Teka-teki dan misteri merupakan dua hal yang wajib ada dalam film-film bergenre kriminal dan detektif tetapi cukup sulit menemukan judul film yang berkesan karena terkadang pemanfaatan kedua unsur ini tidak maksimal atau skrip ceritanya yang memang buruk dan tidak masuk akal dari awal. Jika anda suka dengan film-film misteri pembunuhan yang terinspirasi dari Novel Agatha Christie maupun Sir Arthur Conan Doyle dan mendambakan film misteri pembunuhan berkualitas maka anda tidak boleh melewatkan film Knives Out yang akan dirilis pada bulan Desember 2019 ini di layar bioskop Indonesia. Film yang bisa dikatakan sebuah masterpiece ini ditulis, disutradari, dan diproduseri oleh sutradara berbakat Rian Johnson yang belakangan dikenal publik lewat penyutradaraannya di Star Wars: The Last Jedi. Film Knives Out bergenre whodunit mystery thriller, disebut whodunit karena gaya ceritanya termasuk dalam cerita detektif yang menggunakan plot dan teka-teki yang kompleks dan berlapis dalam menghantarkan penonton menyimpulkan siapakah pelaku kejahatan sebenarnya di akhir cerita. Sederet aktor terkenal didapuk menjadi cast film ini, yaitu Daniel Craig, Chris Evans, Ana de Armas, Jamie Lee Curtis, Michael Shannon, Don Johnson, Toni Collette, Lakeith Stanfield, Katherine Langford, Jaeden Martell, dan Christopher Plummer. Knives Out telah diputar di Bioskop US pada 27 November 2019 lalu dan sudah mendapat banyak pujian untuk akting para pemerannya dan naskah ceritanya yang brilian, hingga saat ini Knives Out menduduki rating 96% di Rotten Tomatoes.
Tersebutlah seorang novelis fiksi detektif kriminal bernama Harlan Thrombey (Christopher Plummer) mengadakan pesta ulang tahunnya yang ke-85 sekaligus ajang berkumpul seluruh anggota keluarga besarnya yang masing-masing memiliki kisah dan masalahnya sendiri. Namun keesokan harinya Fran (Edi Patterson), ART (asisten rumah tangga) Harlan, menemukan Harlan telah tewas dengan dugaan bunuh diri di kamarnya. Lalu dua polisi Det. Letnan Elliot (Lakeith Stanfield) dan Trooper Wagner (Noah Segan) serta detektif swasta Benoit Blanc (Daniel Craig) datang untuk menyelidiki kasus ini. Mereka bertiga lalu memulai serangkaian wawancara dengan seluruh anggota keluarga Thrombey untuk mengungkap kemungkinan dan motif pembunuhan terhadap Harlan. Wawancara dilakukan terhadap Linda (Jamie Lee Curtis) putri pertama Harlan dan suaminya Richard (Don Johnson), Linda dan Richard memiliki anak bernama Ransom (Chris Evans) yang terkenal sebagai playboy dan gemar berfoya-foya. Berikutnya Walter (Michael Shannon) putra bungsu Harlan yang merupakan CEO perusahaan penerbit milik Harlan. Lalu wawancara berlanjut dengan Joni (Toni Collette) yang merupakan menantu Harlan dari mendiang anaknya Neil yang sudah meninggal, Joni memiliki anak Meg (Katherine Langford) yang merupakan cucu perempuan Harlan. Seiring wawancara berlangsung terkuak rahasia masing-masing anggota keluarga yang semuanya memiliki motif yang cukup beralasan untuk membunuh Harlan. Wawancara terakhir dilakukan terhadap Marta Cabrera (Ana de Armas) yang merupakan perawat Harlan karena ia yang terakhir mengurus dan memberi obat pada Harlan di kamarnya sebelum ia meninggal. Marta memiliki keunikan bahwa jika ia mengucapkan kebohongan maka ia akan muntah, hal ini dianggap polisi dapat membantu memberi titik terang tetapi ternyata Marta mampu melewati wawancara tanpa petunjuk yang berarti untuk penyelidikan. Blanc merasa ada kejanggalan yang belum terungkap dan ia bertekad menemukan penyebab tewasnya Harlan yang sesungguhnya. Akankah Blanc berhasil mengungkap kasus kematian Novelis terkenal ini dengan cepat dan menguak sesungguhnya siapa atau apa yang menyebabkan Harlan meninggal? Blanc juga harus berpacu dengan waktu sebelum setiap anggota keluarga kembali ke tempat tinggalnya masing-masing setelah pembacaan surat wasiat peninggalan Harlan oleh notaris dilakukan.
