Saturday, November 4, 2023

REVIEW: BUDI PEKERTI


Tentang Sebab dan akibat yang digarap dengan cermat. Setelah "Penyalin Cahaya", Wregas kembali menempatkan tokoh utama yang ditekan oleh situasi beserta konsekuensi yang dialaminya dalam feature film terbarunya ini. Perbedaannya dengan film sebelumnya, kali ini "dunia" yang collapse bukan hanya dunia-nya sang tokoh utama saja tapi juga berdampak ke lingkungan sekitarnya. Scopenya juga lebih luas dari "Penyalin Cahaya" yang lebih banyak berkutat di lingkungan kampus.



Bu Prani seorang guru yang "terjebak" dalam situasi yang tidak mengenakkan adalah juga "akibat" tidak langsung dari situasi kondisi keluarganya. Namun meski begitu, film tidak pernah menekankan status keluarga tersebut menjadi pemicu situasi-situasi yang muncul. Konflik yang muncul disini bersifat domino dan bisa terjadi kepada siapa saja yang sedang apes karena cepatnya persebaran informasi di zaman digital ini.


Sebab-akibat yang terjadi adalah situasi yang tak terelakkan. Wregas mencoba memberi tekanan pada sosok yang biasanya mencontohkan nilai Budi Pekerti, namun kali ini ia yang menerima konsekuensinya akibat "lalai" menerapkan nilai budi pekerti tersebut. Sebuah kondisi yang manusiawi sebetulnya.  Beberapa aspek teknis yang MinGil sorot disini yakni salah satunya di departemen audio, dimana sering ada dialog yang overlapping antar karakter padahal ada yang sedang outframe. Entah itu disengaja atau tidak. Juga tentunya sinematografi dan directing. Kudos untuk Wregas dan Gunnar Nimpuno. Banyak banget shot yang ikonik disini, contohnya adegan blocking kelompok senam di Tebing Breksi dan adegan gantian duduk saat antri vaksin.



Adegan simbolis khas a la Wregas juga masih diselipkan, namun kali ini masih ada esensinya ke konflik utama ( adegan "healing" di kolam & adegan long take kedipan warna lampu ke wajah Bu Prani saat setelah rekaman video ). Lewat BUDI PEKERTI Wregas menampilkan sketsa situasi yang miris tapi sekaligus juga dekat dan up-to-date dengan realita. Ditambah lagi fenomena cancel culture yang masih masif dan bergerak bagai bola es yang liar. Sebuah karya film yang menggugah.


Overall: 8,5 / 10

Subscribe to this Blog via Email :