Di dunia industri kreatif ide original adalah sesuatu yang mahal, termasuk dalam industri film. Pada saat industri film yang sangat sudah jauh berkembang dan bahkan berubah, ide original pada sebuah film sudah semakin sulit ditemukan karena hampir semua blueprint genre semua film sudah pernah diaplikasikan. Namun memodifikasi sebuah ide yang sudah ada juga merupakan prosese kreatif. Hal itulah yang dilakukan oleh Eli Roth (Hostel, Cabin Fever) lewat film Thanksgiving, sebuah film horror slasher dengan konsep yang tidak baru lagi, tetapi Eli Roth masih mampu menyajikannya dengan gaya berbeda.
Cerita dibuka pada hari Thanksgiving, bermula dari Jessica dengan privilegenya sebagai putri pemilik supermaket terbesar dikotanya membawa teman-temannya lewat jalur khusus ke dalam supermarket di tengah-tengah masa para warga Plymouth yang menunggu supermaket dibuka untuk bisa berbelanja diskon besar-besaran dalam rangka Black Friday. Dipicu oleh teman-teman Jessica sendiri yang memprovokasi orang-orang yang menunggu di luar, akhirnya blokade antrian menjadi pecah dan rusuh yang membuat malam black friday itu menjadi peristiwa tragis hingga memakan korban. Setahun setelah kejadian tersebut tiba-tiba orang yang penyebab dan pemicu terjadinya kerusuhan pada tragedi black friday dibunuh satu-persatu oleh seorang pembunuh bertopeng John Carver. Dan dkejar waktu, Jessica dan teman-temannya harus bsa menyelamatkan diri sekaligus mencoba mencari tahu siapa orang dibalik topeng John Carver tersebut.
Tidak seperti film-film thriller-slasher lainnya yang biasanya dibukan dengan adegan pembunuhan, Thanksgiving membawanya dengan cara yang berbeda. Dengan sebuah bridging acara keluarga yang damai lalu perlahan berubah menjadi chaos di sebuah supermaket yang menjadi pemicu konlik utama film ini. Namun uniknya pada adegan chaos di supermaket yang berkahir tragis itu, Eli Roth sedikit menyisipkan humor pada momen tersebut. Ketika kita dibikin meringis melihat adegan demi adegan kematian, namun juga diselingi oleh tawa. Sebuah satir yang sangat kuat dan dan butuh kepakaan menangkap momen humor pada sequence rusuh di supermaket tersebut.
Saat adegan meloncat satu tahun kemudian setelah kejadian di supermaket, film mengarah pada hakikatnya film thriller-slasher yang cukup generik, terutama sangat mengingatkan dengan franchise Scream. Adegan pembunuhan demi pembunuhan terjadi sekaligus membawa penonton menebak siapa dan apa motif pembunuh. Dan untungnya Eli Roth sangat jeli memainkan ranah ini. Menipu penonton dengan asumsi dan prasangka yang membawa efek kejutan pada akhirnya ketika sang pembunuh terungkap.
Secara garis besar Thanksgiving adalah film thriller-slasher yang generik, namun kemampuan Eli Roth mengolah jalan cerita generik dengan menyisipkan humor dalam adegan-adegan kekerasannya menjadi daya lebih tersendiri. Tidak luar biasa, namun masih tampil sebagai film yang memikat.
Overall: 7,5/10