Sejak pertama kali muncul dalam film debutnya Hunger (2008), nama sutradara Steve McQueen sudah mulai jadi bahan perbincangan. Yang mana setelah itu diikuti dengan Shame (2011) yang makin menaikan namanya. Puncaknya pada tahun 2013 lewat 12 Years A Slave memenangkan banyak penghargaan, termasuk keluar sebagai film terbaik dalam ajang academy awards pada tahun 2014. Setelah 5 tahun berselang Steve McQueen kembali hadir dengan film terbarunya berjudul 'Widows'. Dalam film bergenre drama-thriller Steve McQueen tidak tanggung-tanggung membawa nama Gillian Flynn sebagai penulis naskahnya yang sebelumnya terkenal sebagai penulis novel thriller seperti Gone Girl, Dark Places dan Sharp Objects yang mana semuanya sudah diangkat menjadi film. Widows adalah kedua kalinya Gillian Flynn terjun sebagai penulis naskah setelah Gone Girl.
Masih ingat dengan jajaran cast penuh bintang yang dibawa McQueen 12 Years A Slave ?. Hal itu kembali diulangi oleh McQueen lewat Widows, tetapi dengan jajaran cast yang berbeda. Mulai dari 4 pilar utama pemeran wanita Viola Davis, Michelle Rodriguez, Elizabeth Debicki dan Cynthia Erivo. Sedangkan pemain pendukungnya diisi oleh nama-nama yang sangat tidak asing lagi seperti Liam Neeson, Colin Farrell, Daniel Kaluuya, Jon Bernthal, Robert Duvall sampai Jacky Weaver. Dan di film ini untuk pertama kalinya McQueen tidak membawa aktor kesayangannya yang bermain dalam 3 film sang sutradara sebelumnya yaitu Michael Fassbender.
Widows bercerita tentang sebuah perampokan gagal yang dipimpin oleh Harry Rawlings (Liam Neeson) yang menewaskan semua krunya termasuk Harry sendiri dalam sebuah ledakan karena disergap terlebih dahulu oleh pihak berwajib. Ledakan yang tidak hanya menewaskan semua perampok, tetapi juga menghanguskan uang hasil perampokan. Masalah berbuntut panjang yang dirampok ternyata adalah pimpinan kriminal Jamal Manings (Bryan Tyree Henry) yang terjun dalam dunia politik dan sedang bersaing ketat dengan Jack Mulligan (Colin Farrell) mendapatkan suara dalam sebuah pemilihan pemimpin kota. Jamal Manings menagih ganti rugi hasil perbuatan almarhum Harry pada sang istri Veronica (Viola Davis) dan diberi batas waktu yang tidak boleh dilewati.
Disaat bersamaan Veronica menerima peninggalan suaminya sebuah buku catatan. Bukan hanya sekedar buku catatan biasa, buku itu berisi rancangan sebuah perampokan yang sudah tersusun sangat rapi yang hanya tinggal dieksekusi melakukan perampokan, tetapi Veronica tidak bisa dilakukan sendiri. Hal yang membawa Veronica mengajak janda-janda komplotan perampokan yang tewas bersama Harry untuk ikut terlibat yang tidak dia kenal sebelumnya. Dimulai dari Linda Perelli (Michelle Rodriguez) yang semakin tertekan oleh mertuanya setelah sang suami meninggal dan Alice Gunner (Elizabeth Debicki) yang juga sedang mengalami kesulitan uang. Lalu disusul oleh Belle (Chyntia Erivo) yang secara kebetulan akhirnya juga terlibat dalam rencana perampokan ini. 4 wanita ini sepakat untuk melakukan sebuah perampokan dengan panduan sebuah buku catatan yang ditinggalkan Harry agar bisa keluar dari kesulitan keuangan dan lepas dari ancaman Jamal Manings.
Tidak salah McQueen mengajak terlibat Gillian Flynn sebagai penulis naskahnya. Flynn yang sudah berpengalaman dalam dengan genre drama-thriller dengan mengekspos sesuatu hal yang tidak kita duga bisa menjadi sesuatu yang menakutkan seperti yang dilakukan Flyyn lewat Gone Girl. Dan hal itu diwakilkan lewat 4 wanita utama yang dalam film ini. Disaat terdesak, wanita yang dipandang lemah juga bisa melakukan apapun. Kombinasi yang sangat pas dengan McQueen yang dikenal dengan tema-tema film yang cukup berani seperti 3 film sebelumnya.
Menonton Widows membutuhkan fokus dari penontonnya, karena McQueen seperti membagi satu film ini dalam dua plot cerita yang bertemu dalam titik yang sama. Plot pertama, 4 wanita menyusun sebuah perampokan adalah drama-thriller, lalu plot kedua tentang persaingan perebutan suara sebuah pemilihan yang mengambil sudut pandang Jack Mulligan yang ingin keluar dari bayang-bayang sang ayah (Robert Duvall) film ini menjadi drama-politik. Mungkin di awal sedikit membingungkan, tetapi seiring berjalan cerita dan pengenalan karakter yang sangat pas hal itu hanya makin memperkuat inti cerita kenapa dua hal itu bisa bertemu pada satu titik.
Tidak ada karakter yang tersia-siakan dalam assemble cast yang ada dalam film ini. Setiap karakter mempunyai peran penting dalam plot cerita. Dan memang tidak salah jika sampai film ini dibanding-bandingkan salah satu film Michael Mann berjudul 'Heat'. Heat versi feminis. Mungkin terlalu awal, hanya saja saya memprediksi film ini akan mengirimkan beberapa wakilnya pada nominasi Academy Awards tahun depan.
Overall: 8,5/10
(By Zul Guci)