Friday, July 26, 2019

ULASAN: UKA-UKA THE MOVIE





Uka-Uka merupakan segmen uji nyali dari acara Reality Show mistis yang cukup terkenal di tahun 2000-an berjudul Gentayangan, acara ini dibawakan oleh mendiang Torro Margens yang tayang di stasiun TPI. Acara ini senantiasa menampilkan penampakan-penampakan di setiap episodenya yang dilatarbelakangi oleh kisah mistis dari legenda urban atau kisah angker tempat lokasi syuting episodenya. Melihat kepopuleran acara tersebut maka Max Pictures mengangkat acara ini menjadi film layar lebar berjudul Uka – Uka The Movie: Nini Tulang dengan menampilkan Nini Tulang. Nini Tulang sendiri merupakan mitos atau cerita legenda daerah yang berwujud nenek tua dengan kondisi kaki sebelah putus akibat amputasi dan berjalan terseok-seok. Film ini diproduksi oleh rumah produksi Max Pictures dan disutradarai Ubay Fox. Ide film ini sebetulnya sudah ditawarkan cukup lama oleh produser sekaligus sutradara program Gentayangan, Harris D Cinnamon namun baru sekarang film ini bisa dirilis setelah menemukan formula yang pas dan didukung oleh para cast yang juga adalah pemeran pendukung di film Dilan agar bisa diterima di kalangan milenial. Film Uka – Uka The Movie: Nini Tulang ini akan rilis di seluruh bioskop Indonesia pada tanggal 25 Juli 2019 yang akan datang.



Mengusung genre horor-komedi, film ini bercerita tentang seorang mahasiswi, Selly (Steffy Zamora) yang mencoba ikut acara Uka-Uka dilatarbelakangi karena tantangan temannya Karin (Yoriko Angeline). Selly menerima tantangan tersebut karena dirinya tidak percaya hal-hal yang berhubungan dengan supranatural dan menganggap semua yang terjadi dalam acara Uka-Uka adalah rekayasa belaka. Meski Selly sudah dilarang oleh pacarnya Rama (Gusti Rayhan) tapi Selly tetap bersikeras untuk ikut karena dirinya ingin sekaligus membuktikan bahwa hantu itu tidak ada dan acara Uka-Uka tidak lebih dari settingan saja. Maka dengan ditemani Rama, Karin, pacar Karin, Doni (Debo Andryos), dan sahabat mereka, Eja (Reza Aditya), Selly bergegas menuju lokasi uji nyali yang sudah disiapkan tim Uka-Uka. Sebelum acara dimulai, tim acara Uka-Uka sudah berpesan untuk tidak mengucapkan kata terlarang yang menantang kehadiran Nini Tulang. Selly tidak menggubris larangan tersebut yang berakibat malah membawa Selly dan teman-temannya ke dunia astral. Akankah Selly berhasil menyelamatkan diri bersama teman-temannya dari teror Nini Tulang? Premis cerita yang ingin dibawakan film ini tetap berfokus pada tema horor dengan selipan komedi situasi sehingga nuansa mistis tetap terasa dominan dalam film ini. Mendiang Torro Margens yang sudah lekat dengan acara Gentayangan dan mendiang Saphira Indah juga turut bermain terakhir kali sebagai paranormal dalam film ini. Dari sisi cerita tidak ada yang baru karena alurnya simpel dan mudah ditebak namun alur cerita film ini tetap terjaga konsistensinya lewat penempatan adegan horor dan komedi yang pas dan bisa menjaga mood penonton. Adegan jump scare yang ditampilkan diletakkan di momen yang tepat sehingga cukup membuat kaget penonton. Film ini juga mencoba menampilkan sisi romantis antara Selly dan Rama namun tidak terlalu berhasil akibat chemistry yang terbangun kurang dapat dirasakan penonton. Komedi dalam film ini lebih kepada komedi situasi yang tercipta lewat dialog para pemainnya yang cukup berhasil memancing tawa dan mengurangi rasa tegang penonton ketika menonton.


Setting Goa Belanda cukup membantu terciptanya suasana angker dan horor dalam film ini walau dari sisi sinematografi tergolong biasa saja. Sebetulnya karakter Nini Tulang punya potensi untuk digali lebih mendalam tentang mengapa akhirnya dia mati gentayangan dan apa yang membuatnya membenci manusia ketimbang penjelasan lewat adegan flashback tanpa narasi sama sekali. Hal ini membuat penonton kurang terhubung dengan karakter Nini Tulang dan teror yang ditimbulkannya. Dari sisi pemain, ada beberapa momen yang memperlihatkan akting Gusti Rayhan maupun Steffi masih terlihat kaku dan canggung. Karakter Torro Margens juga kurang dimanfaatkan maksimal selain sebagai ikon acara Uka-Uka saja. Akting pemain lainnya cukup standar dan tidak begitu memorable. Kurangnya eksplorasi karakter juga membuat film ini kurang membekas di benak penonton.



Negeri kita punya banyak mitos dan legenda yang terkait supranatural yang tidak kalah dengan negara Asia lainnya seperti Jepang, Korea, maupun Thailand. Sebetulnya cerita film horor yang terinspirasi dari mitos urban sudah banyak dan menjadi komoditas utama horor di negeri kita namun sangat sedikit yang punya cerita mendalam dan berkualitas. Tantangannya adalah bagaimana menciptakan cerita yang menarik dan tidak hanya mengandalkan efek kaget saja. Semoga sineas perfilman di negeri kita bisa lebih kreatif dalam mengembangkan cerita horor dan tidak memakai formula usang yang itu-itu saja.


Overall : 6/10

(By Camy Surjadi)


Subscribe to this Blog via Email :