Wednesday, December 27, 2017

ULASAN: PITCH PERFECT 3



The Barden Bellas is back !!!. Dua tahun dari film sebelumnya. Inilah film yang akan menjadi penutup persahabatan para gadis-gadis dalam grup musik akapela. Masih tetap diramaikan oleh pemeran-pemeran dua film sebelumnya seperti Anna Kendrick. Rebel Wilson, Brittany Snow, Hailee Steinfeld dan bahkan Elizabeth Banks dan John Michael Higgins yang kembali memerankan duet komentator. Kursi sutradara diduduki Trish Sie yang lebih dikenal sebagai sutradara musik video. Pitch Perfect 3 merupakan film kedua yang dia sutradarai dalam kariernya setelah Step Up: All In.


Setelah memenangkan kejuaraan dunia akapela dan lulus dari kuliah, anggota The Barden Bellas terpencar karena sepinya tawaran pekerjaan bagi penyanyi akapela. Untungnya sebuah kompetisi USO di Eropa dengan juri DJ Khaleed menyatukan mereka kembali dalam sebuah tim. Namun dalam pertemuan ini mereka dihadapkan pada berbagai ujian kesetiaan dan membuat keputusan yang menentukan karir mereka selanjutnya. Apakah The Barden Bellas tetap bisa bertahan ?. Seperti itulah plot cerita yang ditawarkan dalam trilogi penutup Pitch Perfect 3. Lalu apakah berhasil ditutup dengan manis untuk kita penonton yang sangat menantikan film ini ?


Tetapi sayangnya Pitch Perfect 3 masih dengan kekuatan seperti dua film sebelumnya akan masih membuat penonton sangat terhibur dengan lagu-lagu yang kekinian yang dibawakan secara akapela sangat terasa kedodoran dalam penyampaian plot cerita. Jika pada dua film sebelumnya cerita yang berpusat pada persahabatan dan persaingan, hal ini terasa sangat kurang digali di film ketiga. Grup pesaing The Barden Bellas pada film ini yaitu Evermoist yang sebenarnya cukup menarik terasa sangat disia-siakan.


Fat Amy yang diperankan Rebel Wilson masih tetap mencuri perhatian penonton yang akan membuat penonton tertawa setiap melihat tingkahnya. Menambahkan subplot perjumpaan Fat Amy sedikit merusak karakter Fat Amy yang kita kenal dalam dua film sebelumnya. Terlebih memasukan unsur action dalam film ketiga ini yang makin memperkeruh esensi film Pitch Perfect yang sudah kita dapatkan dalam seri sebelumnya. Seandainya plot ceritanya lebih diditikbertakan pada persaingan The Barden Bellas dan Evermoist atau perang bathin yang dialami Beca Mitchell (Anna Kendrick) ketika harus memilih tampil solo atau bersama tim-nya, Pitch Perfect 3 akan menjadi penutup yang manis.



Pitch Perfect 3 masih tetap menghibur, terlebih jika menontonnya bioskop karena audionya akan membuat penonton ikut bernyanyi. Jika kamu hanya ingin sekedar tontonan ringan yang membuat tertawa dan kontinuitas cerita bukanlah hal utama buat kamu, Pitch Perfect 3 adalah pilihan yang paling tepat.

Wednesday, December 20, 2017

ULASAN: JUMANJI 'WELCOME TO THE JUNGLE





Siapapun kamu dari generasi 90-an yang sudah menonton Jumanji yang rilis tahun 1995 pasti merasa sangat skeptis dengan sequel ini ketika melihat trailernya pertama kali. Percayalah, saya juga salah satu orang yang merasa skeptis itu. Merubah media permainannya dari boardgame menjadi game elektronik terasa sangat meganggu kita yang sudah terlanjur mencintai versi original-nya yang dibintangi mendiang Robin Williams dan Kirsten Dunts. Lalu apakah benar sequel ini benar-benar sangat mengecewakan ?. Well, saya sepertinya kata-kata negatif yang saya keluarkan ketika melihat trailernya.



