Genre film perang termasuk genre yang
cukup sering dan banyak diproduksi di Hollywood, dengan beragam sub-genre mulai
dari dokumenter, propaganda, biopik hingga drama. Namun di antara ratusan judul
mungkin hanya beberapa yang berkesan dan memorable bagi penonton. Kali ini
bertindak sebagai sutradara sekaligus produser, Roland Emmerich yang terkenal
dengan saga Independence Day dan film-film bencana hadir menyajikan film Midway
yang merupakan pertempuran terpenting dalam sejarah perang di laut dan bagi
Angkatan Udara dan Laut AS ketika PD II terjadi. Cast yang tergabung di
dalamnya pun bertabur banyak bintang mulai dari Ed Skrein, Patrick Wilson, Luke
Evans, Aaron Eckhart, Nick Jonas, Mandy Moore, Dennis Quaid, dan Woody
Harrelson. Film ini merupakan proyek yang sudah cukup lama digadang Emmerich
sejak 2017 namun karena kesulitan mendapatkan dukungan finansial dari sponsor
akhirnya film ini baru dapat diproduksi di tahun 2018. Film ini didistribusikan
oleh Lionsgates dan tayang di bioskop AS dan Indonesia pada 8 November 2019.
Sesuai judulnya, film ini mengangkat
pertempuran Midway yang terjadi pada 4 dan 7 Juni 1942 dan serangkaian
peristiwa penting dalam medan Perang Pasifik PD II yang akhirnya membawa
kemenangan di pihak AS. Sikap netral yang diambil AS saat awal PD II
dimanfaatkan oleh Jepang untuk memulai serangan kejutan di Pearl Harbor pada 7
Desember 1941. Pada hari itu banyak korban jiwa berjatuhan dan cukup
mempengaruhi moral pasukan AS. Serangan tersebut dimaksudkan untuk melenyapkan
AS dalam rangka mendirikan Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya yang
meliputi Jepang, Manchukuo, Tiongkok, dan negara-negara di Asia Tenggara. Film
ini berpusat pada kisah para pelaut dan penerbang Angkatan Laut dan Udara AS
dalam bertahan sejak serangan di Pearl Harbor. Serangan Doolitle, hingga
puncaknya Perang di Midway. Sejak gempuran di Pearl Harbor, Angkatan Udara dan
Laut mulai menyusun strategi setelah mendapat info dari hasil penyadapan bahwa
Jepang akan menyerang Midway. Edwin T. Layton (Patrick Wilson) adalah anggota
badan intelijen AS yang berjasa dalam meretas info penyerangan Jepang selanjutnya.
Layton membantu Admiral Chester Nimitz (Woody Harrelson) mensuplai informasi
yang dibutuhkan dalam merencanakan strategi
perlawanan Jepang setelah peristiwa Pearl Harbor Dick Best (Ed Skrein)
adalah pilot pengebom AS yang pembangkang namun sangat lihai dalam menjalankan
tugasnya. Bersama Letkol Wade McClusky (Luke Wilson) dan Wakil Admiral William
“Bull” Halsey (Dennis Quaid) mereka bertindak di garis depan dalam melawan
pasukan Jepang.
Sebagai film yang seharusnya
menunjukkan sejarah penting dalam PD II dan khususnya bagi AS, film ini terasa
biasa dan cukup hambar. Sepanjang film seperti visualisasi buku sejarah ke
dalam format film dengan balutan CGI dan pertempuran udara/ laut yang kurang
memiiki emosi. Film ini mencoba menggambarkan setiap kejadian secara kronologis
dan akurat dengan adanya petunjuk timestamp
untuk setiap peristiwa penting dalam sejarah yang terjadi sepanjang film.
Midway tidak berhasil menggambarkan dampak traumatis dan kerugian yang diderita
akibat perang namun terlihat film ini berusaha menunjukkan heroisme dan
ketangguhan pelaut dan penerbang AS dalam mengalahkan pasukan Jepang yang
menurut saya berlebihan tetapi itu memang menjadi ciri Emmerich dalam
film-filmnya. Film ini banyak diisi adegan perang udara-laut skala besar yang
cukup memanjakan mata namun terkesan repetitif di sepanjang film. Kematian para
perwira dalam pertempuran di kapal perang maupun pasukan penerbang menghiasi
sepanjang film tetapi hal tersebut tidak terlalu dieksplorasi padahal itulah cost of war yang harus ditanggung setiap
negara yang terlibat dalam perang hebat apalagi sekelas PD II. Emmerich membuat
film ini dengan mentalitas video gim di mana penonton ditempatkan dalam kokpit
menyaksikan para pilot menyelesaikan setiap misi menantang maut yang diberikan dalam
mengalahkan musuh-musuhnya hingga sampai ke misi utama melawan big boss di
Pertempuran Midway. Screenplay yang ditulis oleh Wes Tooke sejujurnya bukanlah
jualan utama namun adegan pertempuran udara final di Midway yang direka ulang
secara akuratlah yang dimaksudkan menjadi pertunjukan utama film ini.
Dikarenakan film ini adalah film sejarah maka nama-nama di dalam film
berdasarkan para tokoh nyata yang memang terlibat dalam perang Midway. Terlihat
dari cast yang terlibat bahwa film ini mencoba ‘menjual’ lewat penampilan para
aktornya yang tampan dan gagah yang sepertinya akan percuma jika tidak didukung
cerita dan performa yang baik dalam film. Ed Skrein sebagai dan Patrick Wilson
merupakan dua tokoh yang mendapat porsi cukup dominan sepanjang film. Ed Skrein
tampil sebagai pahlawan dengan skill terbang mumpuni yang cukup meyakinkan
walau aksennya terkesan dipaksakan dalam film. Woody Harrelson, Dennis Quaid,
Luke Evans tampil biasa saja dan cenderung satu dimensi tanpa penekanan dalam
karakter mereka. Begitu pula dengan kebanyakan aktor muda seperti Nick Jonas
(Jumanji), Darren Criss (Glee), Keean Johnson (Notorious, Nashville) yang
tampil sebagai pemanis di film ini. Mandy Moore sebagai Anne Best sebagai
satu-satunya aktris wanita juga jatuh ke dalam peran stereotipe istri perwira
yang tidak begitu menampilkan dinamika dalam film. Untuk peran yang standout
pada film ini ada pada karakter yang diperankan Patrick Wilson, karakternya mungkin
satu-satunya yang menarik dalam film karena mampu menampilkan kegelisahan dan
emosi yang tepat terkait beban yang ditanggungnya dalam menyediakan informasi
intelijen.
Jika anda sudah banyak menonton film perang, terhitung sudah ada lebih
dari 400 judul film perang dengan periode waktu 80 tahun sudah dirilis oleh
Hollywood, sebetulnya tidak banyak hal baru dalam film Midway kecuali special
effect dan tampilan CGI yang lebih canggih dalam adegan pertempuran. Emmerich
memperlakukan film ini tanpa ‘soul’ dan semangat seperti sutradara lain yang
mampu membuat film perang yang berkesan (contoh Mel Gibson dan Christopher
Nolan). Dikatakan film ini merupakan
passion project Emmerich sejak lama namun hasil akhirnya tidak menunjukkan
bahwa Emmerich benar-benar mencurahkan perhatiannya untuk film ini. Tidak
banyak hal yang dapat kita ingat dari film ini dan terasa seperti sia-sia
menggunakan banyak cast dan setting cerita penting dalam sejarah jika hasil
akhirnya tidak mengesankan secara luar biasa.
Overall: 6/10