Masih ingat film Searching (2018) yang dibintangi John Cho mengisahkan seorang ayah mencari anaknya yang hilang dengan bantuan teknologi dan sosial media yang kala itu cukup menggebrak karena dengan gaya penceritaannya fresh dan plotnya simple namun sangat seru. Nah di 2023 ini sekuel standalonenya yang berjudul Missing dirilis. Missing ditulis dan disutradarai oleh Will Merrick dan Nick Johnson (dalam debut penyutradaraan fitur mereka) dengan naskah cerita oleh Sev Ohanian dan Aneesh Chaganty, yang juga memproduseri film tersebut bersama Natalie Qasabian (semuanya juga terlibat dalam Searching). Missing dibintangi Storm Reid, Joaquim de Almeida, Ken Leung, Amy Landecker, Daniel Henney, dan Nia Long. Missing tayang perdana di Festival Film Sundance pada 19 Januari 2023, dan dirilis di Amerika Serikat keesokannya, Sejauh ini Missing rata-rata mendapat ulasan positif dari para kritikus dan sudah meraup $30 juta di box office.
Dikisahkan June Allen (Storm Reid), seorang remaja yang mencoba menemukan ibunya (Nia Long) yang hilang setelah dia menghilang saat berlibur di Kolombia bersama pacar barunya Kevin (Ken Leung). Terhalang oleh birokrasi internasional dan terjebak ribuan mil jauhnya dari Los Angeles, June secara kreatif menggunakan bantuan semua teknologi di ujung jarinya untuk mencoba menemukan ibunya sebelum terlambat. Akan tetapi saat dia menggali lebih dalam, fakta dan jejak digital yang muncul menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Di saat yang sama June juga mengungkap rahasia tentang ibunya dan dia menemukan bahwa hal yang selama ini dia percayai tidaklah seperti yang sebenarnya. Akankah June berhasil menyelamatkan ibunya, jawabannya bisa didapatkan dengan menonton film ini.
Seperti pesulap yang selalu memperbarui triknya, tentunya sulit untuk memukau penonton dengan pendekatan yang sama seperti film Searching. Formula yang sama akan tampak usang dan membosankan jika digunakan Kembali. Jadi dalam Missing perannya dibalik, sang anak yang dikejutkan dengan hilangnya sang ibu dan dia menggunakan segenap pengetahuannya tentang teknologi yang dia ketahui untuk menemukan Grace, sang ibu. Pengenalan karakter dalam beberapa menit awal dilakukan dengan efektif, adegan flashback masa kecil June memberikan kita gambaran bagaimana hubungan June dengan Grace dan sosoknya yang merindukan sang ayah James (Tim Griffin) yang telah tiada karena tumor otak. Tanpa berlama-lama selanjutnya kita diajak dalam petualangan June mencari sang ibu. Seiring film bergulir, kita dikejutkan dengan fakta-fakta yang muncul dan misteri terus dimunculkan hingga akhir. Sebagai penonton kita dikecoh dengan premis awalnya dan ternyata film ini punya banyak layer, pengecoh, dan kejutan. Semua faktor ini cukup membuat adrenalin kita terpacu dan tetap di kursi menunggu akan seperti apa ending film ini.
Satu hal yang patut diapresiasi di film ini adalah mengenai pengembangan karakternya. June sang karakter utama yang adalah seorang siswa sekolah menengah atas berusia 18 tahun merupakan generasi milenial yang berinteraksi dengan teknologi sepanjang hidupnya, berbeda dengan Searching di mana karakter utamanya seorang ayah paruh baya yang mencari tahu bagaimana menggunakan teknologi masa kini seiring film berjalan. June adalah master multitasker dan Reid mempu meghidupkan kepribadiannya yang menyenangkan dan menarik diimbangi kepiawaiannya dengan teknologi sosial media, hal ini dengan cepat menetapkan di benak penonton bahwa June cerdas dan pintar. Penonton juga diajak Menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi di sini dan hal itu cukup menyenangkan, pasti banyak yang mengira kalau Kevin adalah seorang catfish (penipu) yang ingin mengambil keuntungan dan Ken sangat cocok menghidupi peran ini. Johnson dan Merrick memiliki sesuatu untuk dikatakan tentang sifat mengerikan dari tragedi orang hilang dan bagaimana teknologi bagaikan pedang bermata dua. Salah satu cara utama berevolusi dari adalah caranya menampilkan podcaster dan TikToker yang menganalisis setiap detail kecil dari kasus tersebut, membentuk opini yang tidak berdasar, dan menyebarkan teori konspirasi untuk ketenaran dan keuntungan mereka sendiri. Ini sangat relate dengan situasi riil di dunia saat ini.
Missing sebagai sekuel tidak tampil mengecewakan karena riset untuk film ini dilakukan dengan sangat baik. Sebagai penonton kita sudah tahu formula film pertama (Searching), berkat ide cerita kreatif Ohanian dan Chaganty, kita dibuat menebak-nebak misteri yang sebenarnya. Layer luarnya adalah premis tipikal soal penipuan tapi Ketika kita dibawa menelusuri lebih dalam ternyata ada rahasia lain yang tidak disangka. Merrick dan Johnson juga mampu membawa penonton merasakan ketegangan lewat adegan-adegan yang memang sudah dirancang dengan efektif. Film serupa pernah dibuat sineas kita tapi kualitasnya sangat buruk, dari film Searching dan Missing kita melihat potensi film semacam ini cukup besar asal didukung cerita dan pemilihan aktor yang baik. Saya sangat menantikan karya para penulis film ini di besutan film selanjutnya
Overall: 7.5/10
(By Camy Surjadi)