Empat anak sekolah Spencer (Alex Wolff), Bethany (Madison Iseman), Fridge (Ser'Darius Blane), dan Martha (Morgan Turner) dipertemukan dalam sebuah hukuman di sekolah. Keempat anak ini dihukum untuk membersihkan ruangan sekolah yang tidak terawat akibat pelanggaran yang mereka buat di sekolah. Tanpa disengaja mereka menemukan sebuah konsol game tua beserta kaset game-nya yang bernama “Jumanji”. Didasari oleh rasa penasaran, mereka berempat akhirnya mencoba memainkan game tersebut. Setelah memilih karakter-karakter yang terdapat dalam game tersebut, tanpa diduga mereka berempat tertarik dalam dunia game Jumanji. Layaknya Avatar, dalam dunia game tersebut mereka masing-masing berada dalam tubuh karakter yang mereka pilih, Spencer dalam tubuh Dr. Bravestone (Dwayne Johnson), Fride dalam tubuh Moose (Kevin Hart), Martha dalam tubuh Ruby Roundhouse (Karen Gillan)  dan terakhir Bethany dalam tubuh pria Shelly Oberon (Jack Black). Kecuali Bravestone, semua karakter-karakter avatar yang mereka pilih mempunyai kelemahan masing-masing yang harus dihindari. Layaknya sebuah game, mereka mempunyai masing-masing tiga nyawa yang harus dilindungi. Dan petualanganpun dimulai untuk menyelesaikan tantangan-tantangan untuk menyelesaikan misi-misi yang semakin sulit agar mereka bisa keluarga dari dunia game Jumanji.


Meskipun sejak awal sudah konfirmasi jika Jumanji: Welcome To The Jungle adalah sequel dari film originalnya, tetapi terasa lebih cocok jika film ini disebut reboot. Selain opening-nya yang memberikan benang merah yang menjembati film pertama dan kedua, film ini benar-benar merombak akar utama dari Jumanji itu sendiri. Sebuah perjudian yang sangat beresiko yang untung-nya berbuah manis. Empat aktor utama mulai dari Dwayne Johnson. Kevin Hart, Karen Gillian dan Jack Black mereka-lah pahlawan film ini yang berhasilkan memberikan tontonan popcorn movie yang sangat menghibur. Terlebih untuk duo Dwayne Johnson dan Kevin Hart. Chemistri mereka berdua layak diacungi dua jempol.


Kekuatan utama film yang ada pada empat karakter utama sayangnya tidak dibarengi dengan karakter-karakter lainnya, Terutama villain utama yang mainkan Bobby Cannavale sebagai John Van Pelt yang hanya pemanis belaka tanpa membuat penonton terlalu perduli dengan karakternya karena terlalu terbawa dalam tawa dalam setiap adegan empat karakter utamanya.



Meskipun Jumanji: Welcome To The Jungle masih menghormati versi originalnya, tetapi merubah media permainannya dari boardgame ke game elektronik (yang mungkin dimaksudkan agar lebih related dengan kondisi saat ini) justru menghilangkan unsur utama Jumanji itu sendiri. Dan beruntunglah pihak studio bisa mendaptkan empat aktor utama yang bisa membuat penonton melupakan hal itu selama menonton.

Wednesday, December 13, 2017

HBO ASIA RAYAKAN ULANG TAHUN KE-25 DENGAN MENGUMUMKAN DERETAN TAYANGAN MENARIK ORIGINAL ASIA YANG SEGERA TAYANG




Tahun ini menandai ulang tahun ke-25 HBO Asia dan jaringan regional ini merayakan perjalanannya dengan menghadirkan ke Singapura sepuluh talen dari regional dan internasional, memaparkan rencananya untuk meningkatkan produksi HBO Asia Original yang dijadwalkan tayang perdana tahun depan. Enam proyek yang diperkenalkan hari ini, produksinya akan difilmkan dan diambil dari berbagai negara di seluruh Asia seperti China, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Singapura, Taiwan dan Thailand.



Menjadi satu dari jaringan pertama di kawasan Asia yang memproduksi konten original di Asia sejak 2012, HBO Asia sampai saat ini telah memproduksi sepuluh Original Asia dan berkomitmen mengembangkan repertoarnya bagi para pemirsa di kawasan ini dan secara global. Sebuah panel yang terdiri dari sutradara, showrunner dan pemain dari empat produksi original HBO Asia yang akan datang, berbagai pandangan tentang produksi mereka pada acara media hari ini. Seluruh tayangan HBO Asia Original akan tersedia secara eksklusif melalui berbagai saluran di jaringan HBO Asia termasuk online streaming platform HBO, HBO GO dan layanan on-demand, HBO On Demand.



