Friday, February 19, 2016

SEQUEL FILM FILOSOFI KOPI "BEN & JODY" AJAK PENONTON MEMBUAT CERITA FILMNYA


Setelah sukses mengadaptasi salah satu cerita pendek dari novel berjudul Filosofi Kopi karya Dewi Lestari, Visinema Pictures siap memproduksi sekuel Filosofi Kopi The Movie (2015). Sekuel film ini akan diberi judul Filosofi Kopi: Ben & Jody. Film ini tetap menjadikan Duet Chicco Jericho (Ben) dan Rio Dewanto (Jody) sebagai kekuatan utama.





“Ben & Jody” merupakan film pertama yang mengajak penonton untuk turut menentukan jalan cerita. Melalui konsep ‘user generated movie’ Visinema Pictures mencoba melibatkan lebih banyak orang dalam proses penciptaan film. Sutradara film Ben & Jody, Angga Sasongko, menuturkan bahwa proses penulisan skenario film ini berbeda dengan film pada umumnya. “Filosofi Kopi: Ben & Jody merupakan film pertama yang menerapkan konsep User Generated Movie. Seperti film yang pertama di mana publik diajak untuk menentukan konsep visual dalam film, maka di film yang kedua ini publik bisa turut terlibat dalam proses ‘meracik cerita’ film Ben & Jody. Tetapi, tentu saja Dewi Lestari akan dilibatkan secara langsung dalam proses pemilihan dan penyusunan cerita.”





“Masyarakat bisa men-submit ide mereka melalui website www.filosofikopi.id. Kami akan mengangkat cerita yang terpilih ke dalam film serta memberikan hadiah uang tunai sebesar Rp.10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah), serta berhak mendapat hadiah uang tunai Beasiswa workshop scriptwriting di PlotPoint serta mengikuti proses Big Reading bersama segenap Cast. Dua cerita yang terpilih akan disusun ulang oleh Saya sendiri bersama dengan Dewi Lestari dan Angga Dwimas Sasongko” tutur Anggia Kharisma, produser film "Ben & Jody". Melalui konsep pembuatan film dengan cara seperti ini, Anggia berharap dapat menjadi ajang untuk memunculkan bakat - bakat baru dalam penulisan film yang selama ini tidak mendapat kesempatan.







Produser Filosofi Kopi: ‘Ben & Jody’, Rio Dewanto, menuturkan bahwa dirinya sangat mendukung rencana penerapan konsep ‘user generated movie’ pada film ini. Hal tersebut dikarenakan sejalan dengan komitmennya untuk memberikan kesempatan kepada para penulis berbakat. “Kami ingin memunculkan lebih banyak penulis skenario berbakat di industri perfilman Indonesia.”






Filosofi Kopi: Ben & Jody akan disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko, Diproduseri oleh Anggia Kharisma, Handoko Hendroyono, Rio Dewanto serta Chicco Jerikho. Film ini akan diproduksi pada pertengahan tahun ini dan dirilis ke publik pada akhir tahun 2016.




~Cara Untuk Ikut “Ngeracik Cerita” Filosofi Kopi: “Ben & Jody”~


1. Daftarkan diri kamu Daftarkan diri kamu menjadi bagian dari Film Filosofi Kopi: Ben & Jody.



2. Tuliskan ide cerita kamu Tuliskan ide ceritamu untuk kisah Ben dan Jody selanjutnya di Film Filosofi Kopi: Ben & Jody.



3. Sebarkan melalui sosial media bahwa kamu telah mengirimkan ide cerita untuk Filosofi Kopi: Ben & Jody lalu ajak orang lain untuk ikut berpartisipasi.



4. Jadilah yang terpilih! Cerita yang terpilih akan diangkat ke dalam film! Serta berhak mendapat hadiah uang tunai Rp.10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah), Beasiswa workshop scriptwriting di PlotPoint dan ikutan Big Reading bersama All Cast.





Wednesday, February 17, 2016

SETELAH 14 TAHUN, ADA APA DENGAN CINTA 2 KEMBALI HADIR DENGAN MOMEN-MOMEN NOSTALGIA




Penantian yang cukup panjang penggemar Ada Apa Dengan Cinta ? (AADC) terhaap kelanjutannya akan segera usai. Saat ini, film AADC2 sudah memasuki proses tahap akhir masa paska produksi. Film yang mengambil lokasi pengambilan gambar di Yogyakarta, Jakarta dan New York ini siap direlease pada 28 April 2016 nanti.