Saya salut dengan Rian Johnson yang benar-benar memikirkan narasi cerita yang terstruktur dan rapi lengkap dengan twist dan misteri yang kompleks tetapi semuanya bisa dimuat dengan sangat menarik sehingga menjadi cerita misteri detektif yang mengagumkan ini. Tidak mudah menuangkan naskah cerita yang rumit menjadi adegan dalam film tetapi di sini Johnson menunjukkan kelihaiannya menyusun cerita. Sepanjang durasi 2 jam 10 menit, narasi cerita yang dibuat oleh Johnson serasa seperti mengajak kita bermain teka-teki bersama sambil ikut berpikir melalui petunjuk-petunjuk yang diberikan seiring film berjalan. Penonton ditantang untuk ikut membuat hipotesis dan menganalisis apa sebenarnya yang terjadi dengan Harlan. Ada momen di mana Johnson seperti mengecoh pikiran penonton dengan memberikan semacam adegan twist di pertengahan cerita yang dapat membingungkan penonton padahal sebenarnya bagi penonton yang jeli itu adalah adegan kunci yang akan membantu pengungkapan misteri sebenarnya di akhir film. Lapisan demi lapisan misteri dibuka secara perlahan sehingga mengundang rasa penasaran penonton akan seperti apa akhirnya dan ketika sampai pada konklusinya penonton tidak akan menyangka karena sampai akhirpun Johnson masih menyisakan kejutan. Adanya unsur komedi dengan gaya yang unik menjadikan film ini menarik untuk ditonton. Menonton film ini membutuhkan fokus anda untuk mengingat setiap karakter anak-anak Harlan dan masalah yang dimiliki mereka masing-masing. Selain itu anda juga harus fokus pada petunjuk dan detil-detil penting yang ada sepanjang film agar dapat memahami penjelasan pengungkapan misteri di akhir cerita film.
Konflik khas keluarga besar di mana setiap anggota keluarga Harlan memiliki rahasia terpendam masing-masing juga menjadi faktor yang memberi kedalaman lebih terhadap cerita film. Topik yang relate dengan penonton yang sudah berkeluarga seperti soal perselingkuhan, bisnis keluarga, dan perebutan warisan membuat penonton mudah terhubung dengan cerita film ini. Johnson sama sekali tidak membuat penonton berputar-putar tidak jelas dengan dialog yang membingungkan, dia mampu membuat adegan dialog baik pada saat wawancara maupun saat pengungkapan menjadi menarik karena didukung oleh akting para aktor yang mumpuni dan cerita yang solid. Pada bagian konklusi film ini bisa dianggap sebagai ujian di mana penonton akan menguji hipotesis yang sudah dibuatnya apakah sesuai sekaligus melatih logika penonton untuk menghubungkan petunjuk-petunjuk yang cukup banyak diberikan dari awal film. Di bagian akhir ritmenya cukup cepat sehingga butuh konsentrasi lebih dan tidak boleh mengantuk agar tidak melewatkan setiap detil yang diberikan.