Pada 2017, HBO Asia menayangkan empat original Asia termasuk season kedua HALFWORLDS, serial drama dark action fantasy yang mengambil setting di Bangkok dan tayang perdana di bulan Januari; peraih penghargaan THE TEENAGE PSYCHIC (通靈少女), serial HBO Asia original pertama berbahasa China dengan setting di Taiwan yang tayang perdana dengan rating luar biasa di bulan April; SENT, serial drama komedi HBO Asia pertama yang tayang perdana bulan September; dan THE TALWARS: BEHIND CLOSED DOORS, serial dokumenter original pertama HBO Asiayang tayang perdana hari Minggu lalu.



Mr. Jonathan Spink, CEO of HBO Asia mengatakan, “HBO selalu dikenal memproduksi tayangan Original premium, berkualitas tinggi. Dengan mengumpulkan talen dan infrastrukstur produksi berpotensi tinggi yang terdapat di kawasan Asia, kami berada di posisi yang tepat untuk menciptakan konten Asia premium dan otentik bagi para pemirsa kami di kawasan ini, yang kebanyakan telah meraih berbagai penghargaan atas kreatifitas dan penampilannya.” Ia juga menambahkan, “Dengan kekayaan budaya dan sejarahnya, Asia merupakan sumber cerita yang bagus, untuk membuat konten yang menarik secara lokal maupun global. Kami sangat gembira bahwa sebagai sebuah awal, dua dari tayangan HBO Asia Original, THE TEENAGE PSYCHIC dan kedua seasons HALFWORLDS akan hadir bagi pemirsa di A.S. melalui layanan HBO U.S. mulai bulan depan.”





Serial yang akan tayang segera di jaringan saluran HBO Asia antara lain (secara urutan alfabet):



FOLKLORE adalah serial antologi horor berdurasi satu jam sebanyak enam episode yang mengambil beberapa lokasi di negara-negara Asia, seperti Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Singapura dan Thailand, dan setiap episode akan mengambil cerita takhayul dan mitos yang dipercaya dari setiap negara. Dipimpin oleh berbagai sutradara dari beragam negara di Asia, setiap episode akan berusaha memodernisasi atau memperbarui horor khas Asia, mengeksplor disfungsi sosial dengan cara yang spesifik untuk setiap negara namun memiliki tema yang bergema di seantero benua. Pencipta dan showrunner FOLKLORE adalah pembuat film peraih penghargaan asal Singapura, Eric Khoo. Sutradara lainnya yang terlibat dalam FOLKLORE adalah Joko Anwar (Indonesia), Ho Yuhang (Malaysia), Lee Sang-Woo (Korea), Pen-Ek Ratanaruang (Thailand) dan Takumi Saitoh (Jepang).



GRISSE adalah serial drama delapan bagian berdurasi satu jam yang mengambil setting pertengahan tahun 1800-an di masa kolonial pemerintahan Hindia Belanda. Serial ini mengisahkan sekelompok masyarakat yang kecewa, memimpin pemberontakan melawan gubernur yang brutal dan mendapati diri mereka tiba-tiba mengendalikan satu kota garnisun Belanda bernama Grisse. Cerita-ceritanya berkisar tentang sejumlah karakter unik, masing-masing dengan latar belakang dan keyakinan berbeda yang bersatu untuk menentukan nasib masing-masing dari cengkeraman penguasa. Showrunner GRISSE adalah Mike Wiluan.



MASTER OF THE WHITE CRANE FIST: WONG YAN-LAM (龙藏深泉王隐林) dan MASTER OF THE NINE DRAGON FIST: WONG CHING-HO (龙形侠影黄澄可) merupakan bagian ketiga dan keempat dari episode serial film anotologi seni bela diri berbahasa China, setelah dua episode sebelumnya yang tayang pada 2016 – MASTER OF THE DRUNKEN FIST: BEGGAR SO dan MASTER OF THE SHADOWLESS KICK: WONG KEI-YING.



