Thursday, December 23, 2021

ULASAN: THE MATRIX "RESURRECTION"




Tren kembali menghidupkan sebuah franchise yang sudah selesai mungkin sudah tidak terhitung banyaknya. Menghidupkannya bisa dalam bentuk reboot, remake, prequel, spin-off ataupun sequel. Untuk kasus The Matrix, Lana Wachowski yang kali ini kembali menyutradarai tanpa tandemnya Lilly Wachowski, lebih memilih menempuh jalur sequel. Dengan sebuah penutup Revolutions yang rasanya sudah terasa pas dan tidak perlu ada sequel lagi, memang terlihat riskan jalan yang dipilih oleh Lana Wachowski. Namun tidak sedikit fans yang yang menyambut hadirnya film ini kembali setelah 18 tahun sejak rilis The Matrix: Revolutions.


Dibuka dengan sebuah simulasi penyergapan Trinity yang menjadi film pembuka The Matrix, kita akan dibawa pada Neo? Thomas Anderson/Neo (Keanu Reeves) yang ternyata masih terjebak dalam The Matrix. Hanya saja Neo tidak menyadarai itu. Bahkan segala hal yang pernah terjadi dan revolusi dengan pasukan pemberontak yang dia lakukan sebelumnya dalam ingatan Neo itu hanyalah sebuah konsep atau sebuah plot  cerita dalam game yang dia buat untuk sebuah perusahaan. Dan lalu plot cerita mengarah bagaimana Neo mendapatkan ingatannya kembali dan harus mengulanginya dari awal yang kali ini dia sendiri merasa tidak yakin dengan keberadaannya.


Dengan rasa penasaran dengan cerita yang akan ditampilkan, paruh pertama Resurrection bisa menyajikan sebuah komposisi plot cerita yang menarik. Mulai bagaimana Neo melanjutkan hidupnya dengan segala rutinitas dan digerogoti kecemasan dan depresi sampai akhirnya dia disadarkan dan kembali memunculkan pertanyaan "apa itu eksistensi?". Lalu paruh pertama yang menarik itu seolah menjadi sebuah monolog tanpa akhir karakter-karakternya yang mulai membuat saya bosan dan menguap. Setiap akhir act sebagian besar diisi oleh dialog-dialog sarat akan filsafat dengan diselingi sequence aksi dan pada kilmaks plot cerita jadi menggelikan ketika "Power of Love" menyelamatkan segalanya. Dengan 3 film yang kebetulan saya tonton persis sebelum nonton film ke-4 ini, Resurection sangat terasa kontras penurunannya.


Aksi adalah hal yang paling saya tunggu-tunggu dalam film ke-4 ini. Karena dalam 3 film sebelumnya porsi aksi adalah bagian terbaik franchise ini, yang bahkan sudah 22 tahun sejak The Matrix tayang ditonton pada saat ini masih memukau saya. Namun apa yang saya dapatkan? Lagi-lagi penurunan yang sangat kontras. Sudah porsi aksinya hanya seberapa, tetapi tidak dimaksimalkan. Tidak ada lagi duel keren layaknya duel Neo dengan kekuatan Superman-nya seperti yang kita lihat di Reloaded dan Revolutions. Bahkan aksi final act sekalipun tidak terlihat layaknya seperti film The Matrix.


Resurrection adalah sebuah film prolog/monolog panjang sebagai pembuka arc baru untuk frnachise ini. Mempunyai premis yang menjanjikan namun pengemasannya seperti terpisah dari The Matrix dalam segala hal yang membuat seri ke-4 membuat kita sudah berekspteasi akan kecewa berat pada akhirnya. Kita lihat, sampai mana franchise bisa berlanjut.

Overall: 5/10

Subscribe to this Blog via Email :