Wednesday, January 29, 2020

ULASAN: ENTER THE FAT DRAGON



Film action-comedy merupakan genre yang cukup digemari asalkan kombinasi aksi dan komedinya pas dan tidak berlebihan, jika di film-film Hollywood mereka menggabungkan aksi tembak-menembak dengan selipan humor maka di film-film Asia umumnya aksi tembak-menembak diganti dengan aksi bela diri. Jika anda besar dengan film-film mandarin bergenre kungfu komedi yang cukup berjaya di era 90-an maka pasti anda tidak asing dengan nama-nama Jackie Chan, Sammo Hung, dan Stephen Chow. Nah di awal tahun 2020 ini kita akan disuguhkan dengan film komedi yang merupakan terinspirasi dari film berjudul sama di tahun 1978 yang dibintangi oleh Sammo Hung. Film ini ditulis dan disutradarai oleh Wong Jing. Donnie Yen selain berlaku sebagai produser juga berperan dalam film ini bersama dengan Sandra Ng, Teresa Mo, Niki Chow, dan Wong Jing sendiri yang tampil di beberapa adegan. Film ini dirilis pada 23 Januari 2020 di Hongkong dan tanggal 28 Januari 2020 di bioskop Indonesia.



Fallon Zhu (Donnie Yen) merupakan polisi berdedikasi yang juga adalah anggota satuan Hong Kong Police Special Task Force, ia menguasai teknik bela diri dan sangat bertekad dalam aksinya menangkap pelaku kriminal. Namun seringkali kerusakan yang ditimbulkan sewaktu ia beraksi membawa kesulitan dalam karirnya di kepolisian sampai akhirnya atasannya mendemosinya ke Divisi pengawasan barang bukti akibat suatu kejadian yang tidak mengenakan. Belum cukup sampai di situ, kekasihnya Chloe (Niki Chow) memutuskannya karena menganggap Fallon lebih mementingkan menangkap kriminal daripada urusan percintaan mereka. Putus asa karena kedua hal tersebut, Fallon menjadikan makanan sebagai pelarian dari masalahya ditambah dengan dirinya yang belakangan hanya diam menjaga kumpulan barang bukti maka Fallon dalam waktu tiga bulan tanpa disadari sudah menambah bobotnya menjadi 150 kg. Suatu waktu Fallon mendapat kesempatan dari rekannya untuk mendampingi saksi kunci penyelundupan narkoba sindikat Yakuza Jepang untuk menjadi saksi di pengadilan Tokyo tetapi hal ini sudah diketahui oleh para Yakuza dan mereka berencana untuk menghabisi saksi tersebut. Akankah Fallon berhasil kembali ke divisi Special Task Force dan tidak tenggelam dalam kesedihannya serta mampu bangkit kembali untuk membuktikan cintanya terhadap Chloe?