Disutradarai oleh Guo Jian-yong (国建勇), juga sebagai sutradara untuk dua episode sebelumnya, MASTER OF THE WHITE CRANE FIST: WONG YAN-LAM (龙藏深泉王隐林) mengambil setting di kawasan kuno China pada masa dinasti Qing dan menceritakan kisah empat pengawal yang mengawal jalur penyeberangan kriminal bersama sebuah rombongan teater dan seorang pendeta misterius, menyebabkan sejumlah peristiwa yang mengarah pada pembunuhan seorang pengawal. Di antara mereka terdapat sosok legendaris Master of the White Crane Fist, yang akan mengungkap akibat dari keserakahan, balas dendam, pengkhianatan dan penyelundupan opium.



Disutradarai oleh Si Xiao-dong (司小冬), MASTER OF THE NINE DRAGON FIST: WONG CHING-HO (龙形侠影黄澄可) mengambil setting di China pada awal abad ke-19. Seorang pebisnis asal Inggris, Mr. James, menjual opium sebagai “obat umur panjang” yang mengakibatkan banyak penduduk setempat kecanduan opium. Ketua persatuan seni bela diri Guangzhou, Wong Ching-Ho, memutuskan untuk mengambil langkah dengan caranya sendiri dan menghancurkan gudang penyimpanan opium milik Mr. James. Untuk mengamankan usahanya, Mr. James menghasut seorang Kung Fu master, Man Sing, untuk melawan musuhnya, menjadikan Wong mengembangkan jurus legendaris Nine Dragon Fist.



MISS SHERLOCK (神探夏洛克小姐) adalah serial drama pertama HBO Asia dalam Bahasa Jepang sebanyak delapan bagian dengan durasi satu jam, diproduksi dengan kolaborasi bersama Hulu di Jepang. Serial ini, tayang perdana di lebih dari 20 negara pada bulan April 2018, sebagai penghormatan kepada tokoh klasik Sir Arthur Conan Doyle, Sherlock Holmes, dengan penekanan penghayatan pada karakter ikonik, Sherlock Holmes dan Dr. John Watson. MISS SHERLOCK mengambil setting suasana modern Tokyo masa kini dan kedua karakter utamanya adalah wanita Jepang – Dr. Wato Tachibana (diperankan oleh Shihori Kanjiya), seorang ahli bedah yang baru kembali dari misi sebagai relawan dokter di Syria dan Sara Shelly Futaba (diperankan oleh Yuko Takeuchi), seorang konsultan investigasi untuk departemen kepolisian yang memecahkan kasus-kasus aneh dan sulit. Sepanjang serial, keduanya memecahkan berbagai misteri dengan observasi luar biasa dan keahlian yang cerdas ala Miss Sherlock.



THE TEENAGE PSYCHIC (通靈少女) dijadwalkan kembali di season kedua dengan Kuo Shu Yau (郭書瑤) memerankan kembali tokoh utamanya sebagai Xie Ya Zhen (謝雅真), berbakat cenayang sejak lahir dengan kemampuan melihat arwah dan belajar memanfaatkan kemampuannya untuk membantu sesama. Season kedua dari serial ini sekali lagi disutradarai oleh sutradara dan penulis yang tengah naik daun, asal Taiwan Chen Ho-Yu (陳和榆). Season pertama THE TEENAGE PSYCHIC (通靈少女) menceritakan kisah kekinian tentang gadis remaja 16 tahun yang ingin menjalani kehidupan anak remaja sekolah menengah biasa. Lahir dengan kemampuan melihat arwah, kehidupannya tidak pernah normal. Ia harus menghadapi tekanan kehidupan remaja – cinta pertama, prestasi akademis dan rekan sebaya – dengan keinginan dunia para arwah. THE TEENAGE PSYCHIC (通靈少女) Season 1 baru-baru ini meraih penghargaan Best Mini-Series (TV Movie) dan Best Supporting Actress in a Mini-Series (TV Movie) untuk Nana Lee (李千娜) pada 52th Annual Golden Bell Awards 2017 di Taiwan dan menerima dua nominasi dari 22nd Asian Television Awards 2017 untuk Best Actor in a Supporting Role for Chen Mu Yi (陳慕義) dan Best Cinematography.



Sebagai bagian dari kemeriahan ulang tahun ke-25, aktor GAME OF THRONES, Tom Wlaschiha, yang dikenal lewat perannya sebagai Jaqen H’ghar, dalam serial terkenal HBO Original, juga berada di Singapura. Karakternya yang terkenal membantu Arya Stark (diperankan oleh Maisie Williams) mempelajari seni mematikan atas perintahnya, Faceless Man, di House of Black and White di Braavos. Tonton keseluruhan 7 season GAME OF THRONES di HBO On Demand.

