Saturday, October 7, 2017

ULASAN: BLADE RUNNER 2049






Blade Runner 2049 adalah film sekuel yang melanjutkan cerita secara langsung dari apa yang terjadi dalam dunia di film pendahulunya yang dibuat oleh Ridley Scott pada tahun 1982, Blade Runner. Bersettingkan tiga puluh tahun sejak peristiwa di film pertama, 2049 menceritakan seorang petugas kepolisian bernama K (Ryan Gosling) menyelidiki sebuah kasus lama yang berpotensi memicu konflik besar. Dalam dunia di masa depan yang suram di mana manusia buatan (replicant) mencadi pekerja industri yang kemudian harus dimusnahkan, petugas K harus melakukan penelusuran yang kemudian mempertemukannya dengan Rick Deckard (Harrison Ford), yang dulunya juga pernah memiliki pekerjaan yang sama dengan K.



Film ditulis oleh Hampton Fencher yang juga sebagai penulis naskah film pendahulu, bersama dengan Michael Green (Logan, alien Covenant), dan disutradarai oleh Denis Villeneuve yang kembali menggarap genre sci-fi setelah kesuksesan Arrival pada tahun lalu. Komposer musik ditangai oleh Johan Johansson, Hans Zimmer dan Benjamin Wallfisch. Divisi sinematografi ditangani oleh sang legendaris Roger Deakins dan Ridley Scott sendiri juga masih terlibat kali ini sebagai executive producer. Melihat orang-orang yang bekerja di balik proyek film ini membuat saya optimis membumbung tinggi dan pada akhirnya film memang tidak mengecewakan!



Blade Runner yang dibuat 35 tahun lalu pada awalnya tidak mendapatkan perhatian yang cukup besar saat perilisan namun kemudian mendapatkan status sebagai film cult. Dengan pacing ceritanya slebor, dan penggambaran dunia masa depan yang futuristik namun retro, hingga sekarang banyak dianggap sebagai salah satu film sci-fi terbaik dan paling berpengaruh. Pada sekuelnya ini unsur yang menjadi ikonis pada film originalnya tersebut tetap dirasakan bahkan digarap dengan lebih matang lagi, ya, Blade Runner 2049 adalah contoh langka dari sebuah sekuel yang melampaui kualitas pendahulunya!



Sutradara Denis Villeneuve merupakan pilihan yang terbaik untuk proyek film ini. Melalui Arrival kita menyaksikan kisah sci-fi dengan penuturan cerita yang merangkak lambat (slow-burning), dan penuturan seperti itu adalah paling cocok diimplementasikan untuk melanjutkan kisah dalam dunia dystopia ini sebagaimana dengan pacing film terdahulu. Blade Runner 2049 juga mengalir dengan lambat, namun sangat dirasakan ambisius di setiap rangkaian segmennya. Film ini menghadirkan sebuah kelanjutan yang sesuai dengan apa yang semestinya terjadi dalam universenya, tidak berusaha terlalu keras menjadikannya sebagai tontonan yang 'berjodoh' dengan ekspektasi penonton secara umum di zaman sekarang. Ketika menyaksikan film ini, saya merasakannya sebagai sebuah sekuel yang memang terjadi setelah 30 tahun kemudian, bukan sebagai sekuel sekaligus sebagai reboot yang dibuat pada 30 tahun kemudian yang menelantarkan esensi pada film terdahulu, baik itu dari segi cerita, apalagi visual.



Bicara soal visual, bagi yang menggemari genre sci-fi dijamin akan langsung dibuat berdecak kagum sejak shot-shot pertama pada adegan pembuka film. Roger Deakins kembali menghadirkan bingkaian visual yang sangat cantik dan bergaya. Setting lokasi tidak dibuat terlalu melenceng dengan gambaran masa depan dalam universenya, tampak futuristik namun sesuai dengan visioner yang diciptakan pada film terdaulu, jadi film ini tidak dibikin latah untuk terlalu bersolek karena godaan teknologi pembuatan visual sekarang yang tentu sudah jauh lebih canggh dari masa ketika film terdahulu dibuat. Scoring film pun juga dibikin masih dengan satu tematik dengan verssi original. Untuk para aktor, Ryan Gosing dan Harrison Ford bermain dengan baik di sini.



Blade Runner 2049 berdurasi 2 jam 43 menit, ini cukup panjang. Dengan pacing cerita yang lambat, film akan cukup sulit dinikmati penonton secara luas. Namun dengan semua kualitas terbaik yang dirangkum di sempanjang film, saya pikir film ini tentu sangat layak ditonton dibioskop dengan sistim audio-visual terbaik.

(By Arief Noor Iffandy)

Subscribe to this Blog via Email :