Untuk para cast yang bermain dalam film ini dapat dikatakan tidak ada yang mengecewakan karena semua memiliki momen mereka masing-masing, tidak ada karakter yang sia-sia baik karakter utama maupun karakter-karakter pendukung dalam film. Mereka semua diberi ruang untuk pengembangan karakter mereka masing-masing. Daniel Craig dan Ana de Armas sebagai dua karakter utama dalam film melakukan tugas mereka dengan sangat baik. Ana de Armas kali ini mendapatkan porsi cukup banyak dan penting sekaligus membuktikan bahwa ia akan menjadi next rising star dengan perannya sebagai perawat yang baik hati namun berada dalam situasi yang sulit. Daniel Craig yang terkenal fleksibel bermain dalam film aksi maupun komedi, yang juga menjadi wajah agen 007 terbaik di era ini, menunjukkan kepiawaiannya memerankan detektif eksentrik dengan aksen khas menjadikan ia karakter favorit baru. Semua aktor yang memerankan anggota keluarga Harlan diberikan backstory masing-masing yang mereka perankan dengan sangat baik mulai dari Jamie Lee Curtis sebagai putri sulung yang dominan dan angkuh, Don Johnson sebagai suami yang sangat pro Amerika, Michael Shannon sebagai anak yang putus asa menginginkan pengkuan dari Harlan, Chris Evans sebagai putra playboy yang dimanja, Tony Collette sebagai menantu yang mata duitan, Edi Patterson sebagai pelayan keluarga yang telaten dan mengetahui semua rahasia keluarga, Jaeden Martell sebagai anak yang memiliki kecendrungan politik ekstrem, dan Katherine Langford (13 Reasons Why) sebagai anak yang berusaha acuh tak acuh terhadap keluarga disfungsional ini namun tetap memiliki rasa kepedulian khususnya terhadap Marta. Bahkan Lakeith Stanfield dan Noah Segan yang tampil sebagai detektif turut memberikan kelucuan lewat line-line ucapan yang mereka berikan.
Setting lokasi yang menggunakan rumah kastil gaya Victorian di Ames Mansion (Borderland State Park) sebagai Thrombey Estate dan kota kecil Boston memberikan nuansa khas dan misterius untuk film ini. Bagian-bagian rumah seperti ruang tamu, perpustakaan, ruang berkumpul keluarga memberikan kesan grande dan klasik seperti dalam novel-novel misteri. Scoring musik instrumental yang didominasi bunyi piano dan biola cukup efektif mengundang rasa ingin tahu penonton dalam menyimak jalan cerita film. Hal unik lain adalah kursi yang berada di ruang tengah yang terbuat dari ornamen pisau yang mengelilingi dan menunjuk ke arah kepala orang yang mendudukinya, Kursi ini menunjukkan kreativitas tinggi karena mengusung judul film ini secara tersirat di mana setiap anggota keluarga yang diinterogasi menduduki kursi ini dan menunjukkan bahwa siapapun memiliki motif untuk jadi tersangka.
Johnson dalam film misteri yang cerdas ini selain mengangkat isu yang jamak dihadapi dalam keluarga besar juga memasukkan soal isu imigran yang datang ke amerika seakan menyorot kebijakan kontroversial yang dicetuskan oleh Trump selaku presiden AS. Karakter Marta selaku imigran berulang kali dianggap asing lengkap dengan stereotip imigran oleh anggota keluarga Harlan namun hanya Harlan yang betul-betul menyayangi dan peduli padanya. Isu anak-anak dalam keluarga besar yang kaya raya tapi memiliki konflik dan menyimpan rahasia keluarga memperlihatkan bahwa hidup dalam keluarga besar pun tidak luput dari tantangan apalagi ketika menyangkut surat wasiat dan warisan harta keluarga. Salah satu hal soal warisan yang banyak disorot dalam film adalah soal rumah keluarga Thrombey Estate yang memiliki nilai historis dan diperebutkan oleh setiap anggota keluarga karena masing-masing menganggap dirinya yang paling berhak dan layak. Rian Johnson berhasil menampilkan kisah misteri detektif yang fresh dan membuktikan bahwa di era abad 21 ini cerita misteri klasik dengan gaya modern masih memiliki tempat asalkan kualitas ceritanya benar-benar diperhatikan. Film Knives Out karya brilian kreasi Rian Johnson ini menjadi salah satu film penutup di penghujung tahun yang amat berkesan dan tidak boleh anda lewatkan.
Overall: 9.5/10
(By Camy Surjadi)