ULASAN: FERDINAND





Ferdinand merupakan film animasi keluaran BlueSky Studio dan 20th Century Fox Animation dan disutradarai oleh Carlos Saldanha (Rio 2, Ice Age Collision Course). Film disuarakan oleh John Cena, Kate McKinnon, mengadaptasikan buku anak-anak klasik berjudul The Story of Ferdinand. Bercerita tentang seekor banteng bernama Ferdinand yang sedari kecil tidak memiliki kemauan untuk mengikuti tujuan hidup sebagaimana seekor banteng biasanya, yaitu menjadi sang juara dalam arena adu banteng Spanyol.



Secara garis besar kisah film ini mengingatkan saya dengan Coco yang juga baru-baru dirilis, yaitu perjuangan karakter yang tidak mau mengikuti tradisi. Tidak diceritakan mengapa Ferdinand memiliki ketertarikan yang berbeda dengan para banteng lainnya, di peternakan, ia langsung diperkenalkan sebagai karakter yang dibully karena dianggap tidak tangguh, dan malah memiliki obsesi pada bunga. Dengan premis seperti ini, film ini rupanya menuturkan sepanjang cerita dengan formula yang sudah cukup sering ditemukan dalam film animasi sehingga tidak memberikan kesan yang solid, minim improvisasi.



Sebagai sebuah tontonan untuk keluarga dan anak-anak, film ini masih memiliki banyak untuk tetap menghibur. Karakter yang dibuatpun juga banyak yang lucu-lucu. Anak-anak pasti akan suka. Seekor banteng yang biasanya dikenal garang dan dengan posturnya yang besar mengintimitasi, di sini dibuat menggemaskan. Selain Ferdinan (disuarakan oleh John Cena) yang menjadi fokus utama cerita, juga terdapat seekor kambing bernama Lupe (Kate McKinnon) yang paling sering tampil konyol. Terdapat dua kelompok karakter sampingan yang ikut menjadi pemeriah di sepanjang film. mereka adalah kelompok tiga ekor landak pencuri yang kemudian menjadi kawan. Walaupun hanya menjadi karakter pendukung tapi kawanan landak ini yang paling banyak berperan sebagai 'teknisi' dalam penggerak cerita, mengingatkan kita dengan kawanan penguins dalam seri Madagascar. Kemudian kelompok yang satunya, adalah kawanan kuda narsistik yang suka membully dari kandang sebelah. Menurut saya kelakuan para kuda ini lebih ampuh mengundang tawa ketimbang para landak yang terkessan ingin menjadi seperti The Penguins-nya Madagascar tapi malah gagal lucu.



Bagian yang paling menarik bagi saya dalam sebuah film animasi keluarga seperti ini adalah pesan subliminal yang terdapat lebih jauh dibalik setiap pelajaran-pelajaran yang menjadi 'highlight' yang dianggap lebih family-friendly. Terdapat momen dalam film ini dimana karakternya (para banteng) dihadapi dilema antara pilihan hidup yang buruk, atau lebih buruk, dan ini menjadi menarik untuk mengikuti bagaimana film menjaga alur cerita tetap berada dalam jalurnya yang terang dan jenaka. Sebetulnya ini merupakan singgungan cerita yang terlalu kelam untuk disuguhkan pada anak-anak tapi hey, tidak perlu khawatir karena tentu semua sudah dibuat dengan lucu menggemaskan dan pesan suramnya hanya sebatas secara tersirat.



Film ini bisa meningkatan kepedulian kita terhadap hewan -terutama pada anak agar lebih mencintai hewan, bahkan hewan yang selama ini hanya diangap sebagai ternak yang siap untuk dijagal kemudian menjadi santapan. Entah film ini juga memiliki agenda subliminal lainnya yaitu mengkampanyekan berhenti memakan daging dan beralih menjadi vegetarian... Apapun itu, saya sangat mendukung bahwasaja film ini menyuarakan pesan yang menentang penyelenggaraan acara adu banteng di Spanyol yang sudah lama menjadi kontroversi. Apakah acara yang begitu kejam dan tidak jarang menimbulkan korban baik itu bagi banteng apalagi manusia sendiri, masih patut diselenggarakan demi demi sebuah tradisi? Film ini menyuarakan pertanyaan ini dengan halus dan berimbang, menghibur sebagai tontonan keluarga/anak-anak, namun cukup lantang untuk dapat dipahami pesannya bagi penonton dewasa.

