Wednesday, December 1, 2021

ULASAN: GHOSTBUSTERS 'AFTERLIFE'


Saya bisa dibilang salah satu yang tumbuh dengan menonton versi 2 original film pertama Ghostbusters. Lalu juga sempat mengikuti serial animasinya. Hanya saja saya juga bisa dibilang termasuk salah satu bukan fans berat franchise ini. Menontonnya hanya sekadar hiburan lewat. Jadi ketika kabar franchise ini mengalami reboot dengan versi yang sangat berbeda tahun 2016 dan lalu sekarang sequel dari 2 film pertama dengan cast utama yang berubah tidak memberikan dampak seperti fans original yang terbelah menjadi dua. Tim yang menerima dengan baik versi terbaru dan juga sebaliknya. Dan saya salah satu penonton yang sangat terhibur dengan Ghostbusters tahun 2016 yang sayangnya tidak disambut baik dari segi pemasukan meskipun review dari kritikus yang didapat filmnya juga sangat baik. Sekarang dengan nafas yang kembali baru, Ghostbusters melanjutkan franchisenya. Kali ini bukan bergantung pada pria atau wanita dewasa yang memegang pondasi cerita, namun dua anak-anak dan dua remaja melanjutkan tugas untuk memberantas hantu-hantu yang mengancam dunia.

Sebuah terobosan baru dalam karier Jason Reitman sebagai sutradara yang sebelumnya lebih kita kenal lewat film-filmnya dengan karakter krisis eksistensi, ketidakpuasan pada diri (Tully, Up in the Air) atau isu sosial (Thank You for Smoking). Kali ini Jason Reitman melanjutkan universe yang sudah dibangun sang ayah Ivan Reitman lewat sebuah sequel dari dua film pertama yang hadir dengan nafas baru. Diawali dengan sebuah prolog yang cukup misterius, Jason Reitman yang sudah mengetahui persis universe franchise ini langsung menuju memperkenalkan pada tokoh-tokoh utamanya yang pada 10 menit pertama kita sudah tertarik pada karakter-karakternya, terutama Phoebe Spengler (McKenna Grace). Anak berusia 12 tahun yang mmepunyai kesulitan bersosialisasi dan harus beradaptasi dengan lingkungan baru di rumah kakeknya yang meninggal.

Lewat karakter Phoebe kita akan dibawa memasuki universe Ghostbusters versi baru ini dan bertemu dengan karakter-karakter lainnya dimulai dari guru musim panasnya Gary Grooberson (Paul Rudd), serta teman sebaya barunya yang dipanggil Podcast (Kim Logan) yang sampai akhir film kita tidak mengetahui nama aslinya. Podcast satu-satunya orang yang bisa memahami humor Phoebe. Paruh pertama dengan segala pengenalan karakter-karakternya adalah hal yang paling menarik buat saya. Jason Reitman yang juga menulis naskah film ini bersama Gil Kenan terlihat sangat bersenang-senang pada bagian ini. 3 karakter dari Phoebe, Podcast dan Grooberson sangat menarik perhatian yang banyak memancing tawa dengan bermacam-macam joke sarkasme-nya.

Instesitas yang makin naik seiring konflik utama plot cerita muncul yang awalnya cukup terjaga sayangnya tidak bisa dipertahankan dibagian 30 menit terakhir, terutama bagian final act-nya. Walaupun maksudnya ingin memberikan fans service dengan memunculkan karakter-karakter originalnya, namun elemen nostalgia terkesan dipaksakan. Hal itu sampai berdampak pada Paul Rudd yang karakternya sudah dibangun dari awal, di 30 menit terakhir porsinya tidak lagi terlihat sebagai karakter utama. Penampilannya terasa tidak maksimal saat sequence final act-nya. 

Seperti versi tahun 2016, Ghostbusters: Afterlife masih sangat menghibur penonton. Kemajuan teknologi makin membantu menambah keseruan sequence actionnya. Paruh pertama adalah bagian terbaik dari seri ini yang sayangnya tidak dapat atau ditutup dengan seimbang oleh final actnya.


Rating: 7/10

Subscribe to this Blog via Email :