Friday, February 7, 2020

ULASAN: BIRDS OF PREY



Pada akhir 2019 lalu kita dikejutkan dengan fakta bahwa universe TV dan film DC akhirnya disatukan lewat cerita Crisis on Infinite Earths yang terbilang cukup fantastis karena membawa karakter-karakter lama yang pernah muncul di TV maupun seri terdahulu (beberapa di antaranya seperti Smallville dan Superman Returns). Tahun ini DCEU (DC Cinematic Universe) kembali melanjutkan franchisenya lewat film spin-off berjudul Birds of Prey, yang merupakan film kedelapan dalam DCEU, setelah film Suicide Squad yang flop di tahun 2016 lalu. Karena tema women empowerment sedang gencar maka DC merasa ini saat yang tepat untuk merilis film bertemakan team-up semua tokoh hero wanita dengan berfokus pada karakter Harley Quinn yang merupakan counterpart dari kisah komiknya dengan judul sama. Sempat beredar kabar bahwa tadinya ada opsi untuk membuat Gotham City Sirens selain Birds of Prey. Namun akhirnya Margot Robbie sang bintang utama memilih Birds of Prey dan Gotham City Sirens ditunda sampai ada info lebih lanjut, alasannya Margot Robbie ingin agar para fans-nya lebih mengenal tokoh wanita DC yang ‘kurang dikenal’ ketimbang Catwoman atau Poison Ivy (yang lebih banyak dikenal karena mereka adalah musuh Batman. Birds of Prey disutradarai oleh Cathy Yan dan screenplay-nya ditulis oleh Christina Hodson. Film ini dibintangi oleh Margot Robbie, Mary Elizabeth Winstead, Jurnee Smollett-Bell, Rosie Perez, Chris Messina, Ella Jay Basco, Ali Wong, dan Ewan McGregor. Cerita film ini berfokus mengenai petualangan Harley Quinn yang bergabung bersama Black Canary, Helena Bertinelli, dan Renee Montoya demi menyelamatkan Cassandra Cain dari salah satu penjahat keji di Githam yaitu Black Mask.



Setelah peristiwa di film Suicide Squad, Harley Quinn (Margot Robbie) kini telah putus dari Joker dan tidak lagi berada dalam pengaruh dan perlindungannya. Setelah putus Harley sempat tenggelam dalam ritual rutin yang biasa dilakukan seseorang sehabis putus yaitu memotong rambutnya, bergabung dalam tim Roller Derby, hingga mencoba bersenang-senang di klub milik seorang bos mafia kejam namun narsis Roman Sionis (Ewan McGregor), yang juga dikenal dengan nama Black Mask. Harley terlindungi dari para penjahat di Gotham berkat statusnya sebagai pacar Joker. Namun hal itu berubah ketika salah seorang anggota roller derby mengolok-oloknya sebagai wanita yang clingy dan pasti akan kembali ke pelukan Joker. Mendengar hal itu Harley memutuskan membuat ‘pengumuman’ dengan menabrakkan truk ke pabrik Ace Chemical tempat dia bertransformasi pertama kali dan menjadi pasangan Joker. Setelah peristiwa tersebut tersebar, semua penjahat di kota Gotham mengejar dan mencoba membuat perhitungan atas hal yang telah dilakukan Harley kepada mereka terutama Roman dan kaki tangannya Victor Zsasz. Namun tanpa disadari, Harley terlibat dalam plot pencurian permata yang diincar oleh Roman karena berisi informasi kekayaan keluarga Bertinelli yang ingin dikuasai oleh Roman. Harley menawarkan diri untuk membantu Roman mendapatkan permata tersebut sebagai jaminan untuk nyawanya. Perburuan permata ini membawanya pada Cassandra Cain (Ella Jay Basco) yang diketahui membawa permata tersebut, ia juga harus berhadapan dengan Dinah Lance/ Black Canary (Jurnee Smollett-Bell) yang bekerja untuk Roman, detektif idealis Renée Montoya (Rosie Perez) yang ingin meringkusnya, serta tidak ketinggalan Helena Bertinelli/ Huntress (Mary Elizabeth Winstead) yang mempunyai dendam pada para penjahat yang telah menghabisi keluarganya. Di tengah kekacauan ini, dapatkah Harley Quinn menunaikan janjinya kepada Roman dengan tetap selamat?