(By Arieffandy)

Saturday, December 9, 2017

ULASAN: WONDER



Saya memiliki pengetahuan yang minim soal film dengan judul sederhana ini ketika hendak menontonnya, selain dibintangi oleh Julia Robert beserta Owen Wilson, yang saya ketahui film ini bercerita tentang seorang anak yang memiliki cacat pada wajah, akan memasuki masa yang sulit ketika mulai terjun pada dunia untuk masuk sekolah. Tidak banyak film yang begitu mengesankan hingga bisa meninggalkan efek emosionil yang cukup awet setelah kita meninggalkan bisokop menontonnya. Wonder, adalah sebuah film keluarga yang punya 'keajaibannya' sendiri yang akan memberikan nuansa positif yang berlimpah mengitari suasana hati.



Film ini merupakan adaptasi dari novel dengan judul sama karya R.J. Palacio, dan disutradarai oleh Stephen Cbhosky yang sebelumnya sudah menggarap remake DIsney film fantasy Beauty and The Beast, dan, The Perks of Being Wallflower. Ketika baru mengetahui sutradara di balik film ini membuat saya seketika maklum karena merasa dejavu, film memberikan efek yang sama dengan The Perks, hanya saja berbeda nuansanya. Jika dalam The Perks kita menyaksikan kisa coming of age yang begitu hangat dan nostalgia, di sini adalah keluarga dan lingkungan yang begitu positif dan suportif.



Kisah tentang seorang penyandang cacat fisik yang harus bertahan tegar menghadapi dunia, tentu adalah bahan jualan yang sangat mudah sekali untuk diangkat. Tema seperti ini mudah sekali terjebak menjadisajian tipikal film family-friendly yang klise dengan pesan-pesan terlalu menggurui yang membosankan. Bukannya film ini tidak mendidik, ada banyak pelajaran moral yang diberikan, tapi penuturan ceritanya dikemas dengan begitu sederhana tanpa trik dramatis berlebihan dan juga karakterisasi yang begitu rasional, film tidak berusaha terlalu keras membuat para karakternya menjadi loveable.



Film ini mengambil sudut pandang cerita dari beberapa karakter berbeda. Ini bisa jadi seksekusi cukup menyegarkan, Akan tetapi seiring berjalannya alur cerita malah dirasa jadi terlalu bercabang. Ada beberapa karakter yang diperkenalkan dengan latarbelakang dan masalahnya masing-masing namun kemudian tidak diberikan konklusi yang sama rapinya dengan pengenalan di awal.



Para pemain tampil di sini dengan baik. Keluarga Pullman yang terdiri dari ayah-ibu yang (Julia dan Owen) yang mengurus dua orang anak, diperankan dengan chemistry yang terasa hangat dari semua pemain. Film ini tidak menggunakan aktor dengan kelainan genetis sungguhan sebagai pemeran karakter utamanya, August "Auggie" Pullman, namun dengan aktor yang memakai make up berlapis, dan ia yang memerankan ini adalah tidak lain tidak bukan aktor muda belia berbakat Jacob Tremblay. Saya sempat merasa surprise ketika baru mengetahui soal ini belakangan karena sejak awal tampil ia sudah menunjukan akting yang bagus. Masih ingat ketika betapa bocah ini begitu mencuri perhatian dalam film Room yang mengharukan bersama Brie Larson, film ini semakin memantabkan bakat aktor belia ini, masa depan dan karir yang cerah layak didapatkan untuknya.



Jalinan cerita yang manis dengan performa para pemain yang berkharisma. Ada kalanya momen jenaka, pun juga dengan yang mengharukan, semua dirajut dengan banyak pesan moral yang bisa diambil. Film ini memiliki banyak untuk ditawarkan sebagai tontonan keluarga di kala musim liburan. Atau kalau ditonton sendiripun tentu masih sangat bisa diikmati. Film ini memiliki kebaikan untuk semua kalangan.

(By Arieffandy)