Thursday, May 27, 2021

ULASAN: A QUIET PLACE PART 2




14 bulan jaraknya dari jadwal awal A Quiet Place Part 2 tayang yang diundur karena pandemik. Akhirnya sequel ini mendapatkan masa tayangnya di bioskop mulai tanggal 26 May 2021 di bioskop-bioskop Indonesia. Sebuah penantian cukup lama film yang kembali disutradarai oleh John Kransinski yang juga membintangi film pertama. Untuk film kedua ini Krasinski hanya muncul pada adegan pembuka saja, yang mana karakter utama pria berpindah ke aktor Cillian Murphy yang memerankan karakter baru.

A Quiet Place Part 2 melanjutkan langsung dari ending film pertama. Setelah kematian suaminya, Evelyn Abbot (Emily Blunt) dan ketiga anaknya memutuskan untuk pindah dan mencari tempat baru yang lebih aman. Dalam perjalanan hal yang berbahaya tak bisa dihindari ketika mereka harus berhadapan dengan sang monster yang punya pendengaran tajam. Ketika situasi terdesak mereka diselamatkan oleh Emmet (Cillian Murphy), seorang teman lama Emily dan mendiang suami yang telah lama menyendiri dan merasa putus harapan dalam melanjutkan hidup.

Situasi menjadi makin pelik ketika putri Emily yang tuna rungu Regan Abbot (Millicent Simmonds) pergi tanpa pamit untuk mencari sebuah suaka yang aman dari monster atas dasar petunjuk dari sebuah lagu yang disiarkan lewat frekuensi radio. Dengan memohon, Emily meminta tolong agar Emmet mencari putrinya tersebut dan membawanya kembali. Dan ceritapun berkembang menjadi dua bagian antara Regan dan Emmet dan Emily denga putra dan bayinya. Begitu kira-kira ringkasan plot cerita yang ada pada A Quiet Place Part 2 ini. 

Ada alasan kuat kenapa pihak studio rela merilis film ini di sat venue-venue bioskop sudah kembali buka dengan nornal . Yaitu adalah pengamalan menontonnya. Ya, sama halnya dengan film pertama, A Quiet Place Part 2 kembali memberikan pengalaman sinematik menyaksikan sebuah film lewat layar bioskop. Sesuatu hal yang akan sangat berbeda pengalamannya jika kita menonton film ini pertama kali di layar atau media tv, laptop ataupun HP. Menikmati momen-momen kesunyian namun memacu adrenalin penonton. Pengalaman dari film pertama yang akan kamu dapatkan kembali di sequel ini.

Sementara untuk plot cerita, bagian kedua film ini bisa dikatakan tidak berkembang terlalu jauh. Cerita masih berfokus pada karakter-karakternya untuk bisa selamat. Hal yang sudah ada pada film pertama. Jika kamu masih mencari jawaban dari  pertanyaan-pertanyaan dari mana monster-monster tersebut, apa tujuan mereka di bumi, hal  itu masih tidak kamu dapatkan pada sequel ini. Dengan ending yang masih sangat terbuka sepertinya hal itu akan di eksplorasi pada bagian ketiga nanti.

Secara keseluruhan A Quiet Place Part 2 masih memberikan ketegangan dan memacu adrenalin pada penontonnya. Dan hal itu berhasil, kita belum merasa bosan untuk bagian mengalami momen-momen sunyi penuh ketegangan. Namun pengembangan plot ceritanya yang tidak terlalu jauh dari film pertama justru memunculkan banyak pertanyaan lagi yang tidak terjawab. Sepertinya memang semua informasi itu ditahan untuk film ketiganya nanti.


Overall: 7,5/10



Friday, May 14, 2021

ULASAN: SPIRAL "FROM THE BOOK OF SAW"



Setelah absen selama 4 tahun sejak rilis seri terakhir kali lewat filmnya yang ke-8, tahun ini franchise Saw kembali. Franchise yang populer dan mengangkat nama James Wan sebagai sutradara lewat film pertamanya di tahun 2004. Di film ke-9 ini sendiri bukanlah reboot seperti yang banyak dikira oleh fans dikarenakan judulnya yang tidak memakai angka. Namun bisa disbeut spin-off/sequel karena filmnya sendiri mengambil setting setelah event film ke-8. Dengan sutradara Darren Lynn Bousman yang sebelumnya sudah pernah menyutradarai 3 film Saw ( film ke-2,3 dan 4), Spiral digadang-gadang akan membawa nafas baru pada franchise Jigsaw ini. Terlebih Spiral: From the Book of Saw membawa nama besar pada pemeran utamanya. Ada nama Chris Rock dan Samuel L. Jakcson yang membintangi film seri ke-9 ini. 