“ Masih tidk percaya, bahwa seelah 14 tahun, Cinta dan Rangga tetap ditunggu-tunggu kelanjutan ceritanya. Saya sendiri tidak sabar melihat hasil akhirnya, dan menunggu reasi penonton saat melihat film ini di bioskop nanti,” ujar Mira Lesmana yang kembali menjabat kursi produser.



Ditambahkan oleh Riri Riza yang menggantikan posisi Rudi Soedjarwo sebagai sutrdara di film pertama,”Satu hal yang paling saya suka dari membuat film adalah menghidupkan momen. Demikian pula halnya dengan #AADC2 ini. Yang membuat film menjadi sebuah film yang berhasil, ketika ada proses dimana filmmakers memainkan sebuah perannyamenciptakan momen-momen, yang kemudian bisa terbca dengan sangat menarik oleh orang-orang yang menonton. Jadi tentunya akan sangat menarik bagaimana reaksi penonton melihat momen-momen di fim #AADC2.”



Selain itu, beberapa merchandise items #AADC2 juga siap diluncurkan. Disamping album soundtrack, barang-barang colectibleitems seperti kaos, tas, notebook dan lain-lain yang akan dijual secara eksklusif di jaringan bioskop Cinema XXI dan beberapa outlet tertentumulai 17 Maret 2016 nanti.



Persiapan menyambut releasenya #AADC2 di bioskop nanti juga akan dibarengi dengan kehadiran film terdahulunya. Film AADC akan direlease ulang dala bentuk DVD dengan digitally remastered format, dimana kualitas gambarmenjadi bersih dan tajam dan suara menjadi lebih kaya dan detil. DVD ini juga akan dilengkapi dengan beberapa bonus spesialyang dibuat khusus untuk edisi remastered iniyang tidak ada sebelumnya. DVD AADC akan siap beredar di pasaran mulai Maret 2016. Seakan belum lengkap, kisah AADC inipun akan dituang dalam bentuk novel yang diterbitakan oleh Gramedia Pustaka Utama yang juga akan ada dipasaran Maret nanti.









MISI MULIA DAN HIBURAN DALAM I AM HOPE SIAP MERAMAIKAN BIOSKOP




Setelah tayang serentak melalui proses kreatif dan produksi, fim I am Hope akhirnya siap tayang serentak pada 18 Februari mendatang. Film ini dipersembahkan oleh Alkimia Production yang digawangi oleh Wulan Guritno, Amanda Soekasah dan Janna Soekasah-Joesoef selaku tim produser dengan sutradara Adilla Dimitri dan Yudi Datau selaku Director Of Photography.





“I am Hope” berkisah tentang dinamika seorang gadis muda bernama Mia, yang diperankan oleh Tatjana Saphira yang divonis mengidap kanker. Cerita bergulir ke romansa dan nostalgia Mia ketika sang Ibu juga divonis kanker dan bagaimana pergulatan batin menyeruak kembali sehingga menjadikan Mia terhantui kemungkinana buruk salah satunya adalah kandasnya mimpi untuk membuat pergelaran teater. Cerita juga semakin kuat ketika mengisahkan interaksi Mia dengan sang ayah, Raja (Tio Pakusadewo) yang juga sedang berjuang mengatasi trauma mendampingi wanita-wanita istimewa dalam hidupnya berjuang melawan kanker.



Selain menghadirkan dua sosok aktris muda berbakat Tatjana dan Alessandra serta aktor senior, Tio Pakusadewo, I am Hope juga didukung deretan aktor dan aktris kebanggaan ndonesia seperti Fachry Albar, Feby Febiola, Fauzi Baadilah, Kenes Andari, Ariyo Wahab, Ray Sahetapy dan ne Febriyanti.



“Tak ada kata yang tepat selain terima kasih yang dapat kami ucapkan kepada seluruh pihak yang bersama kami membangun visi inspirasi dan harapan melalui film I am Hope ini. Semoga masyarakat Indonesia berkenan untuk menikmati film ini dan juga membantu nenyebarkan harapan melalui misi sosial yang juga kami bawa.” Demikian ungkap Wulan Guritno mewakili Alkimia Production.