Melalui Birds of Prey, DC mencoba menampilkan sisi lain dari film-film mereka, yang kali ini cukup terasa unik dan ‘messy’ persis seperti karakter Harley Quinn yang memang menjadi fokus film ini. Sepanjang cerita film banyak diisi narasi suara Harley Quinn sehingga penonton seperti menonton dan mendengar cerita dari POV (Point of View) Harley Quinn yang menjelaskan secara non linear namun maju mundur dan terkesan semaunya. Keputusan untuk tidak membuat film solo namun menempatkan Harley Quinn dalam team-up movie sudah tepat tetapi film ini tidak cocok untuk semua demografi penonton, penonton yang mengharapkan cerita yang kompleks dan aksi yang spektakuler tidak akan mendapatkannya di film ini dan untuk penonton pria pasti akan beda menanggapinya dengan penonton wanita karena tema feminisme yang diusungnya cukup kentara. Istilahnya seperti kita menonton aksi geng cewe yang masing-masing personilnya memiliki basic problem yang cukup kacau dan bagaimana akhirnya karena ketiadaan pilihan mereka bekerja sama untuk mengatasi kekacauan yang lebih besar. Perlu kejelian untuk menangkap maksud dan pesan sang sutradara dalam film ini karena di permukaan film ini terkesan urakan, penuh humor absurd, dan dark comedy tetapi karakter Harley Quinn benar-benar menjadi lebih hidup dan diberi ruang untuk berkembang lagi di film ini sembari penonton diperkenalkan dengan tokoh-tokoh wanita lain. Durasi selama 109 menit benar-benar digunakan Cathy Yan untuk mengeksplorasi karakter Harley Quinn dari aspek yang tidak muncul sebelumnya dalam Suicide Squad. Tone film ini yang fun dan playful sayangnya tidak diimbangi dengan plot cerita di film ini yang sederhana dan mudah tertebak, keadaan ini menjadi salah satu penyumbang permasalahan film ini. Bagi penonton yang senang dengan cerita superhero/ antihero yang berbobot mungkin harus menurunkan ekspektasinya ketika menyaksikan film ini. Film ini cocok sebagai pelepas jenuh cukup nikmati saja ceritanya karena kita tidak perlu banyak berpikir.



Ansamble cast yang ada dalam film ini terbilang menarik dan walaupun karakter dalam film cukup banyak namun tetap terlihat bahwa Margot Robbie tetap tampil mempesona dan dominan sebagai Harley Quinn, karakter yang terlemah dalam film ini adalah Mary Elizabeth Winstead yang terkesan sedikit dipaksakan, Ella Jay sebagai Cassandra Cain cukup mencuri perhatian dan sukses memerankan anak perempuan bengal dan nakal, Jurnee Smollett sebagai Black Canary cukup representatif dan mampu menunjukkan dinamika akting yang baik Bersama Margot Robbie, hal senada juga ditunjukkan oleh Rosie Perez yang berperan sebagai Renée Montoya, seorang polisi idealis dengan gaya khas detektif wanita ala 80’an yang akhirnya mau bekerja sama dengan Harley untuk mengatasi Roman. Para karakter antagonis dalam film ini mulai dari yang level preman hingga kakap (Roman dan Victor) tampil “cartoonish” dengan adegan kekerasan yang dibalut dark comedy untuk mengurangi ketegangan penonton dan tetap pada jalur ‘fun and playful” tetapi hal ini tidak berhasil diterapkan pada semua adegan film. Ewan McGregor sebagai aktor yang berbakat kurang begitu dioptimalkan sebagai karakter Black Mask dan terkesan terjebak dalam memerankan stereotipe bos mafia yang gila. Unsur lain yang perlu dikritisi adalah pemilihan wardrobe yang kurang telaten dan sesuai untuk personifikasi karakter Black Canary dan Huntress. Kostum Harley Quinn memang sesuai cirinya yang berwarna, ceria, serta urakan tetapi ketika dibandingkan dengan karakter lain yang notabene karakter DC cukup jomplang padahal seharusnya mereka semua bisa dibuat lebih ‘standout’.



Terlihat bahwa Cathy Yan bersama Christina Hodson mencoba menampilkan isu feminis dalam film ini dengan menyajikan cerita yang berfokus pada karakter-karakter wanita yang mengalami ketidakadilan dan penindasan dengan gaya cerita yang santai dan ringan. Bagaimana seseorang mencoba melepaskan diri dari judgement dari orang-orang di sekelilingnya dan menjadi independen tergambar lewat karakter Harley Quinn yang dalam cerita berusaha membuktikan bahwa ia bukanlah wanita yang hanya bisa berlindung di balik kuasa seorang pria (Joker). Empowerment of women diperlihatkan lewat karakter Black Canary dan Renee Montoya, polisi wanita yang mengalami konflik dengan atasan di lingkungan kerjanya hingga akhirnya mereka mampu mengambil sikap tegas guna mengakhiri konflik tersebut. Gaya penceritaan yang unik dan tidak biasa dimanfaatkan Cathy Yan, yang juga merupakan debut utamanya dalam menyutradarai film layer lebar, untuk memberikan karakteristik yang unik dan fresh untuk film ini namun penilaian publik mungkin akan terbagi dari yang puas hingga biasa saja. Pesan dalam film Birds of Prey akan relate untuk kalangan tertentu tetapi tidak untuk golongan lainnya, untuk menuntaskan rasa penasaran tidak ada salahnya menyaksikan film ini di bioskop.


Overall: 7/10

(Camy Surjadi)





Subscribe to this Blog via Email :