Sebagai film action-comedy yang sarat aksi perkelahian film ini tidak terlalu meninggalkan kesan yang berarti untuk saya, lebih kepada unsur nostalgianya saja yang membuat saya dan sebagian besar penonton tertarik untuk menonton film ini di samping faktor bahwa Donnie Yen adalah bintang utama di film ini. Dari segi narasi film ini cukup simpel dan mudah diikuti, tidak perlu berpikir terlalu keras ataupun serius karena tidak ada teka-teki atau pun misteri yang dilibatkan dalam ceritanya namun integrasi plot cerita terkesan tidak kohesif mulai dari motivasi Fallon sendiri yang kurang dibahas dengan jelas kenapa dia menjadi polisi, bahkan kondisi fisik yang juga menjadi judul film ini tidak dimanfaatkan sama sekali dalam cerita selain sebagai bahan ejekan saja, begitu pun soal penyelesaian konflik antara dia dengan Chloe yang terkesan dangkal padahal hal ini bisa dimanfaatkan lebih baik untuk memperkaya cerita. Durasi 96 menit memang sudah pas untuk tipe film seperti ini walau ketika klimaks film ini agak melempem. Hal yang cukup disayangkan adalah proporsi komedi yang serba nanggung dan kurang cocok untuk penonton generasi sekarang karena komedinya menggunakan formula dan koreografi yang sama dengan yang digunakan di film-film Jackie Chan ataupun Sammo Hung. Gaya komedi komikal yang digunakan hanya sanggup membuat kita hanya sampai pada level tersenyum tidak sampai tertawa terbahak-bahak dan ada beberapa yang cenderung aneh. Untuk sinematografi terbilang ada hal baru dan fresh yang coba ditampilkan di film ini, setting lokasi di Tokyo memberi nuansa unik tersendiri karena biasanya film-film bela diri Hong Kong jarang yang menggunakan lokasi di luar negeri. Beberapa setting lokasi untuk adegan perkelahian cukup representatif untuk memperlihatkan sisi -sisi kota Tokyo terlebih adegan final yang menggunakan Tokyo Tower. Penggunaan CGI sayangnya cukup kentara di beberapa adegan yang cukup mengganggu ketika menonton.



Tidak dapat dipungkiri bahwa Donnie Yen adalah faktor kunci yang membuat film ini menarik khalayak. Selepas citra Ip Man yang begitu melekat pada dirinya bisa jadi film ini adalah usahanya agar ada persona lain yang dapat mendongkrak kesuksesannya di film-film mendatang tetapi usahanya ini sepertinya kurang berhasil. Sebagai penonton yang menyaksikan film ini bakal sulit untuk terhubung dengan karakter-karakter dalam film ini kecuali Donnie Yen sendiri, tidak ada karakter yang melekat dikarenakan tidak ada ekplorasi dan pengembangan karakter yang digarap dengan serius. Untuk para cast, tidak begitu ada yang menonjol dari segi performance, Wong Jing dan Teresa Mo seharusnya bisa lebih dihidupkan karakternya namun kehadiran mereka nampaknya bisa diabaikan, Niki Wong yang berperan sebagai kekasih Donnie Yen juga tidak mampu menampilkan chemistry sebagai pasangan sehingga terkesan flat. Begitu pun dengan Joey Tee sebagai karakter antagonis dalam film ini tidak dapat menampilkan kedalaman karakter dan motivasinya melakukan tindakan kejahatan. Penggunaan reference jokes ke film-film Donnie Yen sebelumnya (SPL dan Flash Point) terbilang cerdas dan menjadi nilai lebih tersendiri yang jarang ada dalam film laga mandarin. 



Wong Jing sebagai sutradara yang sudah lama berkecimpung dalam film Action Comedy seharusnya dapat mengangkat tema bela diri dalam film ini dengan lebih kaya khususnya karena film ini sama-sama terinspirasi dari Bruce Lee. Namun di film pun hal-hal terakit Bruce Lee hanya ditampilkan dalam bentuk poster-poster yang terpampang di dinding rumah Fallon padahal bisa diceritakan lebih dari sekedar poster. Penonton sama sekali tidak akan mendapat kesan kalau Fallon benar-benar mengidolakan Bruce Lee sehingga ia menjadi seorang polisi yang jago bela diri. Isu berat badan juga sama sekali tidak digunakan dan dibahas di film ini padahal ini bisa menjadi tema yang sangat menarik karena bisa dikaitkan dengan motivasi sang karakter utama dan apakah hal tersebut memang dapat mempengaruhi performa seseorang dalam melakukan aksi bela diri mengingat perannya sebagai polisi. Sayang aktor sekelas Donnie Yen kurang dioptimalkan dengan film yang potensial seperti ini. Secara overall film ini masih layak untuk dinikmati untuk melepas kejenuhan dan melihat sisi lain Donnie Yen di film yang bersetting di abad modern.




Overall: 7/10
(By Camy Surjadi) 


Subscribe to this Blog via Email :