Film I am Hope memang dihadirkan sebagai salah satu kepedulian dan kelanjutan gerakan Bracelet Of Hope dimana sebagian keuntungan juga akan disalurkan melalui yayasan kanker dengan tujuan akhir membuat rumah singgah “House Of Hope”

I am Hope release 18 Februari 2016







Friday, February 12, 2016

ULASAN : THE CHOICE






Drama-romantis yang diangkat dalam sebuah novel menjadi sebuah film bukanlah sesuatu hal yang baru di hollywood. Terlebih jika novel itu ditulis oleh penulis yang mempunyai fanbase yang tidak sedikit. Nicholas Spark salah satunya yang bisa disebut mempunyai fanbase yang cuckup kuat, maka dari itu tidak aneh studio-studio hollywood akan berburu tanda tangan penulis agar bisa mendapakan hak cipta novelnnya agar bisa divisualisasikan dalam layar lebar. Beberapa filmnya yang sudah diangkat ke layar lebar antara lain The Notebook, Message In Bottle, Dear John, The Lucky One, The Last Song, Safe Haven dll. Dan kali ini novel yang diangkat ke layar lebar adalah “The Choice”, novel yang release tahun 2007 ini disutradarai oleh Rose Katz (Taking Chance, Adult Beginners). Dibintangi oleh Teresa Palmer, Benjamin Walker, Maggie Grace, Alexandra Daddario, Tom Welling dan aktor senior Tom Wilkinson.



Seperti fim romance kebanyakan yang sangat klise,Travis Shaw (Benjamin Walker) dan Gabby Holland (Teresa Palmer) pertama kali bertemu sebagai tetangga di sebuah pesisir kota kecil, diawali dengan perkenalan yang cukup buruk, perkenalan itu justru makin membuat mereka penasaran untuk saling diri masing-masing. Meskipun latar belakang keduanya sangat berbeda, mereka akhirnya jatuh cinta. Namun kisah mereka sulit untuk menjadi bahagia karena Teresa memiliki kekasih Dr. Ryan McCarthy (Tom Welling). Travis dan Gabby menjalani kisah panjang hingga akhirnya diuji oleh sebuah peristiwa yang akan menentukan kehidupan mereka.



Entah karena memang para penonton (baca : penonton yang tidak membaca novelnya) sudah bosan dengan kisah-kisah yang diangkat dari novel Nicholas Spark yang memang hampir semua ceritanya mempunyai plot yang sama atau orang-orang yang dibelakang layar “TheChoice” kehabisan ide kreatif untuk bisa membuat film menarik. Tak bisa dipungkiri, plot yang memang terasa familiar tidak memberikan efek istimewa pada film ini. Seperti biasa , cinta akan dinyatakan , air mata akan ditumpahkan , hujan akan jatuh dan menatap bintang dan bulan.



Tidak ada yang salah dengan karakter-karekter yang dimainkan oleh Benjamin Walker dan Teresa Palmer, bahkan penampilan Tom Wilkinson sebagai ayah Travis adalah satu-satunya poin lebih dalam film ini, hanya saja penonton sudah sangat bosan dengan standard cerita yang pada film-film yang diangkat novel Nicholas Spark. Bukti sahih tentu saja dimana setelah The Notebook, sebagian besar film-flm yang diangkat dari novel penulis ini gagal secara pemasukan dan review dari kritikus.





The Choice mungkin tetap bisa dijadikan pilihan jika kamu masih bisa menikmati film-film dari Nicholas Spark sebelumnya, terlebih jika kamu adalah fans dari Nicholas Spark. Tetapi jika kamu mendapatkan sesuatu yang baru dari film drama-romance, The Choice bukanlah pilihan yang tepat.

Wednesday, February 10, 2016

PERNYATAAN BERSAMA PEKERJA KREATIF FILM INDONESIA TERHADAP REVISI DAFTAR NEGATIF INVESTASI SEKTOR USAHA FILM



Niat pemerintah merevisi DNI -Daftar Negatif Investasi sektor usaha film dalam bidang produksi, distribusi dan eksebisi patut didukung. Sebagai pelaku industri film, kami melihat niat tersebut sebagai langkah yang baik dan menjanjikan harapan dan peluang besar bagi perkembangan perfilman di Indonesia.


