Thursday, May 17, 2018

ULASAN: DEADPOOL 2




Kesuksesan Deadpool pada tahun 2016 lalu benar-benar mebawa angin segar untuk film bertema superhero. Dosa besar menjadikan Deadpool sebagai villain utama lewat Wolverine Origins sudah dibayar tuntas lewat film Deadpool pertama. Selain itu, lewat Deadpool juga mendobrak rating film bertema superhero selama ini. Lewat rating R (Restricted/Untuk 17 tahun keatas) bisa mendulang keuntungan besar untuk pemasukan jika memang dikemas dengan baik. 2 tahun setelah film pertamanya, sekarang hadirlah sequelnya. Jika di film pertama filmnya sangat terbatas budget, untuk film kedua ini pihak studio menggelontorkan banyak dana agar sequel ini akan jauh lebih baik dari film pertama. Lalu bisakah Deadpool 2 disebut sequel yang lebih baik dari film pertamanya ?



Wade Wilson (Ryan Reynolds) baru saja mengalami kehilangan besar dalam hidupnya. Dalam keputusasaan-nya mempertemukannya dengan mutant berumur 14 tahun Russel/Firefist yang mempunyai kekuatan besar yang diincar Cable (Josh Brolin) dari masa depan. Wade pun melindungi sang mutant. Untuk melindunginya, Wade lalu membentuk sebuah tim bernama X-Force yang beranggotakan Deadpool sendiri, Domino, Negasonic Teenage Warhead, Colossus, dan Bedlam.


Perpindahan kursi sutradara dari Tim Miller ke David Leitch (John Wick, Atomic Blonde) sangat terasa pada unsur laganya. Dengan jejak rekam Leitch lewat genre film laga, saya pastikan action dan laga Deadpool 2 lebih terasa 'wah' dari pada film pertamanya. Budget produksi yang dinaikan pihak studio tidak disia-siakan tim kreatif. Mulai adegan ledakan sampai adegan final yang seru adalah bukti sahihnya.


Jika semua adegan action dan laga tak perlu dipertanyakan lagi, lalu bagaimana dengan cerita ?. Well, cerita tetaplah yang menjadi daya tarik utama Deadpool 2 yang mencoba mengangkat sisi lain dari Deadpool. Meskipun film ini tergolong untuk dewasa, seperti yang dijelasakn oleh Wade dipembuka narasi pembuka, jika Deadpool 2 adalah film keluarga. Dan itu bukan hanya isapan jempol belaka. Walaupun memang agak terasa aneh untuk anti-hero yang urakan seperti Deadpool berkeluarga.


Seperti film pertama, interaksi Deadpool pada penonton masih menjadi daya tarik utama. Hal yang tidak akan bisa diikuti film superhero Marvel atau DC Comics dalam bentuk live action. Ryan Reynolds masih sangat diberi kebebasan untuk mengomentari segala hal yang akan memancing penonton tertawa. Refrensi pengetahuan pop culture penonton akan terlihat sebanyak apa tertawa. Terlebih jika refrensi itu mengenai film superhero lainnya. Semakin sedikit tertawa, berarti kamu harus banyak menonton film lagi.


Dengan kegilaan yang disajikan Deadpool 2, rasanya kita tidak akan bosan jika nanti akan ada Deadpool 3 atau Deadpool 4 karena kebebasan dan keluasaannya dalam penulisan skenarionya. Masih memakai ramuan film pertama, tapi tetap sangat menghibur dengan bonus action yang jauh lebih besar. Dan after credit scene-nya ? after credit scene terbaik yang pernah ada dalam film bertema superhero.

Subscribe to this Blog via Email :