Sebuah kecelakaan di lintasan rel kereta api yang diduga awalnya hanya kecelakaan biasa mengungkap jika kejadian itu disengaja dan direncanakan  yang mengubah status kejadian itu menjadi kasus pembunuhan. Detektif  Zeke Banks (Chris Rock) yang pada hari itu juga mendapat partner baru dalam bertugas Detektif William Schenk (Max Minghella) ditugaskan untuk menyelidiki kasus tersebut. Tidak butuh waktu lama mengetahui identitas korban pembunuhan tersebut, diketahui jika korban tersebut masih rekan mereka sesama polisi.

Kejadian itu ternyata hanya permulaan menuju pembunuhan-pembunuhan selanjutnya dengan target polisi dan dipastikan tersangka adalah pembunuh serial. Yang membuat kasus ini makin rumit adalah pembunuh serial tersebut menerapkan metode Jigsaw dalam membunuh korban-korbannya. Zeke dan Schenk harus bahu-membahu berpacu dengan waktu untuk menangkap tersangka ketika korban jiwa makin bertambah.Dan situasi bertambah pelik ketika ayah dari Zeke yang juga seorang pensiunan polisi, Marcus Banks (Samuel L. Jackson) juga menghilang. Siapakah pelaku sebenarnya yang meniru Jigsaw ini? Dan apa motif pepmbunuhan tersebut? Dan apa hubungannya dengan ayah Zek yang hanya pensiunan polisi juga ikut menghilang? Jawaban yang diketahui dengan menonton filmnya.

Rentetan respon buruk yang selalu mengikuti sequelnya sejak film pertama tidak terlalu meganggu pihak studio untuk tetap melanjutkan franchise ini. Karena tidak bisa dipungkiri jika pasar untuk film Saw selalu ada. 7 sequel filmnya membuktikan itu. Tapi ketika Spiral: From the Book of  Saw diumumkan dibintangi oleh Chris Rock dan Samuel L. Jackson sebuah asa muncul jim versi terbaru Saw ini akan membawa pendekatan yang berbeda, minimal bisa menyamai bagaiman bagusnya film pertamanya. Ekspteasi hanya tinggal eksptasi. Untuk plot cerita sangat mudah bagi kita yang sudah menonton serie-seri sebelumnya bahwa Spiral memakai pola yang sama dari film kedua sampai ke-8. Yang mebedakan hanya karakter dan motif jadi jika kamu mengharapkan plot cerita yang berbobot karena melihat trailernya yang seperti membawa arah film ini seperti sejenis film-film David Fincher, sebaiknya turunkan eksptasi kamu sejauh mungkin.

Spiral: From the Book of Saw masih memberikan visual yang manjadi ciri khasnya, mengeksploitasi bermacam-maacam jenis penyiksaan kepada korbannya. di tengah plot cerita. Jika memang bagian adegan penyiksaan dalam film-film Saw adalah bagian terfavorit kamu, maka Spiral akan banyak memberikan kamu kepuasan. Tetapi jika kamu salah satu yang mengharapkan ada sesuatu yang baru pada Spiral dibanding seri-seri sebelumnya, maka tidak akan ada yang menejutkan kamu. Bahkan ketika twist pada ending muncul, hal itu tidak akan mengubah posisi kamu yang sdang menopang dagu. Karena lagi-lagi pola seperti itu sudah kamu temui diseri-seri sebelumnya.

Secara keseluruhan Spiral; From the Book of Saw masih sama dengan seri-seri sebelumnya. Tidak ada yang baru. Akan memuaskan bagi penikmat adegan-adegan penyiksaan yang sudah ada sejak film kedua, dan sebaliknya untuk yang berekspetasi mendapatkan plot cerita yang baru atau berbobot. Dan saya termasuk dalam golongan yang kedua.


