Saturday, October 2, 2021

ULASAN: SINKHOLE




Pada titik ini hampir semua genre film sudah pernah dieksplor di perfilman Korsel namun genre bencana alam cukup menarik untuk diikuti mengingat Korsel kerap menggunakan tema bencana untuk menyindir kesenjangan yang terjadi di masyarakat dan keresahan social serta kegagalan pemerintah dalam mengatasi krisis di negara itu. Beberapa film berlatar belakang bencana yang cukup terkenal yaitu Haeundae (2009), Pandora (2016), Exit (2019), dan Ashfall (2019). Film Sinkhole (1996) merupakan film bencana dengan genre tragicomedy (perpaduan drama tragis dan komedi) karya sutradara Kim Ji-Hoon yang juga pernah menyutradarai The Tower (2012). Film ini sesuai judulnya mengangkat fenomena sinkhole sebagai tema utamanya. Sinkhole sendiri adalah kejadian depresi atau turunnya permukaan tanah secara alami akibat erosi atau drainase air. Film ini merupakan salah satu film yang ditayangkan di Locarno Film Festival dan sudah dirilis di Korea pada 11 Agustus yang lalu. Sinkhole akan tayang di layar bioskop kita pada 30 September



Dong-won (KIM Sung-kyun) dan keluarganya pindah ke Seoul di rumah yang dibeli setelah bertahun-tahun bekerja keras. Dipenuhi dengan kebahagiaan, ia mengundang rekan-rekan kerjanya untuk pesta pindah rumah, tetapi hujan deras malam sebelumnya menciptakan lubang pembuangan raksasa (sinkhole), dan hanya dalam satu menit, sinkhole tersebut menelan seluruh bangunan apartemen dan orang-orang di dalamnya. Ratusan meter di bawah lubang, Dong-won, tetangganya Man-su (CHA Seung-won), dan para tamu yang malang harus menemukan jalan keluar. Hujan deras mulai turun, mengisi sinkhole dengan air. Kini mereka kehabisan waktu dan harus berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan diri mereka. Akankah mereka semua selamat dan bisakah petugas penyelamat menyelamatkan mereka semua?



Selama durasi 113 menit, saya merasa sangat terhibur dengan keseluruhan cerita yang disajikan film ini. Awalnya dimulai dengan perkenalan tokoh utama kita Dong-won sebagai keluarga dari golongan middle class yang dieritakan setelah bersusah payah hanya mampu membeli apartemen yang ternyata bermasalah. Seiring cerita berjalan kita diperkenalkan dengan tokoh-tokoh lain dari circle sang protagonis mulai dari tetangga-tetangga di apartemennya dan kolega-koleganya dari tempat kerja. Konflik dan perseteruan kecil namun kocak antara Dong-Won dan Man-soo memberi dinamika yang menarik hingga puncak Konflik Ketika peristiwa bencana sinkhole muncul. Pemilihan drama komedi untuk film ini sangat tepat dan mampu menampilkan porsi komedi dan drama yang sesuai. Ada saatnya kita dibuat merasakan depresi yang dialami para tokoh yang terjebak dalam situasi yang sepertinya mustahil. Pemanfaatan set dan lingkungan sekitar juga membantu dramatisasi cerita film ini. Bisa dibilang film ini dapat dipisahkan menjadi dua bagian di mana bagian pertama lebih ke sisi drama social tentang kehidupan kelas pekerja dan situasi perumahan di Seoul sedangkan bagian kedua lebih ke bagian survival dari bencana alam. Walau 2 bagian ini sangat berbeda namun di bagian akhir kita akan mendapat konklusi yang memuaskan dan menjawab semua pertanyaan.



Berbicara akting, Cha Seung-won bersinar sebagai Man-soo, dengan kejengkelannya yang cukup menghibur di bagian pertama, namun transformasi karakter yang ia alami selama bagian kedua mampu menarik hati penonton walau diwarnai melodrama lewat kejadian yang ada di adegan puncak film ini. Kim Sung-kyun tampil kocak sebagai Park Dong-won, sedangkan Lee Kwang-soo yang kita sudah kenal lewat Reality Show Running Man dan Kim Hye-jun sebagai rekannya memberikan sejumlah momen yang cukup berkesan. Overall semua karakter mampu menampilkan porsi yang sesuai dan berkesan serta mampu menghibur lewat kejenakaan mereka di tengah situasi sulit. Hal lain yang patut dipuji adalah bagaimana sinematografi film ini mampu menangkap situasi baik dari sisi vertikal maupun horizontal dan pengaruh gravitasi dengan sangat baik sehingga penonton dapat ikut merasakan situasi bencana yang mencekam.



Selain mengandung sindiran terhadap pemerintah terhadap makin menurunnya daya beli masyarakat terhadap perumahan di Korsel dan protes terhadap manajemen krisis keuangan akibat pandemi di negara itu, film ini juga mengajak kita untuk terus berjuang dalam hidup karena hal paling berbahaya di balik runtuh/ amblasnya rumah ke dalam tanah adalah hilangnya keinginan untuk hidup. Lewat Sinkhole, penonton dapat merefleksikan bahwa untuk mencapai tujuan bersama kita harus bisa menerima perbedaan-perbedaan dan menyatukan visi. Jika dikaitkan dengan situasi pandemic, film ini juga berpesan supaya kita bisa bekerja sama untuk bisa keluar dari krisis Selain itu dari segi hubungan antar manusia sinkhole dapat diartikan juga bahwa hubungan yang kita jalin dengan orang-orang selama hidup kita bisa membawa ke kebahagiaan atau bencana tergantung dari kejelian kita melihat watak dan karakter seseorang. Setidaknya setelah selesai menonton film ini anda akan dapat memikirkan hal-hal tersebut sebagai bahan perenungan.

Rating: 8/10


(By Camy Surjadi)












Subscribe to this Blog via Email :