Tuesday, December 29, 2020

ULASAN: JOSEE




Menjelang penghujung tahun 2020 siapkan dirimu “dihajar” oleh film drama romance berjudul Josée, genre yang sudah tidak asing lagi jika diproduksi oleh Korsel, negara yang paling jago mengaduk-aduk emosi untuk urusan yang satu ini. Ciri khas tipikal film romance Asia terasa sekali di sini, maklum film ini adalah remake dari film Jepang berjudul sama yang sudah rilis di 2003 yang lalu tapi dengan gaya penuturan ala Korsel. Josée sendiri merupakan cerita pendek karya Seiko Tanabe berjudul Joze to Tora to Sakana-tachi (Josée, The Tiger and The Fish) yang dipublikasikan pada tahun 1985. Cerita pendek karya Seiko ini sebetulnya juga dibuat versi anime yang sudah dirilis pada 25 Desember 2020. Untuk adaptasi Korea, film ini mendapuk Kim Jong-kwan sebagai sutradara (Worst Woman – 2016; Persona – 2019). Film ini sudah rilis di Korsel pada 10 Desember yang lalu dan akan tayang di bioskop Indonesia pada 30 Desember nanti. Sampai artikel ini ditulis (28 Des) film ini menduduki posisi ketiga box office Korsel dan sudah meraih total pendapatan lebih dari 1,4 juta USD dengan penjualan tiket sebanyak 176 ribu. Film Josée dibintangi oleh Han Ji-min dan Nam Joo-hyuk yang sekaligus merupakan reuni mereka setelah tampil bersama di serial dramaThe Light in Your Eyes (2019)




Di sebuah pinggiran kota Seoul, seorang mahasiswa yang hampir lulus Lee Young-seok (Nam Joo-hyuk) bertemu Josée (Han Ji-min) seorang gadis penyandang disabilitas yang terjatuh dari kursi rodanya. Merasa kasihan Young-seok membantunya dan mengantarkan gadis itu pulang. Sesampainya di rumah Josée, ia mengetahui bahwa Josée hanya tinggal bersama sang nenek yang hidup dari berjualan barang bekas. Dari pertemuan pertama itu, Young-seok mulai jatuh cinta dan ingin mengenal gadis tersebut lebih dalam. Young-seok sesekali datang mengunjungi dan membantu sang nenek membawa barang bekas ke rumah mereka. Josée yang awalnya menutup diri pun perlahan mulai membalas perhatian yang diberikan Young-seok kepadanya. Intensitas hubungan di antara mereka pun makin berkembang dan menciptakan sejumlah momen tak terlupakan.



Durasi 116 menit membuat film ini terasa lama, maklum saja film ini memang pacenya lambat dan fokus ceritanya memang hanya menyorot kehidupan dua sejoli Josée dan Young-seok. Karakter lain hanya pendukung atau sekedar lewat saja karena penonton memang sengaja ingin dibuat tenggelam dalam keseharian hidup dan perjalanan cinta mereka. Karakter Soo-kyeong (Lee Soo-Hee) yang adalah rekan sekelas Young-seok dan Hye-seon (Park Ye-jin) sebagai professor yang mengajar Young-seok kurang dieksplorasi padahal keduanya punya kedekatan dengan Young-seok dan dapat menambah dinamika cerita film. Josée mengajak penonton untuk memaknai hubungan cinta secara lebih dalam dan manusiawi lewat dua individu yang berasal dari dua dunia yang berbeda. Hubungan yang tidak biasa dan bagaimana cinta sejati dapat mengubah keduapasangan yang terlibat di dalamnya direpresentasikan dengan baik dalam film ini. Film ini bisa dibilang tidak memliki klimaks dan minim konflik apalagi twist, hanya untuk konklusinya sendiri mungkin agak sulit bagi penonton untuk menginterpretasikannya tanpa membaca cerita aslinya karena sepertinya sengaja dibuat untuk open interpretation mengapa pada akhirnya hubungan Josée dan Young-seok bisa menjadi seperti demikian. Jika anda sudah menonton 500 Days of Summer maka anda tahu tipe ending seperti apa yang saya maksud yang terjadi terhadap kedua tokoh utama film ini. Jika tone 500 Days of Summer lebih cheerful in some ways tapi Josée lebih terasa moody dan mellow.