Bertempat di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Selasa 9 Februari 2016, para Pekerja Kreatif Film Indonesia yang berasal dari berbagai asosiasi seperti Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI), Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI), Gabungan Studio Film Indonesia (GASFI), Indonesian Film Directors Club (IFDC), Rumah Aktor Indonesia (RAI), Indonesia Motion Picture and Audio Association (IMPAct), Penulis Indonesia untuk Layar Lebar (PILAR), Sinematografer Indonesia (SI), Indonesian Film Editors (INAFEd), Indonesian Production Designer (IPD), dan Asosiasi Casting Indonesia (ACI) menyampaikan lima aspirasinya, yaitu:



1. Mendukung Presiden Joko Widodo untuk segera menandatangani revisi Peraturan Presiden tentang pembukaan DNI bidang usaha film sektor eksibisi, distribusi, produksi dan teknik.


2. Sebagai pelaku industri film, kami melihat revisi ini sebagai sebuah peluang besar untuk memajukan industri perfilman nasional. Revisi DNI dalam bidang usaha film bukan hanya akan memberikan akses permodalan dan penambahan layar, tetapi juga peningkatan standar dan kapasitas kompetensi pekerja film kreatif tanah air.


3. Meminta pemerintah melalui Kemendikbud dan BEKRAF untuk segera menyiapkan kebijakan-kebijakan pendukung agar pembukaan DNI ini menjadi efektif dan memberikan jaring pengaman bagi pengusaha lokal.


4. Mendesak pemerintah dalam hal ini Mendikbud untuk segera menetapkan tata edar film sesuai amanat Pasal (29) UU No. 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman dan membuat integrated box office system yang berlaku untuk film asing dan film nasional yang dapat diakses datanya secara harian berisikan data penonton, jumlah layar yang didapat dan jumlah jam tayang yang diterima setiap film.


5. Meminta eksibitor untuk lebih memberikan kesempatan kepada Film Indonesia. Mengingat Pasal 32 UU No 33 Tahun 2009 tentang Film yang menyatakan pelaku usaha pertunjukan film wajib mempertunjukkan film Indonesia sekurang-kurangnya 60% dari seluruh jam pertunjukan film yang dimilikinya selama 6 bulan berturut-turut.

Berikut adalah pernyataan dari berbagai Asosiasi dan filmmaker.


“Satu-satunya cara mendapat 20 juta penonton dari satu judul film nasional, adalah menambah jumlah layar bioskop di Indonesia, karena 1117 layar sangat tidak bisa memfasilitasi penonton potensial di tanah air. Minimal harus sekitar 3000-5000 layar. Untuk merealisasi semua ini kita harus lebih agresif dan proaktif menjual karya anak negeri agar dilihat dunia. Sudah saatnya kita menunjukkan eksistensi kita ke dunia internasional. Caranya dengan membuka relationship seluas-luasnya dengan dunia luar. Untuk itu kita perlu membangun jembatan. Salah satu cara utamanya adala dengan membuka DNI.” Kata Ketua Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI), Manoj Punjabi.



“Usulan pemerintah merevisi kebijakan tentang DNI, memberikan kesempatan pada produser film Indonesia dan tenaga kerja kreatif Indonesia, tidak hanya pada akses pembiayaan dan penambahan layar, tetapi juga peningkatan standar & kapasitas melalui transfer pengetahuan dan teknologi.” Kata Ketua Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI), Sheila Timothy.


“Jika serius ingin membangun industri film Indonesia, usaha perfilman harus dicabut dari Daftar Negatif Investasi. Dengan cara ini kita dapat memperluas peran pembuat film Indonesia dalam kancah internasional sekaligus memacu kita untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing. Tentu saja serentetan regulasi dan langkah2 berikutnya harus dibuat dan dijalankan agar kepentingan industri film indonesia tetap terjaga dan terus bisa berkembang.” Kata ketua Indonesian Film Directors Club (IFDC), Lasja Soesatyo.



“Kami siap mendukung pembukaan DNI bidang perfilman. Semoga ini menjadi langkah awal perbaikan perfilman nasional.” Kata Ketua Penulis Indonesia Untuk Layar Lebar (PILAR) Baskoro Adi.


“Adanya investor asing untuk industri film indonesia buat para aktor bukanlah sesuatu yang harus di khawatirkan, karena dengan begitu para aktor akan punya adrenalin tinggi untuk meningkatkan diri dan justru membuka peluang untuk para aktor bersaing di dunia international yang tentunya akan memberikan kontribusi lebih dalam memperkenalkan Indonesia di industri perfilman dunia.” Kata Ketua Rumah Aktor Indonesia (RAI) Lukman Sardi.


