Thursday, October 10, 2019

ULASAN: GEMINI MAN




Pernahkah anda terpincut oleh suatu trailer film action yang terlihat sangat keren dan menjanjikan, dari cuplikan aksi-aksi yang ditampilkan dan cast yang akan bermain anda sudah memiliki ekpektasi bahwa film tersebut harus anda tonton karena cukup memukau dan membuat penasaran. Nah kira-kira hal tersebut yang terjadi ketika anda menonton film Gemini Man ini. Apa yang ada di benak anda tampak sangat berbeda ketika disaksikan. Dilabel dengan genre action thriller, film ini ternyata ide awal pembuatannya sudah berkeliaran sejak tahun 1997 namun sempat mengalami kebuntuan 20 tahun lamanya. Hingga akhirnya pada Oktober 2017 Ang Lee didapuk menjadi sutradara setelah hak cipta film ini dibeli oleh Skydance Pictures dan distribusinya dipegang oleh Paramount. Film ini dibintangi oleh Will Smith, Mary Elizabeth Winstead, Clive Owen, dan Benedict Wong. Untuk screenplaynya sendiri ditulis oleh David Benioff (GoT), Billy Ray (Volcano), and Darren Lemke (Shrek Forever After; Lost). Gemini Man dirilis di bioskop AS pada tanggal 11 Oktober 2019 dan akan dirilis di Indonesia pada 9 oktober 2019.



Gemini Man bercerita tentang Henry Brogan (Will Smith), seorang pembunuh bayaran terlatih serupa anggota Black Ops (detail organisasi tidak pernah disebutkan dengan jelas sepanjang film) yang ingin pensiun setelah menyelesaikan misi terakhirnya. Dalam misi terakhirnya Henry diperintahkan membunuh target dalam kereta super cepat, targetnya berhasil dibunuh oleh Henry walau meleset dari kepala tapi mengenai leher targetnya. Hal tersebut terjadi karena ada gadis kecil yang sempat mendekati targetnya. Semenjak itu Henry merasa dihantui dan memutuskan untuk berhenti. Dalam proses pengurusan pensiunnya, Henry berkenalan dengan Danny (Mary Elizabeth Winstead) di galangan kapal dan bertemu dengan kawan lamanya Jack (Douglas Hodge) yang memberitahu bahwa target dalam misi terakhir yang dibunuhnya adalah orang yang tidak bersalah. Henry lalu mengatur pertemuan dengan informan Jack yang bernama Yuri (Ilia Volok) untuk memastikan hal tersebut.



Agensi yang menugaskan Henry mengetahui pertemuan tersebut dan berusaha melenyapkan Henry karena telah mengetahui fakta yang seharusnya tidak boleh diketahui. Henry pun bergegas menyelamatkan Danny karena ternyata mereka berdua sekarang menjadi target agensi mereka. Henry dengan mudah menghabisi semua agen yang ditugaskan untuk melenyapkan mereka dan bersama Danny mereka pergi ke arah timur mencari kawan lama Henry yaitu Baron (Benedict Wong). Bersama Baron mereka berusaha mencari Yuri untuk mencari kebenaran dari situasi yang mereka hadapi. Sementara itu Clay Varris (Clive Owen) mengaktifkan program Gemini dengan tujuan untuk menghabisi Henry karena dia meyakini hanya proyek Gemini yang mampu menandingi kehebatan Henry. Dalam misi bertemu Yuri, Henry bertemu dengan pembunuh yang diutus Clay Varris yang belakangan diketahui bernama Junior (Will Smith). Henry kewalahan dan sekaligus kebingungan karena Junior memiliki penampilan yang mirip namun lebih muda dan kehalian yang sama hebatnya dengan Henry. Berbekal tes DNA dari sampel hasil konfrontasinya dengan Junior, Henry menemukan fakta mengejutkan bahwa Junior adalah klonnya yang lebih muda sekaligus fakta bahwa target terakhirnya terkait erat dengan proyek Gemini. Bersama Danny dan Baron, mereka bertiga berusaha menghentikan Clay Varris dan proyek Gemini sebelum Junior yang memiliki kehebatan sama seperti Henry menghabisi mereka terlebih dulu.