Overall 5/10

Tuesday, May 11, 2021

FACETRIX, ORIGINAL SERIES TERBARU DARI VIDIO YANG MENGGABUNGKAN DRAMA REMAJA DAN FANTASI



Vidio sebagai salah satu platform Over-The-Top (OTT) terkemuka di Indonesia bersama dengan Screenplay, kembali menghadirkan original series terbaru untuk menghibur para pecinta serial bergenre drama romantis yaitu ‘Facetrix’. Dibintangi oleh deretan artis muda berbakat Rebecca Klopper, Bastian Steel, Naufal Samudra, Oubrey Aulia, Ciquita Stralen, Dea Aditya dan Rafi Angkarana, series ‘Facetrix’ yang disutradarai oleh Ardy Octaviand akan tayang perdana pada 17 Mei 2021 dan episode baru hadir setiap hari Senin dan Jumat eksklusif hanya di Vidio.


Vidio Original Series ‘Facetrix’ menceritakan tentang kisah remaja bernama Molly (Rebecca Klopper) yang hidupnya berubah ketika ponsel kunonya menjadi ajaib; siapapun yang mengambil selfie bersama Molly menggunakan aplikasi FaceTrix di ponsel kuno itu akan jatuh cinta padanya. Berawal dari sering di-bully secara fisik di media sosial, Molly tiba-tiba menjadi sangat populer di sekolah dan berkencan dengan selebgram tampan di sekolahnya. Molly yang dulunya selalu merasa kurang percaya diri dan kurang populer lantas berubah jadi pribadi yang narsis dan terlalu menikmati popularitasnya.



Ray (Bastian Steel) sebagai sahabat Molly mencoba menghentikan Molly sebelum aplikasi FaceTrix itu semakin merusak kepribadiannya. Namun, Molly terlalu menikmati kepopulerannya, sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa ada bencana besar dalam hidupnya yang segera meledak ketika FaceTrix tidak bisa menolongnya lagi dan menuntut Molly untuk kembali menemukan kekuatan dirinya sendiri. Tidak hanya menyuguhkan kisah romansa anak muda, ternyata serial ini juga menyimpan pesan moral di dalamnya. Harapannya serial yang mengangkat tema self-love ini dapat memberikan pemahaman bagi para remaja bahwa tidak ada batasan untuk selalu mencintai diri sendiri dan menerima kekurangan yang dimiliki. Seperti yang diungkap Rebecca, pemeran Molly yang mengaku tertarik bermain di Facetrix karena ceritanya sangat unik. "Ini bukan drama cinta biasa, melainkan tentang arti cinta pada diri sendiri dan persahabatan, di series ini masalah keluarga juga diangkat. Aku tersentuh banget saat baca skenarionya bahkan sampai nangis pas reading. Ini yang membuat aku tertarik memainkan karakter Molly, si remaja jaman now yang ingin punya fantasi di sosial media," ungkap Rebecca.


Hal yang sama juga diutarakan oleh Bastian, cerita yang diangkat dalam FaceTrix sangat relevan dengan kehidupan sosial sehari-hari. "FaceTrix punya premis dan jalan cerita yang seru dan lucu. Di saat aplikasi ini muncul, Ray mulai gerah dengan perubahan sifat Molly. Di sinilah Ray berusaha mengembalikan Molly seperti dulu," kata Bastian. Series FaceTrix terdiri dari 10 episode dengan durasi pendek sekitar 15 menit per episodenya. Ve Handojo sebagai penulis skenario sekaligus produser kreatif. Wicky V. Olindo dari Screenplay Films sebagai produser. Para eksekutif produser terdiri dari Anthony Buncio dari Screenplay Films, Tina Arwin, Sutanto Hartono dan Hermawan Sutanto dari Vidio.



Episode pertama dan kedua “Facetrix” dapat disaksikan secara GRATIS di aplikasi Vidio, untuk menonton episode selanjutnya konsumen dapat berlangganan Vidio Premier Platinum mulai dari 15 ribu rupiah. Konsumen dapat mengunduh dan install aplikasi Vidio di smartphone Android dan iOS pada Apple Store atau Google Store serta dapat diakses juga melalui website www.vidio.com. Vidio juga menawarkan pengalaman baru untuk menyaksikan konten-konten eksklusif melalui berlangganan Vidio Premier. Vidio Premier adalah streaming service yang memudahkan audiens untuk menyaksikan seluruh tayangan premium di Vidio mulai dari Vidio Original Series, pertandingan olahraga dari berbagai bidang serta Serial dan Film Indonesia, Korea, Thailand, China, drama Korea, dan drama Thailand.








