Monday, November 11, 2019

ULASAN: MIDWAY




Genre film perang termasuk genre yang cukup sering dan banyak diproduksi di Hollywood, dengan beragam sub-genre mulai dari dokumenter, propaganda, biopik hingga drama. Namun di antara ratusan judul mungkin hanya beberapa yang berkesan dan memorable bagi penonton. Kali ini bertindak sebagai sutradara sekaligus produser, Roland Emmerich yang terkenal dengan saga Independence Day dan film-film bencana hadir menyajikan film Midway yang merupakan pertempuran terpenting dalam sejarah perang di laut dan bagi Angkatan Udara dan Laut AS ketika PD II terjadi. Cast yang tergabung di dalamnya pun bertabur banyak bintang mulai dari Ed Skrein, Patrick Wilson, Luke Evans, Aaron Eckhart, Nick Jonas, Mandy Moore, Dennis Quaid, dan Woody Harrelson. Film ini merupakan proyek yang sudah cukup lama digadang Emmerich sejak 2017 namun karena kesulitan mendapatkan dukungan finansial dari sponsor akhirnya film ini baru dapat diproduksi di tahun 2018. Film ini didistribusikan oleh Lionsgates dan tayang di bioskop AS dan Indonesia pada 8 November 2019.


Sesuai judulnya, film ini mengangkat pertempuran Midway yang terjadi pada 4 dan 7 Juni 1942 dan serangkaian peristiwa penting dalam medan Perang Pasifik PD II yang akhirnya membawa kemenangan di pihak AS. Sikap netral yang diambil AS saat awal PD II dimanfaatkan oleh Jepang untuk memulai serangan kejutan di Pearl Harbor pada 7 Desember 1941. Pada hari itu banyak korban jiwa berjatuhan dan cukup mempengaruhi moral pasukan AS. Serangan tersebut dimaksudkan untuk melenyapkan AS dalam rangka mendirikan Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya yang meliputi Jepang, Manchukuo, Tiongkok, dan negara-negara di Asia Tenggara. Film ini berpusat pada kisah para pelaut dan penerbang Angkatan Laut dan Udara AS dalam bertahan sejak serangan di Pearl Harbor. Serangan Doolitle, hingga puncaknya Perang di Midway. Sejak gempuran di Pearl Harbor, Angkatan Udara dan Laut mulai menyusun strategi setelah mendapat info dari hasil penyadapan bahwa Jepang akan menyerang Midway. Edwin T. Layton (Patrick Wilson) adalah anggota badan intelijen AS yang berjasa dalam meretas info penyerangan Jepang selanjutnya. Layton membantu Admiral Chester Nimitz (Woody Harrelson) mensuplai informasi yang dibutuhkan dalam merencanakan strategi  perlawanan Jepang setelah peristiwa Pearl Harbor Dick Best (Ed Skrein) adalah pilot pengebom AS yang pembangkang namun sangat lihai dalam menjalankan tugasnya. Bersama Letkol Wade McClusky (Luke Wilson) dan Wakil Admiral William “Bull” Halsey (Dennis Quaid) mereka bertindak di garis depan dalam melawan pasukan Jepang.

 

Sebagai film yang seharusnya menunjukkan sejarah penting dalam PD II dan khususnya bagi AS, film ini terasa biasa dan cukup hambar. Sepanjang film seperti visualisasi buku sejarah ke dalam format film dengan balutan CGI dan pertempuran udara/ laut yang kurang memiiki emosi. Film ini mencoba menggambarkan setiap kejadian secara kronologis dan akurat dengan adanya petunjuk timestamp untuk setiap peristiwa penting dalam sejarah yang terjadi sepanjang film. Midway tidak berhasil menggambarkan dampak traumatis dan kerugian yang diderita akibat perang namun terlihat film ini berusaha menunjukkan heroisme dan ketangguhan pelaut dan penerbang AS dalam mengalahkan pasukan Jepang yang menurut saya berlebihan tetapi itu memang menjadi ciri Emmerich dalam film-filmnya. Film ini banyak diisi adegan perang udara-laut skala besar yang cukup memanjakan mata namun terkesan repetitif di sepanjang film. Kematian para perwira dalam pertempuran di kapal perang maupun pasukan penerbang menghiasi sepanjang film tetapi hal tersebut tidak terlalu dieksplorasi padahal itulah cost of war yang harus ditanggung setiap negara yang terlibat dalam perang hebat apalagi sekelas PD II. Emmerich membuat film ini dengan mentalitas video gim di mana penonton ditempatkan dalam kokpit menyaksikan para pilot menyelesaikan setiap misi menantang maut yang diberikan dalam mengalahkan musuh-musuhnya hingga sampai ke misi utama melawan big boss di Pertempuran Midway. Screenplay yang ditulis oleh Wes Tooke sejujurnya bukanlah jualan utama namun adegan pertempuran udara final di Midway yang direka ulang secara akuratlah yang dimaksudkan menjadi pertunjukan utama film ini.

 

Dikarenakan film ini adalah film sejarah maka nama-nama di dalam film berdasarkan para tokoh nyata yang memang terlibat dalam perang Midway. Terlihat dari cast yang terlibat bahwa film ini mencoba ‘menjual’ lewat penampilan para aktornya yang tampan dan gagah yang sepertinya akan percuma jika tidak didukung cerita dan performa yang baik dalam film. Ed Skrein sebagai dan Patrick Wilson merupakan dua tokoh yang mendapat porsi cukup dominan sepanjang film. Ed Skrein tampil sebagai pahlawan dengan skill terbang mumpuni yang cukup meyakinkan walau aksennya terkesan dipaksakan dalam film. Woody Harrelson, Dennis Quaid, Luke Evans tampil biasa saja dan cenderung satu dimensi tanpa penekanan dalam karakter mereka. Begitu pula dengan kebanyakan aktor muda seperti Nick Jonas (Jumanji), Darren Criss (Glee), Keean Johnson (Notorious, Nashville) yang tampil sebagai pemanis di film ini. Mandy Moore sebagai Anne Best sebagai satu-satunya aktris wanita juga jatuh ke dalam peran stereotipe istri perwira yang tidak begitu menampilkan dinamika dalam film. Untuk peran yang standout pada film ini ada pada karakter yang diperankan Patrick Wilson, karakternya mungkin satu-satunya yang menarik dalam film karena mampu menampilkan kegelisahan dan emosi yang tepat terkait beban yang ditanggungnya dalam menyediakan informasi intelijen.




Jika anda sudah banyak menonton film perang, terhitung sudah ada lebih dari 400 judul film perang dengan periode waktu 80 tahun sudah dirilis oleh Hollywood, sebetulnya tidak banyak hal baru dalam film Midway kecuali special effect dan tampilan CGI yang lebih canggih dalam adegan pertempuran. Emmerich memperlakukan film ini tanpa ‘soul’ dan semangat seperti sutradara lain yang mampu membuat film perang yang berkesan (contoh Mel Gibson dan Christopher Nolan).  Dikatakan film ini merupakan passion project Emmerich sejak lama namun hasil akhirnya tidak menunjukkan bahwa Emmerich benar-benar mencurahkan perhatiannya untuk film ini. Tidak banyak hal yang dapat kita ingat dari film ini dan terasa seperti sia-sia menggunakan banyak cast dan setting cerita penting dalam sejarah jika hasil akhirnya tidak mengesankan secara luar biasa.



Overall: 6/10

(By Camy Surjadi)

Subscribe to this Blog via Email :