“Kami mendukung revisi ini selama ada perangkat yg menjamin pelaku usaha lokal” Kata Ketua Asosiasi Casting Indonesia (ACI), Bowie.



Sutradara Joko Anwar berpendapat bahwa investasi asing di perfilman nasional akan memungkinkan lebih banyak film dengan berbagai tema untuk dibuat, termasuk film-film yang bertema budaya lokal, yang selama ini tidak mendapat modal.

Sutradara Nia Dinata mengatakan bahwa penanaman modal utk film indonesia harus ditingkatkan, cabut daftar negatif investasi film dengan didukung oleh perangkat peraturan yang jelas sehingga pengusaha lokal dapat semakin berkembang.


"Kebijakan mencabut usaha perfilman dari DNI harus dilihat dari konteks ekonomi. Permodalan adalah kunci dari pertumbuhan industri dan nilai keekonomian perfilman Indonesia. Peluang kerjasama dengan institusi investasi (yang merupakan salah satu ekses positif dari dicabutnya DNI) akan meningkatkan kedisplinan industri dalam mengelola modal serta akuntabilitas industri dan juga meningkatkan daya saing konten film Indonesia dalam skala regional maupun global." Kata Sutradara Angga Sasongko.


"Justru dicabutnya DNI di usaha bioskop akan menempatkan para kreator film di Indonesia, berada selevel dengan para kreator film dari mancanegara," kata pimpinan rumah produksi Dapur Hanung Bramantyo. Menurutnya, tidak ada alasan para pelaku di industri film untuk menolak dibukanya DNI. Baginya, yang menolak DNI justru orang yang tidak punya rasa percaya diri karena takut bisnisnya terancam,"




Tuesday, February 9, 2016

WAKTUNYA TERJEBAK NOSTALGIA DENGAN RAISA



Setelah merelease trailernya sejak 2 bulan yang lalu, Oreima Films dan Kaninga Pictures akhirnya siap untuk merease film debut penyanyi Raisa dilayar lebar yang dinspirasi dari judul lagu penyayi tersebut yang berjudul “Terjebak Nostalgia” yang tayang serentak di bioskop-bioskop nasional 11 Februari 2016 nanti.



Dalam screening yang sudah dilaksanakan tanggal 2 Februari yang lalu, Terebak Nostalgia adalah sebuah film yang mencoba menguak perjalanan kisah cinta dan keajaiban ketiga tokoh utamanya yaitu Raisa (Raisa Andriana), Reza (Chicco Jericho) dan Sora(Marulli Tampubolon), serta didukung Khiva Iskak yang berperan sebagai Obin. Proses syuting yang dilakukan di Jakarta dan sebagian besar di New York disutradarai oleh Rako Prijanto (Sang Kyai).



“Kami bersyukur bahwa keseluruhan proses kreatif dan produksi film initelah selesai. Dan kini saatnya kami mengundang pecinta film Indonesia untuk mendukung dan menikmati apa makna cinta dan perjalanan yang menjadi tema utama film Terjebak Nostalgia.” Demikian ungkapan seorang Rako Prijanto.



“Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung proses produksi Terjebak Nostalgia hingga akhirnya siap tayang. Menjadi kebanggaan kami untuk terus berkiprah agara film karya anak bangsa semakin punya tempat di hati para pendukung film karya anak bangsa.” Kata Willawati selaku Executive Produser Kaninga Pictures.





Lalu apa sebenarnya yang terjadi di New York ? Kemudin cerita apa di Jakarta yang mengawali perjalanan ini ?. Inilah saatnya penonton Indonesia mendapatkan jawaban yang sudah ditunggu-tunggu.


Sinopsis :

Raisa mencintai Sora dan begitupun sebaliknya. Sepasang kekasih yang memiliki impian sama... untuk masa depan mereka... karir mau pun cinta.

Impian itu yang kemudian membawa Sora ke New York. Demi impian mereka yang semakin hari semakin nyata.

Tapi Sora... tak pernah kembali. Ke Jakarta. Ke Raisa. Impian itu kini terhalang kabut tebal.

Adalah Reza, sahabat Raisa, yang kemudian rela menemani Raisa ke tempat yang sudah merenggut Sora begitu saja. New York.

Dan sebuah perjalanan pun dimulai. Raisa, Reza dan... Sora. Perjalanan yang menyeret Raisa ke sebuah nostalgia... nostalgia yang antara menjebaknya atau justru membebaskannya.