Wednesday, May 5, 2021

ULASAN: WRATH OF MAN


Kalau menyebut nama Jason Statham yang muncul di kepala kita pertama kali adalah film action. Ya Jason Statham dan film action sudah tidak bisa dipisahkan lagi. 23 tahun kariernya di dunia film sebagian besar membintangi film-film action. Tapi tahukah anda, awal karier Jason Statham justru membintangi film black comedy-criminal tanpa melibatkan porsi action sebagai daya jual utamanya. Film ynag dimaksud adalah Lock, Stock adn Two Smoking Barrels (1998). Film yang disutradarai oleh Guy Ritchie dan menjadi salah satu fim kriminal populer. Kerja sama Jason Statham dan Guy Ritchie berlanjut ke Snatch (2000) dan Revolver (2005). Dan sekarang setelah berselang 16 tahun sejak kerjasama di Revolver, Jason Statham dan Guy Ritchie kembali berkolaborasi dalam film yang sama. Dan untuk kali ini mereka berdua bekerja sama untuk film dengan action yang mendapat porsi jualan utamanya. Sebuah film remake dari film Perancis berjudul Cash Truck.

Wrath of Man bercerita tentang seorang penjaga baru Harry H Hill (Jason Statham) yang mepunyai kepribadian misterius dan liar di sebuah perusahaan keamanan penjaga keamanan truk lapis baja yang bertanggung jawab mengangkut dan memindahkan uang tunai jutaan dollar setiap minggunya. Sebuah pekerjaan yang beresiko sangat besar. H mengejutkan rekan kerjanya Boy Sweat Dave (Josh Harnett) dan pebimbingnya Bullet (Holt McCallany) ketika berhasil mencegah sebuah aksi perampokan dimana secara tak terduga dia memperlihatkan aksi dengan keterampilan yang sangat tinggi.

Tanpa diduga oleh rekan-rekan kerjanya, misteriusnya kepribadian H dikarenakan H mempunyai misi tersendiri. Misi untuk membalas dendam kematian putra satu-satunya pada sebuah perampokan truk baja pengangkut uang tempat dia bekerja. Tanpa mengetahui siapa orang yang menyebabkan kematian putranya, H merasa bekerja pada perusahaan penjaga truk pembawa uang tersebut bisa menjadi jalan dan mempertemukan H dengan pembunuh putranya. Berhasilkah H menemukan pembunuh putra dan membalaskan dendamnya? Jawaban yang diketahui dengan menonton filmnya.

Secara premis cerita tidak ada yang spesial dari Wrath of Man. Premis cerita tentang seseorang yang ingin membalas dendam karena kematian keluarga sudah banyak kita temukan dalam film action lainnya. Belum lagi Wrath of Man juga sebuah film remake dan jujur pertama kali lihat trailernya pun masih belum memancing minat yang cukup kuat untuk menonton. Namun nama Guy Ritchie nama sutradara yang sangat sayang dilewatkan begitu saja. Rasa penasaran apa yang ingin dia tampilkan dengan film yang dari trailer saja tidak terlihat seperti film-film dia biasanya.

Sejak menit pertama saya sudah mewanti-wanti apakah Guy Ritchie akan kehilangan kembali cita rasanya sebagai sutradara seperti yang kita lihat di Aladdin. Dan semua terjawab 2 chapter pertama filmnya. Ya, film ini dibagi beberapa chapter seperti yang kita temukan seperti film-film Quentin Tarantino. Yang terbiasa atau sudah menonton film-film Guy Ritchie akan terasa elemen-elemen ciri sutradara ini. Hanya saja untuk Wrath of Man menghilangkan porsi komedi. Dengan memasang Jason Statham sebagai aktor utamanya mungkin dimaksudkan untuk hal itu dan berhasil. Ritchie ingin sesuatu yang berbeda dengan filmnya tapi masih memasukan persona ciri khas penyutradarannya. 

Untuk porsi action sendiri masih memberi keseruan dan ketegangan, terutama dibagian chapter terakhir, sebuah action yang dikombinasikan dengan perampokan besar yang sering kita temui dalam film-film bertema heist movie. Secara keseluruhan Wrath of Man tidak memiliki yang istimewa untuk hal cerita, tetapi Guy Ritchie masih dapat meramunya menjadi sebuah tontonan yang menarik dan menghibur. Bukan yang terbaik dari sang sutradara tapi masih sangat worth it untuk ditonton. Film dengan cerita biasa ini akan semakin biasa saja jika seandainya bukan disutrdarai oleh Guy Ritchie seperti film-film action Jason Statham lainnya.


Overall: 7,5/10