Friday, December 20, 2019

ULASAN: IMPERFECT 'KARIER, CINTA DAN TIMBANGAN'



Seperti sudah menjadi agenda akhir tahunan, menonton film terbaru yang disutradarai oleh Ernest Prakasa  seperti menjadi sebuah kebiasaan untuk kita yang sudah terlanjur jatuh cinta dengan film-film sang komika ini yang mempunyai ciri khas tersendiri dalam film-filmnya. Dan lewat film terbaru ini Ernest menantang dirinya sendiri mencoba sesuatu yang baru, yaitu mengadaptassi novel kesebuah film. Memang iya Ernest sudah pernah melakukannya lewat Ngenest, tetapi itu adalah novel atau buku karya dia sendiri. Imperfect sendiri merupakan novel karya dari istri Ernest sendiri Meira Anastasia.



Imperfect bercerita tentang Rara (Jessica Mila) seorang gadis yang cerdas dan diandalkan di kantor yang mempunyai masalah berat badan. Body shaming adalah makanannya sehari-hari yang tidak hanya Rara dapatkan dilingkungan pekerjaan, tetapi juga lingkungan rumah datang dari teman-teman ibunya sendiri (Karina Suwandi) yang berkunjung dan bahkan membanding-bandingkannya dengan adiknya sendiri Lulu (Yasmin Napper) yang mempunyai penampilan jauh lebih menarik.



Rara cukup beruntung, meskipun selalu menghadapi hinan ataupun body shaming lainnya, dia memiliki sahabat seperti Fey (Shaarefa Danish) dan pacarnya Dika (Reza Rahadian) yang tidak memperdulikan berat badan dan penampilan Rara. Hal yang tidak membuatnya tertekan itu mulai berubah ketika atasan barunya di kantor Kelvin (Dion Wiyoko) yang bisa memberikan promosi jabatan kepada Rara asalkan Rara bisa merubah penampilannya jauh lebih menarik. Sesuatu hal yang bisa disanggupi oleh Rara tersebut perlahan juga merubah sikap Rara pada orang-orang yang disayanginya.



Seperti yang sudah disinggung diatas, isu body shaming adalah tema yang diangkat dalam Imperfect ini. Yang awalnya saya mengira Ernest tidak akan selepas alam film-film sebelumnya. Terlebih sentral karakternya ada pada wanita seperti 'Susah Sinyal'yang terlihat Ernest belum bisa memaksimalkan faktor ini. Susah Sinyal sendiri merupakan karya Ernest paling lemah versi saya. Jadi cukup beralasan saya tidak memasang eksptasi macam-macam pada Imperfect.




Dan untungnya prediksi saya film ini akan biasa-biasa saja salah besar. Ernest sudah jauh banyak berkembang setelah Susah Sinyal. Membahas isu body shaming sesuatu hal yang sangat sensitif, tetapi Ernest mengemasnya dengan menarik dan ringan dengan pesan yang cukup tersampaikan kepada penonton. Joke-joke yang mengenai body shaming yang didalangi oleh Muhadkly Acho sebagai comedy consultant berhasil membuat penonton tertawa tanpa menyinggunfisik ataupun isu yang sensitif di film ini.


Sementara untuk pemain, Jessica Mila layak diberikan kredit lebih karena mampu menyanggupi menaikan berat badannya sebanyak 10 kg untuk peran Rara. Sesuatu hal yang terbayar lunas dengan peforma Jessica Mila yang terlihat makin maksimal dengan lawan mainnya Reza Rahadian sebagai Dika yang membuat saya heran dengan penampilannnya disini dengan karakter mungkin akan biasa-biasa saja jika diperankan oleh aktor lain, tetapi lewat aktor satu ini karakter Dika tidak hanya sekedar penghias cerita saja, tetapi juga memberikan nyawa pada film ini. Adegan saat Dika meninggalkan Rara yang membujuknya untuk naik mobil dari pada naik motor adalah adegan terfavorit saya dari dua karakter ini.


Salah satu hal yang selalu menarik dalam film-film Ernest adalah pemeran-pemeran pembantunya yang memberi warna tersendiri. Untuk Imperfect sendiri ada pada 4 sekawan  penghuni kost milik Ibu Dika yang diperankan oleh Dewi Irawan. Dialog-dialog 4 sekawanan mengenai kekurangan atau masalah masing-masing selalu mengocok perut. Jikapun ada yang tidak menikmati drama film ini, minimal kamu akan terhibur dengan 4 kawanan ini. Satu-satunya minus yang sangat saya rasakan pada film ini adalah adegan pemakaman salah satu anggota keluarga Teddy (Ernest Prakasa) yang sangat dipaksakan ada.


Imperfect makin membuktikan sahihnya seroang Ernest sebagai filmaker yang karyanya akan selalu kita tunggu tiap tahunnya. Tanpa perlu diadakan jajak pendapat, jika dibandingkan dengan Raditya Dhika yang sama-sama berangkat dari seorang Komika menjadi sutradara, Ernest ada diatas seniornya tersebut.

Subscribe to this Blog via Email :