Saturday, April 23, 2016

ULASAN : SUPERDIDI



Tema film yang mengangkat seorang ayag dan anak bukanlah sebuah tema cerita yang tidak jarang muncul dalam sebuah film, dalam negeri maupun dalam negeri. Lewat hal ini kita bisa menyimpulkan jika tema film seperti ini akan selalu menarik diceritakan. Hal itulah yang kembali coba diangkat oleh “Superdidi” yang menceritakan tentang seorang ayah yang merawat 2 anaknya ditengah kesibukannya yang sangat padat. Yang menarik dari film produksi Multi Didi Film ini adalah film yang menceritakan tentang ayah ini disutrdarai oleh 2 sutradara wanita, Hadrah Daeng Ratu dan Adis Kayl Yurahmah.



Superdidi menceritakan Arka (Vino G Bastian) seorang arsitek muda yang harus merawat kedua putri kecilnya sendirian karena istrinya Wina (Karina Nadila) terpaksa keluar negeri selama 2 minggu. Siapa sangka, merawat 2 anak kecilnya lebih terasa sulit dari pada pekerjaan-pekerjaan Arka yang ada dikantor yang juga dikejar deadline. Kehadiran Oma Sayang (Ira Maya Sopha) dan Opa (Mathias Muchus) serta Mbak Ami (Tizza Radia) yang diharapkan bisa membantu Arka ternyata malah membuat semuanya makin kacau. Sepanjang film kita akan melihat Arka kesulitan dan kekonyolan Arka dalam merawat 2 putrinya Anjani (Anjanique Renney) dan Velia (Aviela Reyna) dimulai dari terpaksa harus nonton film Frozen, bertemu dengan ibu-ibu orang tua dari teman anak-anaknya sampai menjalin pertemanan baru dengan genk PEMBAJAK (Perhimpunan Bapak-Bapak Jaga Anak).





Ini bukan pertama kalinya kita melihat Vino G. Bastian yang berperan sebagai ayah yang merawat anaknya seorang diri. Sebelumnya kita bisa melihat penampilannya dalam Tampan Tailor yang meskipun kurang berhasil menjaring banyak penonton, dalam Tampan Tailor bisa dibilang adalah salah satu penampilan terbaik Vino G Bastian dalam film-filmnya. Dengan acuan seperti itu, peran sebagai ayah dalam Superdidi yang memiliki cerita lebih ringan dari pada Tampan Tailor seperti tidak menemui kendala bagi Vino G Bastian untuk memerankan Arka. Film ini malah mempunyai nilai lebih lebih pada pemeran-pemeran pembantunya yang berhasil dimaksimalkan oleh duet Hadrah dan Adis. Semua karakter-karakter pembantu dalam film ini tidak ada yang percuma. Dimulai dari karakter Karina Nadilla, Ira Maya Sopha, Joe P-Project, Mike Lucock dan terlebih Mathias Muchus, siapa sangka aktor senior yang lebih sering kita temui dengan karakter-karakter seriusnya ternyata bisa memerankan karakter komikal yang berhasil memancing penonton tertawa dalam setiap kemunculannya dalam film, hal yang belum pernah kita temui di film-film Mathias Muchus sebelumnya.



Dengan cerita yang ringan yang memang diperuntukan untuk keluarga, Superdidi adalah tontonan yang sangat mudah dicerna, bahkan untuk anak-anak sekalipun. Hampir setiap adegan komedi yang ditampilkan akan membuat penonton tertawa. Yang sangat terasa berlebihan ada pada dramanya terasa sangat didramatisir dan penyelesain akhir film yang terasa klise. Tetapi setidaknya hal itu tidak akan terlalu kita ingat setelah keluar bioskop.



Seperti yang sudah disinggung diatas, tema seorang ayah dan anak bukanlah sebuah tema yang jarang kita temui. Tetapi sedikit berbeda kasusnya dengan Superdidi, film yang bertema keluarga seperti ini belum ada kita temui selama tahun 2016 yang mana film-film lokal kita memasuki bulan ke-4 ini masih diramaikan fim-film dengan konten untuk usia remaja keatas. Hadirnya Superdidi bisa memberi ruang baru alernatif tontonan kita dengan keluarga.

Subscribe to this Blog via Email :