Monday, April 25, 2022

ULASAN: KKN DI DESA PENARI



Dua tahun berselang dari mulai pandemi menyerang hingga sekarang mulai membaiknya situasi dan bioskop hampir bisa buka dengan normal lagi. Dan 2 tahun juga waktu dibutuhkan bagi MD Pictures memberanikan diri merilis film horror yang harusnya tayang Maret 2020 lalu. Tanpa perlu dikonfirmasi sekalipun rasanya kita semua tahu alasan kenapa diundur cukup lama untuk bisa memaksimalkan penonton yang menontonnya di bioskop. Dan prediksi hype yang katanya menurun tidak terbukti. makin dekatnya rilis film ini hype-nya kembali naik terlepas banyaknya nada negatif dari calon penonton. Tidak tanggung-tanggung MD Pictures bahkan merilis film ini dalam dua format secara bersamaan. Versi uncut (17+) dan versi non-uncut (13+). Untuk ulasan kali ini saya sendiri akan mengulas versi uncut-nya.



Seperti sebagian besar yang kita tahu, KKN Di Desa Penari merupakan adaptasi dari sebuah utas twitter yang viral tahun 2019 lalu. Bahkan yang yang belum baca sekalipun pasti pernah sedikit atau banyaknya mendapat gambaran besar isi cerita KKN Di Desa Penari yang menceritakan 5 mahasiswa yang akan melaksanakan KKN di sebuah desa. Lima mahasiswa itu  adalah Nur (Tissa Biani), Widya (Adinda Thomas), Ayu (Aghniny Haque), Bima (Achmad Megantara), Anton (Calvin Jeremy), dan Wahyu (Fajar Nugraha). Seperti tipikal plot-plot film horror kebanyakan  5 mahasiwa ini harus berurusan dengan sesuatu yang ghaib dan berada di luar logika. Berpacu dengan waktu 5 sekawan itu harus keluar dari desa tersebut secepatnya karena jika tidak nyawa mereka akan terancam. Kurang seperti itulah sinopsis singkat KKN Di Desa Penari.


Film yang disutradarai oleh Awi Suryadi yang sebelumnya sukses besar lewat universe horror Danur ini tidak berlama-lama atau memmbangun set-up horror. Sejak awal adegan kita sudah disuguhi momen horror. Sebuah pembuka yang cukup berhasil menarik perhatian kita sebagai penonton. Dengan visual yang sangat detail dan paling menonjol sampai akhir film yang dikomandoi oleh sinematografer senior Ipung Rachmat Syaiful kita akan diajak masuk ke dalam cerita. Tapi sayangnya visual yang menonjol dan pembuka adegan yang menjanjikan itu tidak diabrengi dengan plot cerita yang solid. Untuk saya sendiri yang kebetulan juga sudah membaca utas yang jadi  materi film ini, KKN Di Desa Penari lebih terasa rekontruksi visual dari pada sebuah adaptasi. Di satu sisi memang film ini masih sangat setia dengan materi utas ceritanya, namun di sisi lain plot cerita terasa monoton. Transisi adegan demi adegan terasa aneh yang lebih seperti menjadi potongan-potongan cerita misteri, alih-alih menjadi suatu kesatuan plot cerita.


Sementara itu set-up horror yang dibangun diapakai berulang-ulang yang membentuk pola yang bahkan penonton yang tidak membaca utasnya sekalipun akan bisa menebak pola itu. Awalnya berhasil, namun tidak sampai setengah durasi set-up repetitif mulai membuat bosan dan itu dilakukan sepanjang film yang durasinya 2 jam. Sangat royal penampakan yang berdampak pada karakter-karakter utama yang ada pada film ini. Tidak ada satupun karakter kuat yang membuat kita peduli dengan karakternya.


Secara keseluruhan KKN Di Desa Penari adalah sebuah film horror yang mempunyai visual menakjubkan. Dengan adegan pembuka yang menjanjikan film ini tidak bisa mempertahankan ritmenya yang membuat penonton bisa betah. Durasinya yang dua jam jadi terasa sangat lama. Jadi kalau ada yang bertanya lebih baik nonton versi uncut atau non-uncut? Saya akan menyarankan nonton versi durasinya lebih pendek. Hype yang besar itu tidak terbayar dengan tuntas setelah saya keluar dari studio.

Overall: 5/10



Subscribe to this Blog via Email :