Seperti yang sudah saya sampaikan di awal, film ini sama sekali tidak menarik karena semuanya serba tanggung, porsi drama dan aksi dalam Gemini Man membuat kita bertanya-tanya mau dibawa ke mana arah film ini. Seandainya film ini berfokus ke drama saja ataupun aksi saja, hasilnya mungkin akan berbeda. Ang Lee adalah sutradara yang piawai dalam film bertema filosofis dan drama kehidupan tetapi nampaknya spesialisasi Ang Lee tersebut tidak dimanfaatkan dengan optimal dalam aktualisasi cerita film ini, kesalahan tidak sepenuhnya berada di tangan Ang Lee, naskah cerita yang buruk juga menjadi penyebabnya. Selama berjalannya film berdurasi 117 menit ini, terlihat momen aksi dan drama tidak dibangun dengan solid untuk menunjang cerita, cerita yang awalnya sudah dipenuhi dengan adegan aksi yang cukup memacu adrenalin tiba-tiba bisa menjadi drama penuh dialog di tengah-tengah hingga menjelang penghujung cerita, upaya membangun momen klimaks seakan menjadi sia-sia. Aksi-aksi yang ditampilkan bisa dibilang cuma adegan pelengkap yang mungkin tidak diperlukan jika ingin menampilkan konflik batin antara tokoh utama dan klonnya yang tidak ingin saling membunuh. Tidak dijelaskan dengan jelas juga mengapa Junior sang klon tiba-tiba memiliki keraguan dan kesadaran moral, bahkan detil proyek Gemini pun tidak dieksplorasi selama film ini. Satu-satunya petunjuk adalah pernyataan Clay bahwa dia terinspirasi memiliki banyak prajurit seperti Henry yang tidak memiliki emosi/ keraguan dan bisa diperintah sesuai keinginan yang akan sangat membantu militer AS. Jika di beberapa film dengan premis yang mirip terasa dualisme yang saling bertolak belakang antara klon dan tokoh aslinya di mana salah satunya berkarakter sangat jahat, sebut saja Replicant (Van Damme, 2001), maka keputusan untuk membuat klon yang punya ambiguitas moral menjadi bumerang tersendiri dalam Gemini Man.



Dari segi cast, Will Smith nampak berusaha keras menghidupi kedua karakternya baik versi muda maupun versi dewasanya namun naskah cerita yang kurang baik membuat penjiwaan dan eksplorasi karakter Junior terlihat janggal. Sebagai Henry, motivasi yang mendorong tindakannya jelas namun sebagai Junior dengan backgroundnya yang kabur, saya sebagai penonton menjadi bingung mengapa karakternya seperti mudah disetir dan terbawa situasi ketika berhadapan dengan versi dewasanya, Henry. Mary Elizabeth Winstead hanya menonjol pada beberapa bagian dalam film ini namun sebetulnya dia bisa tampil lebih dari itu sedangkan Benedict Wong terlihat sebagai “third wheel” / pelengkap saja yang sangat minim dieskplorasi. Clive Owen tampil mengecewakan di sini karena perannya sebagai pimpinan organisasi Black Ops dan pencetus proyek Gemini tidak mengintimidasi sama sekali, ingin tampil sebagai karakter antagonis multidimensi tapi akhirnya terkesan sebagai tukang gertak saja.



Sinematografi dan efek visual dalam film ini diharapkan menjadi komponen “Wow” karena film ini dishot dengan format 3D dengan resolusi 4K dan 120 FPS. Efek visualnya pun ditangani oleh Weta Digital. Komponen yang digadang-gadang menjadi pemicu kekaguman adalah melihat Will Smith berusia 51 tahun berinteraksi secara ‘real time’ dengan versi mudanya yang berusia 23 tahun. Namun efek spektakuler ini terkesan mubazir ketika saya menyaksikan cerita yang ditampilkan karena tidak banyak adegan dalam film yang memanfaatkan efek 3D demikian pula resolusi dan frame rate yang tinggi terlihat agak berlebihan setelah menonton cerita yang serba tanggung ini. Ada beberapa adegan yang terlihat bahwa klon Will Smith adalah bantuan efek digital. Penggunaan set lokasi di Savannah, Budapest, dan Cartagena murni hanya untuk efek sinematografi agar lebih beragam dan memanjakan mata. Padahal tidak akan ada masalah jika hanya berfokus di satu negara saja.



Gemini Man mencoba menampilkan isu rekayasa genetika dan kloning serta bahayanya jika digunakan sebagai senjata dalam militer. Ang Lee mencoba mendramatisasi hal ini lewat konflik etis dan dilema yang dialami oleh sang klon dan individu aslinya. Namun pendekatannya dengan menggabungkan genre drama dan aksi dengan porsi yang tidak pas menjadikan pesan moral film ini tidak tersampaikan dengan efektif. Sebagai penonton saya tidak bisa menangkap kegelisahan sang tokoh utama dan level bahaya yang ditampilkan lewat aspek kloning terhadap khalayak ramai karena film ini hanya berpusat pada Henry, Junior, dan Danny serta Clay sebagai bayang-bayang sepanjang film. Kloning sebagai ancaman dalam dunia militer terhadap keamanan atau perdamaian global nyaris tidak pernah ada dalam film ini. Film ini lebih terlihat sebagai balas dendam Clay terhadap Henry dengan memakai teknologi kloning ketimbang menunjukkan konflik besar yang seharusnya bisa digambarkan lewat cerita film Gemini Man ini.

Overall: 6/10 

(By Camy Surjadi)



Subscribe to this Blog via Email :