Buat penonton yang gemar membaca komik-komik Perancis – Belgia pasti tidak asing dengan judul Asterix dan Obelix termasuk saya sendiri. Beberapa komik Prancis-Belgia paling terkenal yang meraih ketenaran mancanegara termasuk Indonesia adalah Petualangan Tintin (Hergé), Gaston Lagaffe (Franquin), Asterix (Goscinny & Uderzo), Lucky Luke (Morris), The Smurfs (Peyo), Spirou and Fantasio (Franquin). Judul-judul komik tersebut beberapa di antaranya sudah diadaptasi menjadi film animasi atau live-action movie. Sudah terdapat 18 judul film Asterix dan The Middle Kingdom menjadi film ke-19. Asterix & Obelix: The Middle Kingdom adalah sebuah film komedi keluarga Prancis Garapan sutradara Guillaume Canet, yang juga berperan sebagai Asterix. Kisah petualangan mereka selalu bentrok dengan tantara kerajaan Romawi yang memiliki agenda menaklukkan desa mereka.
Sebetulnya film ini punya potensi yang cukup besar jika naskahnya dikembangkan dengan baik. Premisnya menarik karena Asterix dan Obelix harus berpetualang jauh dari desa mereka yaitu ke China yang sangat berbeda dari segi bahasa dan kultur. Akan tetapi seiring film berjalan, kita akan menyaksikan betapa tidak koheren antara premis, pengembangan karakter, dan penyelesaian konflik yang ada. Ciri khas Asterix dan Obelix masih tetap ada (Asterix yang selalu meminum ramuan sebelum menghadapi lawan-lawannya dan Obelix yang sudah kuat akibat tercebur ramuan Ajaib) tapi tidak dipakai untuk memperkaya dinamika cerita padahal di komiknya unsur ini selalu dipakai dalam jalan cerita utamanya. Persoalan latar belakang dan konflik yang hadir di China sebetulnya bisa digali lebih dalam lewat karakter Putri Sah Hee namun ini tidak dilakukan. Semuanya berjalan maju tanpa ada penjelasan yang konkrit. Belum cukup sampai di sana banyak plot tambahan yang tidak mampu mendukung langsung cerita utamanya sehingga dirasakan agak memaksa seperti kisah cinta segitiga yang terjadi antara Putri Sah hee, Asterix dan Bankruptix (Jonathan Cohen). Kisah cinta pada pandangan pertama antara Obelix dan pengawal sang putri, Kak Rah Tay. Serta kemunculan Antivirus (Zlatan Ibrahimovic), yang digadang-gadang sebagai mata-mata dan tentara terkuat Julius Caesar (Vincent Cassel) tapi kurang jelas juntrungannya. Untungnya, visual dan desain set pada film ini masih menjadi poin plus karena digarap dengan serius. Mulai dari set lokasi untuk adegan pertarungan hingga kostum karakter yang terlihat meyakinkan. Dari sisi komedi, porsi jokes di cukup lumayan menghibur dan mengundang gelak tawa.
Asterix & Obelix: The Middle Kingdom tampil sebagai film komedi keluarga yang menghibur. Filmnya mungkin tidak didasarkan history spesifik tapi lebih sebagai rekaan saja bagaimana jika Bangsa Galia/ Gaul berinteraksi dengan bangsa China. 2-3 tahun belakangan ini menjadi momennya bangsa Asia untuk mendapat sorotan dan dunia perfilman nampaknya sedang memanfaatkan momen tersebut. Secara keseluruhan ini bukan masterpiece tapi bukan film yang buruk juga, masih bagus untuk ditonton jika sedang butuh tontonan yang menghibur tapi jika dihadapkan pada pilihan lain yang lebih bagus tentunya film ini tidak akan pernah masuk jadi film pilihan untuk ditonton terlebih faktor tambahan bahwa ini bukan film Hollywood.
Overall : 6.5/10