Menjadi perjalanan yang sangat Panjang untuk Alita akhirnya dapat dinikmati melalui film live-action. Pasalnya, di tahun 2003 James Cameron sudah berbicara di depan media bahwa akan menggarap manga ini. Alita sudah “duduk diam” di hak adaptasi selama hampir 2 dekade, tepatnya 16 tahun. Sampai kemarin, 5 februari 2019, akhirnya penonton Indonesia dapat menikmati mahakarya yang megah, brutal dan menghibur.
Alita : Battle Angel disutradarai oleh Robert Rodriguez yang sebelumnya telah berhasil dengan Spy Kid dan Desperado. Alita diadaptasi dari manga berjudul Battle Angel : Alita oleh Yukito Kishiro. Film dengan budget $200jt ini berhasil membawa angin segar dan dikategorikan sebagai live-action dari manga terbaik, sejauh ini.
Robert Rodriguez membawa Rosa Salazar sebagai Alita yang sebelumnya menjadi wanita Tangguh, bernama Brenda di trilogi The Maze Runner, lalu Christoph Waltz (Spectre, Inglorious Bastards) sebagai Dr. Ido, Ed Skrein (Deadpool, Transporter) bounty hunter bernama Zapan dengan Damaskus Bladenya, serta nama-nama lain seperti Mahershala Ali (Green Book) sebagai Victor, Eiza Gonzales (Baby Driver), Jennifer Connely (Blood Diamond, Hulk) dan Michelle Rodriguez (Fast and Furious).
Film ini bercerita tentang bumi yang sudah hancur dan berlatar di tahun 2563, dimana manusia yang bertahan dari seluruh dunia ditempatkan di kota bernama Iron City. Di atas mereka, ada kota terapung yang megah, Zalem. Satu-satunya kota yang berhasil selamat dari ledakan postapocalyptic. Impian seluruh manusia di bawah adalah untuk dapat pergi ke Zalem dan tinggal disana. Karena di Iron City, “jika tidak makan, maka kau dimakan”. Iron city adalah tempat para pemburu, kriminal dan pejuang yang menginginkan Zalem.
Suatu hari, Dr. Ido menemukan sebuah cyborg dengan otak manusia di tumpukan rongsokan. Dr. Ido membawanya pulang dan memberi cyborg tersebut tubuh baru, tubuh yang tadinya untuk dipakai anak semata wayangnya yang mati karena serangan pemburu. Cyborg tersebut “lahir” kembali dan diberi nama sama dengan anak sang dokter, Alita. Namun sayangnya, Alita mengalami amnesia, dan satu-satunya cara yang dapat mengembalikan ingatannya adalah dengan bertarung.
Pertemuan Dr. Ido dengan 3 cyborg pembunuh mengeluarkan jati diri Alita sesungguhnya. Alita mengeluarkan jurus yang sudah lama terlupakan, Martian-Arts. Kedua cyborg tersebut terbunuh, dan satunya, Grewishka kabur yang ternyata ia adalah anak buah nomor 1 Vector, penguasa yang menginginkan Iron City berada dalam genggamannya dan sekarang, menginginkan Alita mati.
Saya, yang tidak tahu apa-apa sebelumnya tentang Alita sangat terhibur dan terpukau, terlebih lagi sang sutradara sangat memanjakan penonton dengan CGI dan visualnya yang keren. Tidak ada pertarungan layar hijau dan adegan muraha. Yang ada hanya adegan perkelahian cyberpunk dan brutalnya perlombaan motorball. Menonton Alita, seperti menonton pertarungan yang tidak ada habisnya. Selama 2 jam lebih, Alita menantang siapapun yang menghalangi jalannya. Sayangnya, Robert Rodriguez dan James Cameron kurang mengeksplorasi emosi penonton. Hubungan anak Dr. Ido – Alita kurang memberikan kesan yang membekas. Apalagi percintaan remaja Alita-Hugo yang menurut saya mengganggu.
Di era kekuasaan dengan film superhero dari Marvel/DC, film keluarga dari Pixar serta film luar angkasa dari Star Wars, menonton Alita membawa sesuatu yang berbeda, Alita : Battle Angel memberi tahu dunia bahwa film dengan nuansa dystopia serta utopia masih bisa sukses. Kisah Alita, membawa imajinasi anak 90-an menjadi nyata. 30 tahun sudah Alita pernah dibuat, dan sekarang, Alita ada, dan itu adalah sesuatu yang patut dihargai.
Overall: 8/10
(By Vanda Deosar)