yang dibangun dengan fundamental yang tidak baik seperti penipuan tidak dapat bertahan selamanya begitulah pesan yang ingin disampaikan lewat cerita film ini. Tentu saja kondisi budaya dan aspek legal di US berbeda dengan di Indonesia, di sana Klub stripper adalah hal yang legal sementara di Indonesia sifatnya lebih tertutup/ ilegal dan sarat prostitusi. Dalam film ini dijelaskan bahwa Destiny, Ramona dan teman-temannya tidak pernah melewati batas hingga ke arah prostitusi. Menyaksikan film ini memang butuh kedewasaan tersendiri untuk menangkap pesan sebenarnya yang ingin disampaikan. Film ini bukan biopik namun hanya terinspirasi dari kisah nyata dengan beberapa unsur yang sudah ditambahkan untuk kepentingan cerita film, sebagai penikmat film yang kritis tentunya kita perlu menggali lebih jauh fakta sebenarnya agar mendapat gambaran yang menyeluruh.


Overall:7.5/10

(By Camy Surjadi)

Subscribe to this Blog via Email :