Friday, August 22, 2014

ULASAN : LUCY




Karakter utama kita, Lucy (Scarlett Johansson) pada mulanya adalah seorang muda biasa yang sedang bersekolah di Taipei. Sebuah kebetulan yang buruk membuatnya langsung terseret ke dalam pusat pusaran masalah. Kemudian masih dalam segala kebingungan situasi dan miskomunikasi kultur bahasa, kita dipertemukan seorang Choi Min-Sik yang muncul ke depan layar dengan cara yang keren -- alias berdarah-darah, yah, jika kita berbicara karakter antagonis dengan aktor yang satu ini, kalian pasti mengerti seperti apa itu kerennya! Tidak lama berselang, tiba-tiba kemudian penonton dibawa masuk ke dalam kelas seorang dosen yang sedang mengajar. Di sinilah kita bertemu Morgan Freeman dengan presentasinya yang menarik tentang kinerja otak makhluk paling cerdas di dunia. Obrolannya menarik, walau saya sendiri tidak yakin apakah benar-benar mengerti tentang apa tepatnya hipotesis yang sedang ia bicarakan, namun ternyata adegan itu mencoba menjelaskan secara ilmiah bagaimana prosedur "penciptaan manusia super" yang akan kita saksikan dari karakter Lucy.  Rasanya baru kali ini ada yang menerangkannya sampai sedetil itu, biasanya di film-film seperti ini hanya sekedar menampilkan visual DNA si calon super yang terkontaminasi dan berubah warna, dangkal sekali. Film ini bahkan menampilkan berbagai cuplikan video a la Discovery Channel yang begitu majestic sebagai pendukung topik. Jadi pada umumnya film ini bisa dikatakan tersusun dari beberapa macam materi dengan tema pilihan yang sejalur yang kemudian digabungkan secara selang-seling. Tentang Lucy yang malang, Morgan Freeman yang sedang mengajar, dan cuplikan-cuplikan video Discovery Channel! Cukup absurd dan ini nyaris menyerupai sebuah tayangan random yang kehilangan arah, nyaris saja. Gaya penceritaan sutradara Luc Besson yang nyentrik dan sedikit absurd di sini begitu terasa, mengingatkan kita pada The Fifth Element dengan Mila Jokovich yang di sana juga banyak kebingungan.



Saya suka dengan performa Johansson ketika ia mederita disiksa dan kebingungan secara mengibakan pada awal film, setelah mengalami turning point ia malah menjadi seperti si agent super Black Widow yang sudah bosan terhadap dunia. Dan soal Morgan Freeman,  kharisma aktor senior ini memang selalu menawan. Menyaksikan ia yang sedang menemukan wujud sains secara nyata itu  seperti memberi kita harapan dunia yang baru dari balik sebuah jendela. Sayanga saya sedikit tergelincir akan harapan dengan karakter yang dibawakan Choi Min-Sik yang seperti hanya ditampilkan bagian kulitnya saja. Jika hanya untuk memerankan karakter antagonis sebatas itu rasanya memperkerjakan ia adalah pemborosan.

Film ini bisa menjadi salah alamat apabila calon penonton mengharapkan banyaknya rentetan laga yang spektakuler,  pun sebaliknya jika menginginkan cerita yang lebih "berat bergizi" sebetulnya masih kurang bobotnya juga. Meski demikian, bagian paling menarik yang saya temukan adalah ide mengenai kinerja otak manusia yang menjadi isu teknis dalam cerita, dan cara mereka menekan fakta ilmiah tersebut hingga batas paling akhir dan menyentuh level  'fiksi', dan kemudian dengan leluasa mereka mengemas semua potensi di luar nalar logika itu secara entertaining dengan banyak bantuan bumbu efek visual komputer.  Lucy akan tayang midnight pada Sabtu 23 Agustus dan tayang secara luas pada 27 Agustus 2014.
(Ipan)

Subscribe to this Blog via Email :