Sinematografi film ini termasuk top notch dan sanggup menangkap detil-detil yang menambah kesan dramatis film ini, terlebih ditambah scoring musik mellow yang membawa mood kita ikut terhanyut. Setting tempatnya sengaja difokuskan pada ruang (dunia) Josée menghabiskan sebagian besar hidupnya seperti di rumah dan tempat di mana iadibawaberkeliling oleh Young-seok. Di sini kita diajak untuk berempati dengan kehidupan dan keterbatasan Josée serta metamorfosis yang dialaminya setelah ia memutuskan untuk membuka dirinya dan berhubungan dengan Young-seok. Adegan Ketika Josée dan Young-seok berada di taman hiburan dan akuarium merupakan adegan yang kuat dan memorable karena menggambarkan terkadang kita tidak ingin momen bahagia dalam hidup ini berakhir, kita bisa ikut merasakan pergumulan Josée pada momen tersebut.



Chemistry Nam Joo-hyuk dan Han Ji-min sangat kuat terasa sejak di awal film. Sepanjang film kita ikut dibawa menyelusuri perkembangan kisah cinta mereka dari awal perkenalan, sewaktu mereka mulai jatuh cinta hingga keduanya memutuskan mulai hidup bersama. Aktris Han Ji-min pasti cukup familiar bagi penonton yang menyaksikannya berakting di drama Rooftop Prince (2012).Tatapan sendu dan rapuh, gestur dan reaksisinis Han Ji-min memberijiwa pada karakter Josée sebagai gadis penyandang disabilitas yang beradadalam dunia yang terbatas. Kesukaannya membaca buku sebagai caranya untuk melawan keterbatasan dilakoni dengan sangat baik. Sementara Nam Joo-hyuk, yang belakangan terkenal akibat perannya sebagai Nam Do-san di drama Start-Up (2020) dan The School Nurse Files (2020), juga mampu memerankan sosok pria yang sebenarnya playboy tapi punya kualitas ketulusan dan kebaikan yang dapat kita rasakan dari ucapan dan bahasa tubuhnya setelah ia bertemu Josée dan jatuh cinta padanya. Cara Han Ji-min mengekspresikan perasaan cinta terhadap Young-seok, yang merupakan cinta pertama baginya, terasa nyata dan dekat bagi penonton. Demikian dengan ekpresi Nam Joo-hyuk yang tenggelam dalam karakternya sebagai Young-seok yang begitu peduli dan menyayangi Josée.



Sutradara Kim Jong-kwan mengambil pendekatan humanis dan realistis untuk film adaptasi versi Korea ini, nuansa humor dihilangkan dan diganti dengan tone yang lebih dewasa dan melankolis dibandingkan versi jepangnya. Inti cerita dan karakter sentralnya tetap sama seperti cerita aslinya. Film ini tidak berupaya menyajikan cerita cinta seperti di dongeng namun bertujuan untuk memberi pesan bahwa setiap hubungan akan membawa dampaku ntuk kedua belah pihak yang terlibat di dalamnya baik itu positif maupun negatif. Judul film versi korea ini senga jadi pendek dengan membuang kata “The Tiger and The Fish” yang dimaksudkan untuk memfokuskan pada kisah karakter Josée. Harimau (Tiger) adalah representasi ketakutan yang dirasakan Josée karena rasa nyaman yang diberikan Young-seok adalah hal yang baru dan menurutnya tidak pantas ia dapatkan dikarenakan kondisinya sementara ikan (Fish) adalah representasi dirinya yang memiliki dunia terbatas hanya ditemani buku-buku dan tidak dapat keluar dari rumahnya yang kecil. Ada hubungan yang memang bertujuan mendewasakan kita dan memberi kita pelajaran bagaimana menghargai momen-momen berharga bersama orang yang kita sayangi. Setelah menonton film ini kita akan melihat bagaimana perubahan yang terjadi pada Josée setelah ia menerima cinta dan belajar mencintai. Di sisi lain film ini juga berbicara soal pilihan ketika berada dalam suatu hubungan sejauh apa kita mau berjuang untuk cinta sejati. Film ini bisa menjadi pilihan baik untuk refleksi menjelang akhir tahun baik untuk anda yang sedang berada dalam hubungan ataupun sedang sendiri tetapi siapkan hati dan pikiran anda karena bisa jadi anda baper teringat momen-momen indah dar ihubungan yang pernah anda miliki di masa lalu.


Overall: 7,5/10 


(By Camy Surjadi)

















Subscribe to this Blog via Email :