Wednesday, December 13, 2017

ULASAN: FERDINAND





Ferdinand merupakan film animasi keluaran BlueSky Studio dan 20th Century Fox Animation dan disutradarai oleh Carlos Saldanha (Rio 2, Ice Age Collision Course). Film disuarakan oleh John Cena, Kate McKinnon, mengadaptasikan buku anak-anak klasik berjudul The Story of Ferdinand. Bercerita tentang seekor banteng bernama Ferdinand yang sedari kecil tidak memiliki kemauan untuk mengikuti tujuan hidup sebagaimana seekor banteng biasanya, yaitu menjadi sang juara dalam arena adu banteng Spanyol.



Secara garis besar kisah film ini mengingatkan saya dengan Coco yang juga baru-baru dirilis, yaitu perjuangan karakter yang tidak mau mengikuti tradisi. Tidak diceritakan mengapa Ferdinand memiliki ketertarikan yang berbeda dengan para banteng lainnya, di peternakan, ia langsung diperkenalkan sebagai karakter yang dibully karena dianggap tidak tangguh, dan malah memiliki obsesi pada bunga. Dengan premis seperti ini, film ini rupanya menuturkan sepanjang cerita dengan formula yang sudah cukup sering ditemukan dalam film animasi sehingga tidak memberikan kesan yang solid, minim improvisasi.



Sebagai sebuah tontonan untuk keluarga dan anak-anak, film ini masih memiliki banyak untuk tetap menghibur. Karakter yang dibuatpun juga banyak yang lucu-lucu. Anak-anak pasti akan suka. Seekor banteng yang biasanya dikenal garang dan dengan posturnya yang besar mengintimitasi, di sini dibuat menggemaskan. Selain Ferdinan (disuarakan oleh John Cena) yang menjadi fokus utama cerita, juga terdapat seekor kambing bernama Lupe (Kate McKinnon) yang paling sering tampil konyol. Terdapat dua kelompok karakter sampingan yang ikut menjadi pemeriah di sepanjang film. mereka adalah kelompok tiga ekor landak pencuri yang kemudian menjadi kawan. Walaupun hanya menjadi karakter pendukung tapi kawanan landak ini yang paling banyak berperan sebagai 'teknisi' dalam penggerak cerita, mengingatkan kita dengan kawanan penguins dalam seri Madagascar. Kemudian kelompok yang satunya, adalah kawanan kuda narsistik yang suka membully dari kandang sebelah. Menurut saya kelakuan para kuda ini lebih ampuh mengundang tawa ketimbang para landak yang terkessan ingin menjadi seperti The Penguins-nya Madagascar tapi malah gagal lucu.



Bagian yang paling menarik bagi saya dalam sebuah film animasi keluarga seperti ini adalah pesan subliminal yang terdapat lebih jauh dibalik setiap pelajaran-pelajaran yang menjadi 'highlight' yang dianggap lebih family-friendly. Terdapat momen dalam film ini dimana karakternya (para banteng) dihadapi dilema antara pilihan hidup yang buruk, atau lebih buruk, dan ini menjadi menarik untuk mengikuti bagaimana film menjaga alur cerita tetap berada dalam jalurnya yang terang dan jenaka. Sebetulnya ini merupakan singgungan cerita yang terlalu kelam untuk disuguhkan pada anak-anak tapi hey, tidak perlu khawatir karena tentu semua sudah dibuat dengan lucu menggemaskan dan pesan suramnya hanya sebatas secara tersirat.



Film ini bisa meningkatan kepedulian kita terhadap hewan -terutama pada anak agar lebih mencintai hewan, bahkan hewan yang selama ini hanya diangap sebagai ternak yang siap untuk dijagal kemudian menjadi santapan. Entah film ini juga memiliki agenda subliminal lainnya yaitu mengkampanyekan berhenti memakan daging dan beralih menjadi vegetarian... Apapun itu, saya sangat mendukung bahwasaja film ini menyuarakan pesan yang menentang penyelenggaraan acara adu banteng di Spanyol yang sudah lama menjadi kontroversi. Apakah acara yang begitu kejam dan tidak jarang menimbulkan korban baik itu bagi banteng apalagi manusia sendiri, masih patut diselenggarakan demi demi sebuah tradisi? Film ini menyuarakan pertanyaan ini dengan halus dan berimbang, menghibur sebagai tontonan keluarga/anak-anak, namun cukup lantang untuk dapat dipahami pesannya bagi penonton dewasa.

(By Arieffandy)

Subscribe to this Blog via Email :