Monday, December 26, 2022

ULASAN:TUMBAL KANJENG IBLIS



Meski Sukses di genre drama, Visinema Pictures tidak patah semangat mencoba berinovasi di genre horror yang notabene adalah genre mainstream di Indonesia, total dengan film ini sudah ada 3 judul yaitu Tarian Lengger Maut, Jagat Arwah, dan yang terbaru Tumbal Kanjeng Iblis. Namun sayangnya hingga review ini dibuat belum ada satu pun yang di-treat dengan benar menurut saya. Desain posternya yang sangat khas horor Indo, tulisan berwarna merah disertai darah dan penampakan setan ditambah kata tumbal. Kesan awal yang kita dapatkan tentu ceritanya seputar pesugihan dibalut horrorTumbal Kanjeng Iblis disutradarai oleh Mizam Fadilah Ananda. Film ini dibintangi oleh Sheryl Sheinafia, Putri Ayudya, Miller Khan, Omar Daniel, Yunita Siregar, dan Teuku Rifnu Wikana. Tumbal Kanjeng Iblis dirilis berbarengan CTS 2 pada kamis 22 Desember



Dua tahun tidak mendengar kabar dari sang kakak yang kuliah di luar kota, Tia (Sheryl Sheinafia) mendapatkan bisikan konstan untuk mencari kakaknya atau bapaknya (Yusuf) meninggal. Berbekal selembar foto peninggalan sang kakaknya, Tia menelusuri jejak sang kakak yang membawanya pada sebuah kos-kosan penuh misteri dekat kampus kakaknya di USISI. Pasangan suami istri pemilik kos, Rosa (Putri Ayudya) dan Jefri (Miller Khan) menyambut Tia tetapi Tia curiga ada yang tidak beres di balik keramahan Rosa yang tidak biasa. Ada juga sosok pemuda misterius bernama Nathan (Omar Daniel) yang selalui memperingatinya untuk segera meninggalkan kos-kosan tersebut. Peristiwa ganjil terjadi secara bertubi-tubi di kos-kosan itu. Tia menjalin pertemanan dengan Nina (Yunita Siregar) karena Cuma mereka berdua penghuni kos wanita di kos itu. Semakin Tia berusaha mencari sang kakak, semakin ia mengalami teror yang menakutkan. Di balik semua itu ada kutukan dan sekte pemujaan sesat yang mengincar Tia.



Di perempat film ini semua masih terlihat oke tetapi setelah itu kekacauan dimulai hingga film selesai. Awalnya saya kira ini akan menjadi film investigasi berbalut misteri dan horor bertema sekte pemujaan, setelah ditonton saya bingung harus berkata apa. Film ini mencoba terlihat pinta tapi yang ada malah menjadi rumit dan kebingungan arah ceritanya mau ke mana. Harusnya cerita difokuskan pada kakak Tia yang hilang ini semakin melebar ke mana-mana seiring cerita berkembang. Unsur misterinya sudah kita tahu dari awal dan tertebak sebetulnya tapi film ini gagal memberikan kejutan dan esensi cerita. Background story tidak jelas, karakter penting tidak di-treat dengan baik dan ada tokoh-tokoh yang bingung kenapa mereka ditampilkan di cerita kalau esensinya tidak krusial. Sekte pemujaan yang jadi dalang di balik semua keanehan tidak dijelaskan dengan baik. Yang lebih mengejutkan lagi adalah endingnya yang waw koq begini jadinya.



Salah satu aspek yang patut disayangkan dari film ini adalah menyia-nyiakan kemampuan aktor dan aktris yang sudah didapuk jadi cast film Tumbal Kanjeng Iblis ini. Pemilihan aktor dan aktrisnya sudah oke sayang mereka tidak diberi naskah cerita yang benar. Putri Ayudya yang tampil gemilang di kafir di sini Nampak disia-siakan. Sheryl yang tampil total di film ini nampak mubazir. Tidak ada tokoh yang mengesankan sama sekali di film ini. Riset juga sepertinya kurang dilakukan, mengapa kos-kosan yang ada banyak org di pagi hari tapi di malam hari hanya Tia dan Nina saja. Kemunculan Omar Daniel juga tidak diberikan background yang jelas sehingga membuat penonton bingung. Terlebih penggunaan simbol music metal yang diasosiasikan dengan satanisme adalah salah satu hal fatal di film ini karena membuat stereotype yang seharusnya bisa dihindari. Lupakan character development dan dinamika karena hal itu tidak akan anda temui di film ini.



Menonton Tumbal Kanjeng Iblis seakan membuat kita sakit kepala dan bingung. Penonton seperti dianggap ‘bodoh’ dan tidak tahu film horror sehingga dijejali petunjuk-petunjuk yang pada akhirnya tidak jelas mau dibawa ke mana. Visinema sepertinya harus evaluasi dan belajar lagi bagaimana membuat kisah horror yang proper dan punya ciri khas jika memang mau mendulang sukses. Skrip cerita yang prematur bikin saya heran kenapa bisa sampai diapprove dan dijadikan film seperti yang sudah tayang di bioskop. Tiga Film sepertinya cukup untuk introspeksi dan menata ulang jika mau membuat genre horor lagi ke depannya. Lebih baik focus mengembangkan film Heist dan drama ketimbang memaksakan genre horror jika beluim siap.

Overall : 4/10


(By Camy Surjadi)










Subscribe to this Blog via Email :